Prolog

8.7K 848 82
                                    


"Haechan-ie, kau adalah uke jangan coba-coba menjadi seme," desis Jeno dengan wajah dinginnya. Bocah berusia tujuh tahun yang memiliki sifat dingin dan cuek serta suka seenaknya memperlakukan orang lain.

Haechan yang ditegur demikian sedikit mengamuk. "Enak saja! Aku adalah seme! Bukan uke!" Pekik bocah manis yang ada di hadapan Jeno, karena tidak terima.

Jeno mengepalkan tangannya. "Lihat saja! Akan aku buktikan bahwa kau adalah uke, seorang carrier! " Tutupnya lalu pergi begitu saja meninggalkan tempat itu.

Jaemin yang anak baru dan tidak tau banyak hal hanya bisa diam terpaku mendengar pertengkaran mereka. Dari awal ia sudah takut pada Jeno. Tatapannya benar-benar dingin dan kejam, Jaemin sampai menangis di pelukan kakaknya kala itu

Jaemin terlahir dan tinggal di Inggris sampai usia tujuh tahun. Ia adalah seseorang yang pemalu juga cengeng. Jaemin memiliki seorang kakak yang usianya terpaut tiga tahun di atasnya. Sayang, saat usia lima tahun, kakaknya pindah ke Korea bersama sang Ayah. Jaemin tetap di Inggris bersama ibunya. Walaupun mereka tetap sering bertemu dan berkomunikasi jarak jauh, tapi Jaemin kerap kali merindukan sang kakak. Tak lama, karena perintah sang Kakek yang ingin seluruh keluarganya berkumpul, Jaemin dan ibunya terpaksa pindah juga ke Korea. Sang ibu terpaksa meninggalkan karirnya sebagai seorang direktur perusahaan periklanan di sana.

Sebagai anak konglomerat, Jaemin harus berkenalan dengan sesama anak konglomerat lainnya. Demi hubungan baik di masa yang akan datang. Jadilah, ia dibawa oleh Jaehyun ke grup khusus anak konglomerat Korea agar bisa dikenalkan kepada anak-anak seusianya. Jaemin yang pemalu sempat takut dan khawatir. Tapi karena bujukan sang kakak, ia akhirnya menerima juga.

Disinilah dia, di sebuah taman luas milik keluarga Lee yang indah dan penuh variasi bunga. Sama seperti anak-anak yang datang, yang memiliki sifat bervariasi. Jaemin berpegangan erat pada Jaehyun, ia menunduk dengan wajah memerah karena malu.

"Halo semuanya, aku pernah bercerita bahwa aku memiliki seorang adik di Inggris, bukan? Nah, sekarang adikku akan tinggal di Korea. Perkenalkan namanya Choi Jaemin," kata Jaehyun kepada mereka semua. Ia menoleh pada adiknya yang bersembunyi di balik tubuhnya. Ia menepuk jidat.

"Maaf ya, Jaemin agak pemalu. Tapi kalau sudah dekat dia akan menyenangkan. Nana, perkenalkan dirimu," bujuk Jaehyun pada adik kecilnya.

Jaemin berdebar-debar saking gugupnya. Setelah dibujuk dan di pelototi oleh Jaehyun, ia segera keluar dan mendongak. "Emm, n-namaku Choi Jaemin. S-salam kenal," katanya sambil membungkuk. Ia ingat perkataan guru etiket-nya bahwa di Korea harus membungkuk untuk memberi salam.

Setelah itu, dengan canggung ia menatap satu per satu anak-anak di hadapannya. Ekspresi mereka bermacam-macam, tapi ada satu anak yang membuatnya menjadi takut. Anak itu menatapnya dengan tatapan yang teramat tajam dan dingin bagi anak seusianya. Jaemin makin gemetaran dan hampir menangis.

Jaehyun yang melihat gelagat aneh sang adik, segera menghampiri dan memeluknya. "Nana, ada apa? Kau baik-baik saja?" Tanyanya cemas.

Jaemin tiba-tiba terisak, karena orang itu masih tetap memandangnya tajam. "Hiks, t-takut," lirihnya, lalu memeluk Jaehyun.

Semua mata kini menatap Jeno yang dipandangi sedemikian rupa oleh Jaemin. Mereka menghela nafas panjang, wajar saja Jaemin takut. Tatapan Jeno sangat mengerikan. Tapi tak terlalu mengherankan mengingat sifat dingin Jeno sudah mendarah daging. Mereka menatap Jaemin iba. Padahal Jaemin amat manis dan lucu..

Saat itulah Haechan datang mendekat dan menghibur Jaemin. "Jangan takut, Jeno memang seperti itu. Kau sangat manis, aku mau berteman denganmu. Bisa jadi kita akan berjodoh di masa depan," kata Haechan sambil terkekeh geli. Ia memang memiliki karakter yang ramah dan gampang bergaul dengan siapapun.

Jaemin merasa sedikit terhibur dengan kata-kata Haechan yang lucu. Ia mengusap air matanya dan menatap Haechan. Haechan mengatakan dirinya manis padahal Haechan lebih manis.

"Namaku Lee Haechan, tapi aku bukan bagian dari keluarga Lee yang ini," jelas Haechan, mengajak Jaemin bersalaman.

Jaemin menerima uluran tangannya dengan perasaan tenang. Lalu matanya tak sengaja melirik ke arah Jeno yang mengepalkan tangannya dan menatapnya lebih dingin. Inilah awal mula jeno membencinya, karena Jeno...

Menyukai Lee Haechan

Crazy Rich Kids (Jaemin/Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang