Kerusuhan

4.9K 169 2
                                    

Keluarga Sachi berangkat dengan mobilnya menuju kediaman keluarga Rindratama. Akhirnya Sachi mengatakan siapa laki-laki yang menghamilinya. Usia kandungannya sudah dua Minggu, tapi baru diketahui tadi pagi saat ibunya merasa ada yang aneh pada anaknya.

Sachi mengeluh terlambat datang bulan, Elsa pikir Sachi hanya kelelahan makanya belum datang bulan. Namun saat Elsa menangkap keganjilan pada anaknya, ia mendapatkan test-pack di tas Sachi dan hasilnya positif.

Betapa terkejutnya Elsa, apalagi Sachi yang tidak pernah membayangkan akan hal itu sedikit pun.

Sachi duduk di jok belakang bersama Akash, pria remaja itu adik laki-lakinya. Dia berusaha menenangkan kakaknya yang terlihat cemas. Akash tahu tidak mudah bagi Sachi mengambil keputusan ini.

Sedangkan Gladis tidak ikut, dia memilih diam di rumah ketimbang mengurusi hal Sachi yang tidak penting baginya. Meski Gladis kurang baik tapi masih ada Akash untuk Sachi. Mereka tiga bersaudara dan Sachi anak nomor dua yang selalu mendapat kasih sayang lebih.

Tapi sekarang berbeda, masalah yang diciptakan Sachi mungkin tidak akan dimaafkan oleh ayahnya. Apalagi Sachi melakukannya atas dasar sukarela bukan dipaksa--diperkosa. Dia sendiri yang membuat kehancuran untuk masa depannya.

Padahal Sachi bukan anak nakal tapi bukan juga anak pendiam.

"Tenang ada gue." Akash menyentuh lengan kakaknya. Wanita itu sedari tadi hanya menangis saja di mobil, "Jangan menangis lagi nanti papa marah." Bisikan Akash membuat Sachi cepat-cepat menghapus air matanya.

Zacky melajukan mobilnya, dia masih diselimuti amarah yang kapan saja bisa meledak seperti bom.

"Dengar Sachi. Kau harus mengugurkan kandunganmu kalau pria itu tidak bertanggungjawab." Ucapan Zacky membuat Sachi semakin tertekan. Ya, sewaktu melakukan hal itu Sachi sadar akan perbuatannya. Dan sekarang menyesal pun tak ada gunanya.

"Lihat saja kubunuh pria itu jika mengelak!" Kata Zacky lagi dengan dongkol. Elsa hanya diam di samping suaminya

Setelah dua puluh menit mereka sampai di tujuan. Sachi mengerjap melihat rumah mewah dan besar itu. Dia belum pernah datang ke rumah Daffa tapi dia tahu Daffa anak orang kaya. Kabarnya orang tua Daffa adalah pengusaha sukses mencapai go Internasional.

Zacky langsung menarik Sachi keluar dari mobil. Sachi pasrah dengan wajah sembab mengikuti ayahnya hingga ke depan pintu. Tentu saja hal itu membuat penghuni rumah kaget, tubuh Sachi dihempaskan hingga wanita itu tersungkur di lantai.

"Mohon maaf kalian siapa ya?" Seorang wanita bertubuh subur dengan kain lap di bahunya terkaget melihat mereka.

"Dimana pemilik rumah ini? Saya ingin bertemu dengan Daffa Rindratama!" Suara Zacky keras dan tidak ada sopan. Sedangkan Sachi sudah berurai air mata di lantai.

Akash memegang lengan ibunya yang sudah gemetar dan menangis. Ini bukan hanya Sachi... tapi mereka sekeluarga terguncang dengan keadaan tubuh Sachi yang berbadan dua.

"Maaf Pak, Tuan rumahnya lagi pergi."

Bertepatan dengan itu mobil mewah muncul dari gerbang dan berhenti tepat di depan mereka. Tuan Ken Rindratama dan istrinya turun dari mobil dengan wajah bingung. Tetapi tidak terlihat anak laki-laki mereka.

"ANAK SAYA HAMIL DAN PELAKUNYA ANAK KALIAN! DIMANA ANAK KALIAN?" Teriak Zacky tanpa basa-basi.

"Bapa ini siapa? Siapa yang menghamili anak Bapak?" Tanya Ken kaget, pria dengan jas hitam berwibawa itu melirik wanita belia yang berlutut di lantai. Tangan istrinya menyentuh lengannya yang juga terlihat bingung dan takut.

"SACHI BILANG SIAPA YANG MENGHAMILI KAMU!" Teriak Zacky melihat anaknya dengan tatapan tajam dan marah.

Sepasang suami-istri Rindratama melihat ke arah wanita itu. Menyedihkan sekali anak itu dipermalukan ayahnya sedemikian rupa. Tapi mereka juga kaget dan penasaran, apa yang sedang terjadi. Kenapa anaknya di bawa-bawa dalam perkara mereka.

"Paa... tolong kita bicara baik-baik. Kasihan Sachi." Ujar Elsa tertekan melihat keadaan anaknya. Akash hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apa-apa.

Saat Sachi mendongak dia melihat orangtua Daffa yang menatapnya dengan mimik wajah yang membuatnya takut. Karena Sachi belum juga bersuara, Zacky semakin naik pitam.

PLAK!

"Bicara kamu!" Desak Zacky.

Ken melihat pipi anak perempuan itu merah bekas tamparan, menarik nafas. "Anda kalau bertamu datang baik-baik. Kita bicarakan dengan kepala dingin."

Bulu mata Sachi yang basah naik ke atas dengan ketakutan saat Ken menyentuh tangannya untuk bangkit berdiri. Pria itu memperlakukannya dengan sangat baik berbeda dengan ayahnya yang dari tadi terus saja memukulnya.

🌹🌹🌹

Semua pembicaraan keluar begitu saja. Mereka sama-sama ingin menjaga maruah keluarga mereka. Ken menatap Sachi lalu kembali melihat Zacky yang masih emosi. Tadinya Ken mengusulkan akan membiayai kehidupan Sachi tapi dengan catatan tidak bisa menikahkan Sachi dengan anaknya. Hal itu di tolak mentah-mentah oleh Zacky.

"Berani-beraninya kau bicara seperti itu!" Maki Zacky dengan mata melotot.

Ken agak lama terdiam, saat Zacky tenang sedikit barulah ia berkata, "Daffa sudah berangkat ke L.A untuk melanjutkan study-nya. Itu kenapa kami tak bisa menikahkan Sachi dengan Daffa." Ujar Ken dengan hati-hati.

"Lalu?" Pekik Zacky, "Kau mau anakku punya anak tanpa suami? Heh... kau punya anak perempuan?" Ketus Zacky yang sudah berkacak satu tangan di pinggangnya, "Coba kau pikir pakai otak baru bicara!"

"Saya tahu perasaan anda."

"Diam!" Bentak Zacky pada istri Ken. Membuat mereka yang duduk di ruang tengah itu terkejut, "Karena kalian orang ternama dan terpandang di Jakarta ini, lantas tega membiarkan anakku kehilangan masa depan." Ucap Zacky melihat pasangan suami-istri itu.

Sachi terdiam dengan kepala tertunduk. Kurang ajar betul Daffa pergi ke luar negeri tanpa pamit dengannya. Tangannya menekan ujung bajunya, sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak terjatuh. Rasanya luar biasa sesak dan sakit di hatinya.

Diana memandang Sachi dengan perasaan sedih. Mereka mempunyai satu anak perempuan, tapi sebagai perempuan Diana paham betul perasaan Sachi. Diana pun menyentuh lengan suaminya agar memberi keputusan yang adil pada mereka.

"Sachi." Panggil Diana lembut, "Kau benar-benar ingin mempertahankan anakmu?"

Sachi menatap ibunya yang duduk di samping ayahnya. Di depan keempat orang tua itu Sachi mengangguk. Dia sudah berbuat dosa jadi tidak mau lagi menambah dosa yang berat. Apa pun resikonya Sachi ingin melahirkan anaknya.

Saat itu juga Diana membawa suaminya untuk berunding berdua di dalam. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi Zacky masih setia menunggu keputusan keluarga itu. Dia tidak akan pergi selama anaknya belum mendapatkan pertanggungjawaban.

"Kalau Daffa sudah berangkat ke L.A lalu bagaimana dengan Sachi? Mana mungkin kita punya biaya untuk menerbangkan Sachi ke sana." Tiba-tiba Akash membuka suara, ternyata dalam diam dari tadi dia memikirkan itu.

Seketika Zacky melihat Sachi, "Semua karena kau!" Bentak Zacky. Sachi menunduk penuh penyesalan.

Elsa memandang suaminya dengan tatapan kesal, "Pa, Udah! Berapa kali lagi Sachi dimarahin? Belum puas mukul dia di depan orang tua Daffa?" Ucap Elsa.

"Ini karena kau tak becus mendidik anak!" Zacky malah menyalahkan Elsa.

"Tolong jangan buat kericuhan di rumah orang lagi, Pa." Ucap Akash sopan. Padahal dia tadi yang memancing.

Dua puluh menit kemudian pasangan suami-istri Rindratama kembali. Dari wajah mereka sepertinya sudah mencapai keputusan final..

ISTRI TUAN SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang