"Panasnya masih belum turun ya."
Mama Inko menunjukkan termometer dengan angka 38 derajat Celcius. Tenang, [Name] panas bukan karena terkena Covid-21. Eh apa sih namanya?
"Makanya [Name]-chan nurut sama Ibu."
[Name] hanya berbaring dengan mem-poutkan bibirnya, sedikit kesal mendengar perkataan Izuku.
Tadi pagi [Name] memaksa untuk tetap jogging, padahal langitnya mendung. Mama Inko juga sudah bilang untuk tetap dirumah, [Name] tetep keukeh. And last dia pulangnya kehujanan. Udah gitu bukannya mandi malah tidur. Jangan ditiru ya kawans.
"Sudah-sudah, [Name] tidur ya. Izuku juga, sebelum tidur minum vitamin dulu."
"Ha'i-ha'i."
~
"Istirahat yang banyak ya, [Name]-chan. Aku berangkat dulu ya."
Izuku mengacak pelan rambut [Name], [Name] hanya menatap malas ke arah Izuku.
"Ini payung, nanti kehujanan, sakit lagi. Nanti kalau sakit okaa-san bilang ketularan aku lagi. Males ah."
Izuku terkekeh mendengar ucapan yang keluar dari bibir adiknya.
Izuku mengambil payung yang [Name] berikan, dan berjalan menyusuri jalan yang basah karena hujan tadi malam.
Hujannya awet dari pagi sampai malam.
[Name] kembali masuk ke rumah, berjalan dengan malas-malasan. Sakit itu tidak enak, enaknya cuma rebahannya doang, yang lain lewat. Masa kalau sakit tidak diperbolehkan main ponsel, apa hubungannya coba sakit sama ponsel?
Karena bosan disuruh istirahat mulu, [Name] dengan iseng masuk ke kamar Izuku. Kamarnya dipenuhi dengan poster dan barang-barang bertema All Might.
"Dasar otaku garis keras."
[Name] berdecak heran, ini foto Izuku sendiri mana?
"Oh?"
Iris emerald-nya menangkap sebuah foto yang dibingkai rapi diatas nakas.
"Izuku menyimpannya ya.."
[Name] tersenyum simpul melihat foto dirinya bersama dengan Izuku saat kelulusan SMP.
"Aku masih imut-imut ya.."[Name] berniat mengambil foto itu sebelum sebuah panggilan dari mama Inko mengejutkannya.
"[Name] ini temanmu menelepon!"
Kenapa mama Inko jadi ngegas begini? Ketularan mama Mitsuki?
[Name] segera mengambil ponselnya itu, dalam hati berterima kasih kepada orang yang meneleponnya karena hal ini bisa membuatnya memegang ponsel kesayangannya.
Tertulis nama sang penelepon.
Roki-chan
Auah malas. [Name] menggeser ikon berwarna hijau kekanan untuk menerima panggilan dari teman sekelasnya itu.
"Moshi-moshi."
"Ini [Name]?"
[Name] hanya menjawab dengan berdeham.
"Hm."
"Minna, Mido-chan masih hidup!"
"Beneran?! Kirain udah mokad."
"Nasi kotaknya gimana?"
"Anjir, parah lu semua."
"Kek lu ga aja."
"Tobat kalian."
"Ada jual akhlak?"
"Itu di sho─pipp!"
Ngabisin pulsa aja dengerin suara teman-teman akhlakess-nya, [Name] tarik kata terimakasihnya tadi.
[OMAKE]
"[Name]-chan."
[Name] berbalik, melihat siapa gerangan yang memanggilnya didepan pintu kamarnya.
"Kenapa?"
"Ini aku membelikan mu coklat. Eh tunggu, kalau sakit boleh makan coklat kan?"
[Name] hanya menjawab dengan anggukan, yah boleh juga makan yang manis-manis. Untuk menaikan semangat hidupnya.
"Ini enak. Beli dimana?"
Izuku yang sedang mengeluarkan makanan belanjaannya ke lantai mendongak, menatap [Name] yang duduk di ranjang.
"Aku membelinya dari kakaknya Todoroki-kun, yang teman sekelasmu itu."
Memang gadis multitalenta.
"Coba bola-bola coklat ini, Izuku."
[Name] menyuapkan bola coklat itu pada Izuku, setelah selesai mengunyah dan menelannya, gantian Izuku lagi yang menyuapi [Name].
Mereka berdua suap-suapan sambil bercerita hal yang tidak penting.
"Udah cukup, nanti diabetes aku."
Cukup dengan kemanisan coklatnya, ditambah kemanisan wajah Izuku. Duh ampun deh. Bisa-bisa diabetes mendadak.
Mama Inko hanya memperhatikan ke-sweetan kedua anaknya dari balik pintu, tidak berniat nimbrung. Mending difoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins | Midoriya Izuku
FanfictionLahir dihari yang sama dengan sifat yang berbeda. Membuat mereka memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayang. Midoriya Twins, yang satu imut-imut ambisius dan yang satunya lagi sok-sokan dingin tapi gagal . Penasaran cerita random merek...