bab 1

9.8K 204 2
                                    

"Cepat bilang siapa ayah bayi dalam perutmu itu?!"

Sachi menunduk mendengar bentakan wanita itu, ia menatap alat tes kehamilan di tangan kanannya. Dua garis merah tersenyum padanya, tapi jantungnya malah berdegup kencang. Kepalanya masih pusing dan perutnya terasa mual karena menangis terlalu lama. Ini benar-benar gila. Sachi hamil padahal dia belum menikah.

Tangan kanan Sachi gemetar, air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Bilang sama mama, Sachi! Siapa ayahnya?" Suara keras itu sekali lagi memenuhi telinga Sachi, "Bagaimana bisa kau hamil belum menikah, hh!"

Wanita paruh baya itu memukul dadanya yang sesak, tidak terbayangkan olehnya anak kesayangan perempuannya mengalami hal semacam ini. Elsa terduduk di lantai di depan anaknya yang berusia 20 tahun itu.

Elsa selalu membanggakan anaknya di depan orang lain, dia merasa bahagia dan beruntung memiliki Sachi sebagai anaknya. Dia adalah ibu paling beruntung di muka bumi, tapi itu hanyalah khayalan Elsa saja.

Sachi menghancurkan harapan orang tuanya. Dan hari itu untuk pertama kalinya Sachi ditampar ayahnya dalam hidupnya. Dia berlutut di lantai meminta maaf tapi tidak bisa meredam kemarahan ayahnya.

"Kita harus minta tanggung jawab laki-laki itu. Kau tidak mungkin menjadi orang tua tunggal dengan usia muda." Elsa menghela nafas, "Sachi, katakan siapa orangnya?"

Tapi lagi-lagi Sachi tidak menyahuti ucapan ibunya. Wanita berambut panjang dengan poni ke depan itu hanya menangis terisak-isak.

"Kau tidak ingin membuka mulut? Baik, Jangan tinggal di rumah ini lagi! Kau hanya menjadi aib di keluarga ini!" Seorang laki-laki paruh baya bersuara keras di ambang pintu kamar, "Tidak tahu diri! Anak perempuan macam apa kau itu!" Suara keras Zacky kembali menggema di rumah besar itu.

Mendengar kata-kata Zacky, Elsa tertegun untuk beberapa detik. Namun, Gladis malah menatap Sachi acuh tak acuh dengan wajah sinis dan berkata, "Sachi, kau masih tidak akan mengatakan siapa orang itu? Membuat susah saja. "

Sachi menundukkan kepalanya, dan matanya masih mengeluarkan cairan bening karena takut dan putus asa.

"Dasar anak tidak tahu malu! Bisa-bisanya aku punya anak yang liar sepertimu!"

Tangan besar Zacky menarik lengan anaknya keluar dari kamar dengan paksa. Elsa berusaha menahan suaminya untuk tidak mengusir putri mereka.

"Pak, tenangkan dirimu." Suara Elsa memohon. Ia menggelengkan kepalanya, "Sabar Pah, Kasihan Sachi... kemana dia akan pergi."

Zacky mendengus dengan kasar.

PLAK!

"ANAK TIDAK TAHU DIRI KAU BELA? "

Tamparan kuat melayang ke pipi Sachi. Zacky menatap Sachi dengan tatapan penuh kemarahan dan kecewa, segala makian keluar dari mulut Zacky untuk Sachi.

Sachi tidak menjerit dan tidak memohon lagi. Dia seperti orang yang mati rasa, terkejut dengan tes kehamilannya dan juga cara ayahnya menghakiminya. Mungkin dia tak lagi dianggap anak karena telah mencoreng nama baik keluarganya.

Gladis Asyara, kakak perempuan Sachi yang beda usia lima tahun dengannya hanya diam memandang Sachi dengan angker bukannya prihatin. Sudah lebih dari dua jam ia membiarkan Sachi dipukuli ayahnya.

Sekarang lihat sendiri, anak yang dibanggakan dan dimanjakan ternyata malah menumpahkan kotoran pada kedua orang tuanya. Gladis berdecih melihat Sachi, muak dengan adiknya itu.

"Keluar dari rumah ini!"

"Pa... jangan usir Sachi." Elsa berteriak sambil menangis.

Zacky menarik lengan kanan Sachi menuju pintu, tak peduli hujan dengan lebatnya membasahi bumi.

ISTRI TUAN SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang