Kelima remaja itu kini duduk di meja dengan enam kursi. Jaemin bersebelahan dengan Mark dan Haechan, juga berhadapan dengan Renjun yang duduk disebelah Jaemin. Diam-diam Jaemin melirik ke arah Jeno yang hanya diam menunduk. Rona merah terlihat jelas di pipinya, lebih merah daripada yang ia lihat di rumahnya waktu itu. Semua pesanan telah tiba tapi tak satupun dari mereka tertarik untuk memakannya."Eum, sejujurnya aku masih tidak paham," kata Jaemin, membuka percakapan. "Haechan-ie, bukankah kau pacar Jeno?"
Haechan menoleh pada Jaemin. "Iya, Renjun-ie juga pacar Jeno."
"Hah?!"
"Jadi sebenarnya Jeno punya dua pacar?" tanya Mark. "Lalu apa maksudnya dengan video tadi?" Tadi Mark mengambil ponsel Haechan dari tangan Jaemin untuk melihat isi video itu.
"Jeno punya dua pacar?" ulang Jaemin, agak bingung.
"Kau juga pacar Jeno, Nana. Kan kita pacaran berempat," sahut Renjun.
"Uhuk,"Jaemin tersedak ludahnya sendiri. Tiba-tiba ia ingat ucapan kekanakkannya dulu sebelum pulang ke Inggris. Ia menepuk jidat. "Astaga!"
Tiba-tiba tawa Haechan meledak, ia memegang perutnya. "Hahaha, aduh. Itu adalah candaan kami selama ini dan tanpa sadar aku terus mengatakan hal itu bertahun-tahun. Maaf, semuanya menjadi kacau."
"Jadi maksudnya ucapan kita saat masih kecil dulu?" tanya Jaemin.
Renjun dan Haechan mengangguk.
Jaemin memijat pelipisnya. Padahal saat itu ia-lah yang tak memahami kata-kata itu. "Aku salah. Dulu aku pikir itu artinya kalian mengajakku berjalan-jalan."
"Apa? Jadi maksudmu kau tidak mengerti arti berpacaran saat itu dan menganggap bahwa itu artinya jalan-jalan?" sahut Renjun.
Dengan kikuk Jaemin mengangguk. "Maaf."
Kali ini Renjun dan Haechan tertawa bersamaan.
"Jeno terus membanggakan hal itu selama bertahun-tahun," kata Haechan.
"Walaupun berempat tak masalah asalkan salah satunya denganmu," imbuh Renjun, menggoda Jeno.
"Ehem," tegur Jeno yang tak tahan lagi dengan percakapan itu. Pipinya semakin memerah, bahkan hingga ke telinga.
"Jadi itu hanya kesalahpahaman anak kecil," gumam Mark, menyimpulkan. Tapi ia terkejut saat Jeno memelototinya. "Ya, jangan memelototiku seperti itu," kata Mark.
"Jeno-ya, kau ingin menjelaskan sendiri pada Nana atau biar kami yang melakukannya?" tanya Renjun, menoleh pada Jeno.
Jeno menatap mereka satu persatu dengan tajam tapi ia menciut saat bertemu pandang dengan Jaemin. Seketika ia menunduk, tak mau melihat mata Jaemin. Jeno sangat malu.
"Aku akan mengatakannya sendiri," kata Jeno setelah diam beberapa saat.
Jaemin menggigit bibir. Ia tak tahu bahwa Jeno memiliki sisi seperti ini. Segala ketakutannya buyar seketika. Sepertinya selama ini, pikirannya sendiri-lah yang membuat Jeno terlihat menakutkan.
"Saat itu, aku masih lima tahun...," kata Jeno memulai ceritanya.
Jeno POV
Mainan yang berserakan kini membuat Jeno kecil merasa bosan. Ruang bermainnya tak memiliki mainan baru. Jeno mengambil sekotak susu pisang di kulkas dan memperhatikan teman-teman yang berkunjung ke rumahnya hari ini. Ada Renjun dan Haechan yang sedang berebut boneka, Hyunjin yang sibuk memakan cemilan bersama Eric, lalu ada kakak sepupunya yang sedang ditempeli oleh bocah tampan berlesung pipi dari keluarga Choi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Kids (Jaemin/Nomin)
FanfictionTentang Jaemin dan lika-likunya sebagai anak konglomerat yang pemalu. Jaemin baru saja pindah ke Korea dan bertemu teman-teman baru. Ada yang membuatnya takut, ada pula yang membuatnya bersemangat. Ini cerita tentang para anak konglomerat, yang ter...