Pertama kali

3.4K 115 0
                                    

Wanita dengan rambut panjang sepinggang tersebut keluar dari kamar mandi. Wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang langsing yang memperlihatkan struktur tulangnya tetap terlihat cantik. Dia memakai kimono handuk yang terletak di lemari kamar mandi. Dia melangkah kikuk di kamar yang berukuran seperti rumah itu.

Dia masih tidak percaya akan tinggal di rumah mewah seperti ini. Kamar ini sejuk sangat nyaman berbaring di atas kasur sambil berguling-guling tapi Sachi masih punya sopan untuk tidak menyentuh kasur sebelum pemiliknya memberi izin.

Sachi tidak membawa semua barangnya karena Sean mengatakan seperti itu. Seorang desainer keluarga Rindratama yang akan menyediakan pakaiannya. Bahkan sebelum masuk ke rumah ini Sean memberikan kartun ATM untuknya, sudah pasti itu tanpa batas penarikan.

Ini seperti kamar hotel. Kasur dengan ukuran size king, tv 42 inchi menempel di dinding dan di depannya sofa bahan berwarna putih dengan bantal di kedua sisi bisa untuk tidur juga pastinya. Pintu kaca menuju balkon ditutupi tirai putih hingga ke atas langit.

"Kenapa dia memiliki kamar seperti di hotel." Gumam Sachi dengan suara amat pelan.

Sachi tidak tahu ingin meletakkan barangnya yang tidak seberapa itu kemana. Satu koper besar masih tergeletak di lantai. Ia membukanya untuk mencari pakaian tidur. Di dalam kopernya juga ada ijasah SMA-nya, dia berharap bisa melanjutkan sekolahnya jika Sean mengizinkan.

Anehnya, Sachi tidak mual dan pusing seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Anaknya ini sangat tahu diri rupanya. Tapi nafsu makan Sachi sangat meningkat, tiba-tiba dia berasa lapar dan ingin memakan sesuatu yang jarang ia makan.

Sachi menyisir rambut sepinggangnya, memegangin ujung rambut sambil berpikir. Dengan uang yang diberikan Sean Sachi bisa melarikan diri kemana saja yang tidak dapat orang lain temukan. Kabur sepertinya jalan terbaik.

"Kau sudah selesai?"

Layaknya patung Sachi berdiri di depan menatap profil wajah datar mirip Hero Fiennes. Pria itu sudah memakai pakaian tidurnya, menatap Sachi tanpa ekspresi. Sean memang tidak pernah berekspresi jika berhadapan dengan siapapun termasuk orangtuanya. Beruntung wajahnya tampan jadi wanita mana pun tidak ada yang bisa menolak seorang Sean Athalla Rindratama.

Kemudian Sean duduk di sofa berwarna putih, entah sejak kapan sudah ada selimut tebal di sana. Sachi memandang dengan waspada karena pria itu sangat tenang di malam pertama mereka. Bisa saja dia langsung menyerang tanpa ampun. Sachi menyentuh bajunya, takut Sean melakukan dengan paksa.

"Rumah sebesar ini tinggal berdua tidak buruk juga." Ucap Sean. Mata Sachi terkejut, bukankah tadi keluarga Sean ada di luar menyambut mereka. Atau mungkin hanya berkunjung saja? Sayang sekali sebesar ini ditinggali sedikit penghuni.

"Di rumah ini ada peraturan yang harus kau lakukan. Yang pertama jangan menyentuh barang-barangku. Kedua jangan ikut campur dengan urusan pribadiku, kau bisa melakukan apa pun tapi ingat jaga sikapmu sebagai istriku. Dan yang terakhir sofa ini akan menjadi tempat tidurmu, aku tidak suka ada orang lain tidur di ranjangku. Sebenarnya aku bisa saja menyediakan kamar kosong untukmu. Tapi karena keluargaku sering berkunjung tanpa memberitahu...itu tidak baik untuk kita."

Sachi berkonsentrasi mendengar ucapan Sean yang panjang lebar itu. Sedikit tidak percaya Sean tidak ingin bersentuhan dengan wanita... atau mungkin dia gay? Ah tidak mungkin, dia tampan sekali sayang kalau tidak normal.

"Aku bukan tidak ingin menyentuhmu seperti pengantin pada umumnya. Tapi aku harus memastikan kau bersih atau tidak."

"A--apa maksudnya?" Kepala Sachi yang tadinya tertunduk kini melirik Sean takut-takut.

"Aku normal, aku bisa menyentuh wanita tanpa melibatkan emosional. Aku bisa saja menidurimu sekarang. Tapi kita belum saling mengenal. Aku tidak suka bau dan berdebu, sedangkan kau jarang mandi."

ISTRI TUAN SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang