Tidak Perawan

3.4K 111 3
                                    

Meski sangat ngantuk dan lelah Sachi tetap membuka matanya, wajah Sean yang tertidur pulas tepat berada di depannya dengan wajah mereka yang berjarak hanya dua jengkal. Sachi menunggu Sean bangun sebelum ia tertidur. Dia begitu penasaran dengan apa yang dipikirkan pria itu setelah bangun.

Bola mata Sachi memperhatikan setiap inci wajah Sean. Alis matanya tebal, bibirnya yang merah seperti bertato. Hanya Ari Wibowo yang memiliki bibir seksi dan berwarna fress seperti ini. Ternyata bibir Sean bisa seperti itu.

Melihat Sean Sachi tidak tertarik, tidak ada perasaan yang tertanam pada pria itu. Hanya... okeh Sean suami yang dia nikahi karena terpaksa. Tapi setelah berhubungan seks, Sachi membawa perasaan emosional pada pria ini. Dia takut Sean meninggalkannya setelah tahu semua kebohongannya. Kenapa bisa seperti ini? Ia merasakan ketulusan saat mereka bercinta. Apakah hubungan seks bisa berubah jadi cinta?

Sachi terkesiap ketika mata Sean perlahan terbuka. Apakah Sean masih mabuk? Belum ada suara pria itu keluar, mereka saling memandang juga membisu. Mata Sachi mengerjab menunggu Sean bereaksi. Jantungnya berdebar antara takut dan cemas.

Tiba-tiba jari panjang Sean mengelus bibir bawah Sachi lalu bibir atasnya. Apa yang sedang dipikirkan pria ini? Tidak ada senyuman di wajah keduanya.

"Apa masih sakit?" tanya Sean dengan lembut. Sachi meneguk ludahnya, masih sakit. Meskipun sudah tidak perawan lagi tapi yang di bawah masih terasa perih. "Maaf aku mabuk semalam, jadi aku melakukan hal yang harusnya tidak kulakan. Kau marah?" tanyanya.

Melihat tubuh mereka hanya dilapisi selimut dan pakaian berserakan di atas tempat tidur, Sean bisa menebak apa yang terjadi semalam. Meski kepalanya masih sakit akibat pengaruh alkohol, dia memasang wajak sok santai.

Sachi menggeleng cepat. "Aku tidak marah."

Tangan Sean berpindah ke leher wanita itu lalu mengelus  kulit bahunya. Bekas gigitan berwarna merah masih sangat jelas di sana. Astaga.... terlalu banyak. Seliar apa mereka semalam? Sean tidak bisa mengingatnya. Tapi yang jelas bagian tubuhnya kembali berdenyut seranjang dengan posisi seperti ini bersama Sachi. Tanpa pakaian dan menatap bercak merah itu.

Sean melirik jam dinding, pukul 5 subuh secepat itu dia bangun. "Tidurlah lagi ini masih terlalu pagi."

"Tidak. Aku akan masak sarapan saja." Sachi terduduk dengan cepat hingga refleks selimutnya turun kebawah. Ia buru-buru menutup bagian dadanya dengan tangan sambil meraih kembali selimut untuk menutupi tubuh nakednya.

Tapi Sean malah menarik lengan Sachi hingga kepala wanita itu kembali ke atas bantal. Sean menatap lekat wajah Sachi lalu tangannya menurunkan ke bawah selimut itu hingga bagian tubuh Sachi terdedah. Dia terlihat begitu serius melihat bagian itu banyak bekas merah yang pasti itu adalah perbuatannya.

"Semalam kita benar-benar melakukannya."

Sachi menahan nafasnya, ia pasrah menjadi objek tontonan Sean. Yang membuat Sean bingung tidak ada bercak darah di spray itu. Tapi tidak masalah karena banyak wanita yang kehilangan perawan tanpa mengeluarkan darah, bukan? Sean pun ragu.

"Aku ke kamar mandi dulu." Sachi menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Mengapa Sachi menunjukkan spray  putih tanpa bercak darah. Ia mempertaruhkan dirinya akan apa yang terjadi nantinya.

Ka Sean, aku tidak perawan. Bisakah kau lihat petunjukku, di dalam perutku ada seorang bayi, batin Sachi.

Ia berjalan sambil melirik Sean yang kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur. Entah apa pikiran Sachi, tiba-tiba ia sangat kasihan pada Sean dan tidak ingin mempermainkan pria itu terlalu lama lagi.

Sachi berkaca di depan kaca wastafel kamar mandi. Mengamati bekas merah ciptaan Sean, berbeda dengan pertama kali Sachi melakukan dengan Daffa, penuh ketakutan dan cemas. Dengan Sean begitu menyenangkan dan dipenuhi rasa puas yang membuatnya bisa tersenyum malu. Jadi ini yang namanya berhubungan yang halal.

ISTRI TUAN SEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang