Pernikahan

3.1K 124 1
                                    

"Kau benar-benar menikah, Sean... ini kejutan paling fenomenal sejagat raya," komentar Dewa, teman Sean yang paling playboy. Dia sedang menertawakan Sean, puas melihat temannya kehilangan masa lajangnya.

Hari ini pernikahan Sean dan Sachi, pernikahan paling mewah yang dilakukan di sebuah pulau di Bali yang dikelilingi laut biru yang jernih. Ah... ini adalah pernikahan paling diidamkan calon pengantin wanita. Sean Athalla Rindratama adalah pemuda kaya raya, wajar dia menggelar pernikahan mewah. Pernikahan mereka berlangsung tiga hari tiga malam, di Jakarta dan Bali.

"Kalian nikmati saja pesta ini, karena ini adalah pernikahanku." Ujar Sean dengan senyum datar sambil mengangkat gelasnya. Tidak terpancar kebahagiaan di wajahnya meski pesta sangat sukses digelar.

Dewa mencibir, "Ada apa dengan wajahmu? Sangat horor." Ia heran Sean berwajah muram

Sean segera menjawab, "Aku hanya ragu akan ini semua. Aku yakin bahwa Sachi tidak benar-benar ingin menikah denganku. Ya... meski aku akui dia wanita penurut, lemah lembut, dan mau melakukan apa pun yang kusuruh."

Sean menceritakan dengan ringkas persiapan pernikahannya yang diatur Diana. Dan Sachi tidak mengeluarkan pendapat dan hanya menurut.

"Ya Tuhan, jarang ada wanita seperti itu! Biasanya wanita paling repot menyangkut hal seperti ini." Ucapnya, "Kau harus bersikap baik padanya, Sean. Ajak dia bergabung duduk dengan kita."
Lanjut Aditya melihat ke arah meja yang diujung. Seorang wanita dengan gaun panjang putihnya duduk sendiri.

"Dia masih canggung, biarkan saja." Sean menoleh pada Sachi, lalu tertawa hambar. Entahlah apa yang dia tertawakan.

Dari hari pertama pesta dan sampai hari terakhir tidak ada senyum bahagia di wajah kedua mempelai.

"Ayolah, Sean! Istrimu juga cantik. Kau tidak boleh mengabaikan dia. Sekarang dia istrimu bersikap baiklah." Dewa sangat memaksa agar Sean membawa istrinya bergabung, "Dia cantik sekali... kau beruntung mendapatkan wanita muda itu."

Sean tersenyum sinis, "Menurutku dia biasa saja. Cantik dipandang tapi hanya jadi patung buat apa. Dia terlalu pendiam."

"Oia?" Ucap Dewa tertawa, dia kembali melihat wanita bergaun putih itu, "Aku kira dilihat dari wajahnya... dia cerewet dan penuh aturan." Dewa tersenyum lebar. "Kalau kau tidak ingin memanggil dia, biar aku yang ke sana."

Sean mendengus mendengar ocehan temannya, pria berbalut tuxedo hitam itu berdiri melewati deretan kursi di depannya. Disalah satu kursi seorang wanita meliriknya lalu dia tertunduk lagi sambil meremas gaunnya.

Terdengar suara deburan ombak dari pantai, angin malam itu tidak membuat Sachi kedinginan. Ia tampak mati rasa menikmati kesejukan udara di pantai.

Sachi bukan hanya lelah fisik tapi pikirannya juga sangat penuh. Memikirkan malam pertama mereka membuatnya merasa bersalah. Bagaimana kalau Sean tahu dia tidak perawan lagi?

"Kenapa duduk sendirian? Semua orang bisa salah paham melihat pengantin wanita termenung sendirian." Terdengar suara Sean sedingin es batu.

"A-aku suka melihat laut. Cantik." Jawab Sachi memandang lurus ke arah laut.

Sean berdecih. "Cantik apa? Lautnya berwarna hitam begitu." Ucapnya. Belum ada yang berkomentar laut cantik di malam hari.

Sachi berpura-pura tidak terpengaruh dengan ledekan Sean. Ia tetap duduk tanpa ekspresi menatap lurus ke laut. Beberapa menit mereka hening. Sachi sadar Sean sedang memperhatikan dirinya.

"Tuan Sean kenapa ke sini?" Tanya Sachi.

Sean menghela nafas dengan memiringkan kepalanya. Satu tangannya di saku celananya, "Kau menikah denganku karena uang?"

ISTRI TUAN SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang