Q1

11 1 0
                                    

Bukankah waktunya bagi kita (baca: aku) untuk mengambil tindakan lebih, sebelum bala datang karena terlena berbicara fasih.
Bukankah saatnya bagi kita berhenti, untuk memastikan hal yang mustahil dipastikan, berbelok kepada kemungkaran, seolah ingin menerka 'oh begini rasanya sia-sia'.

Sekali lagi kita macet, entah pada satu titik atau banyak titik. Maju, kemudian melambat, berhenti, dan buruknya putar haluan.
Ada yang mulai melambat karena tekanan, sebagian berhenti karena suaranya direndahkan atau merendahkan diri karena menganggap diri memalukan. Kemudian ada yang berbalik karena.... ya Allah, karena persepsi yang diracuni tinta abu, kebingungan tapi merasa tabu untuk kembali memilah putih dengan hitam.

Bukankah akal diberikan sebagai alat kepada manusia untuk memilih? Menggerakan pola berpikir, mengindera lalu kita merangkai cerita dari sebuah tema.

Tapi lihat, kita yang menyedihkan
Kebingungan
Atas sesuatu yang paling sederhana untuk dikerjakan. Mengisi pagi hingga petang dengan pertanyaan tanpa jawaban. Lalu tertidur kelelahan dengan masih kebingungan. Mengulang. Menggila. Melupakan jutaan kalimat motivasi dari luar sana.

Jangan semangati. Makhluk dengan quarter life crisis semacam ini tidak perlu disemangati. Dampingi, tepuk punggunya dengan kalimat 'ayo atau mati', kemudian tampar saja saat masih bebal.

Penyicip kemerdekaan, Al.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seceruk DiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang