Pertemuan

3.3K 133 0
                                    

{ Kita harus bicara, aku tunggu waktu luangmu untuk menelponku }

{ Aku ingin membicarakan tentang hubungan kita, aku tahu kau tidak benar-benar ingin meninggalkanku }

{ Secepatnya hubungi aku ]

{ Aku tunggu Yuri }

{ Jangan lupa telepon aku }

{ Harus }

{ Aku tunggu }

Dua hari ini Sean terus mengirim pesan untuk Yuri. Tapi tidak sekalipun dibalas oleh Yuri. Sean duduk sambil menatap ponselnya. Dua jam berlalu setelah pesannya terkirim tidak ada tanda-tanda balasan dari Yuri.

Sambil menunggu tamu undangannya Sean masih senantiasa menunggu balasan pesannya. Sudah pukul delapan, padahal janji pertemuan mereka pukul tujuh. Satu jam orang itu telat dari yang dijanjikan.

Sepuluh menit kemudian seorang wanita dengan gaun berwarna lavender dan sepatu putih templek berwarna hitam berdiri di depannya. Sean tampak kecewa. Ia pikir akan bertemu wanita cantik dan sexy dengan high heels yang menampilkan kaki jenjangnya. Pikirannya sungguh vulgar.

Sean menatap dari atas sampai bawah penampilan wanita itu.

Gadis ini kurang hot, ya wajarlah karena dia masih anak kuliah. Masih berdandan natural dan make-up ala kadarnya.

"Kau Sachi Kanaka Xaviera?" Tanya Sean masih duduk di kursinya.

Sachi mengangguk dengan ragu. "I-Iya benar. Kau, Sean Athalla Rindratama?"

Sean cukup geli mendengar nama lengkapnya disebut. Lalu Sean bangkit, menarik kursi untuk Sachi duduk.

"Kukira kau tak akan datang karena alasan perjodohan kita ini. Ternyata kau datang meskipun terlambat." Sean duduk di depan Sachi. Mengamati wajah cantik Sachi yang selalu menundukkan kepalanya melihat ke bawah. Sean sempat melirik ke bawah, penasaran apa yang dilihat wanita itu.

"Maaf tadi jalanan macet."

"Bukan Jakarta kalau tidak macet." Ujar Sean, "Ada apa di bawah? Apa aku sejelek itu sampai kau tak ingin melihatku?" Suara Sean menegur. Sachi gemetar dan melirik Sean takut-takut. "Aku bukan pendofil. Jadi lihat aku jika sedang bicara."

Sachi menelan ludahnya susah payah. Sean sangat tampan, bola matanya yang coklat memberikan kesan mendalam. Alisnya tebal memperkuat ketampanan Sean. Sachi termenung melihat wajah Sean... laki-laki yang akan menikahinya ini tidak tahu keadaan dirinya. Ia merasa bersalah karena Sean yang menanggung perbuatan Daffa.

"Kau suka minuman vodka atau sejenis bir?" Tanya Sean ragu. Sachi dengan cepat menggeleng, "Good." Senyum Sean. Lalu ia memesan makanan dan minuman.

Pembicaraan mereka biasa saja, pembicaraan umum yang membosankan. Karena Sean memang tidak tertarik pada Sachi.

Mereka sibuk dengan makanan masing-masing hingga sedetik kemudian suara pesan dari ponsel Sean berbunyi.

{ Sean, lupakan aku }

Sean membaca notice ponselnya, tangannya menekan sendok sangat kuat. Dia menggertakkan giginya di dalam mulut. Baik... akan kulakukan seperti permintaanmu, batin Sean geram setengah mati.

Sachi tidak memperhatikan ekspresi Sean, dia makan sambil sibuk dengan pikirannya. Dia tidak tega pria di depannya ini terkena imbas atas perbuatan buruk adiknya. Sean memiliki kriteria yang sangat diidamkan kaum hawa. Tampan dan juga mapan. Sachi sempat membaca artikel tentang Sean Athalla Rindratama pengusaha properti sukses yang masih muda. Calon pewaris tahta Blackstar.

Sachi merasa seolah-olah sedang menjebak Sean. Apa mungkin Sean tidak memiliki kekasih?

Pria itu tampak berwibawa, bahkan saat makan tidak bersuara sama sekali. Sachi pikir apakah pria ini pendiam atau tidak suka padanya.

ISTRI TUAN SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang