[10/10]

364 50 14
                                    

Tak terasa saat ini sudah berada di akhir tahun yang dimana ini adalah musim dingin. Di saat seperti ini pun Izuku mengambil ijin keluar dari asrama untuk pulang ke rumah.

Ia sedang mengemas barang-barangnya sekarang. Setelah selesai dan berpamitan dengan Pak Aizawa dan teman-teman nya Izuku pun menuju gerbang asrama U.A.

Izuku berjalan keluar dengan antusias dan jantung berdegup kencang karena akan menemui adik dan ibu nya.

"Izuku!"

Sang pemilik nama terperanjat kaget.

"[Name]-chan! Kau menjemput ku?"

[Name] tersenyum lebar menunjukkan gigi rapi nya. Rambut yang di kuncir dua.  Menggunakan baju dan celana panjang di sertai syal merah.

"Bukankah aku harus menjemput mu."

Tentu saja Izuku senang dengan kehadiran adik nya di depan gerbang U.A untuk menunggu nya.

Izuku tersenyum simpul dan menepuk kepala adiknya itu.

"Oke mari kita pulang, aku merindukan masakan ibu."

(fyi, [Name] dan Izuku emang beda panggilan ke mama Inko. [Name] manggil mama Izuku manggil ibu.)

[Name] mengangguk dan menggenggam tangan Izuku. Walau sedikit terkejut dengan perilaku adik nya yang sedikit berbeda ia tetap membalas genggaman [Name].

Di sepanjang jalan menuju rumah [Name] tak henti-henti untuk bercerita. Jarang sekali melihat [Name] mau bercerita seperti ini.

Setelah sampai di rumah Izuku langsung membersihkan bajunya yang terkena salju dan menuju meja, Mama Inko dan [Name] sudah berada di sana.

Izuku menceritakan banyak hal di meja makannya, [Name] juga ikut bercerita. Mama Inko tersenyum hangat merasakan suasana yang sudah lama ia rindukan.

Setelah menyelesaikan cerita dan makannya, [Name] membantu mama Inko untuk mencuci piring. Walau mama Inko sudah bilang tidak usah tapi dia tetap memaksa.

Entahlah sikapnya ini mulai berbeda sejak beberapa hari yang lalu. Biasanya dia akan mengatakan aku aja yang cuci piring hanya sebagai pencitraan karena dia tau mama Inko pasti bilang tidak usah. Setelah di tolak untuk mencuci piring dia akan langsung masuk kamar.

Menjadi anak yang banyak bicara juga padahal biasanya dia hanya diam sebelum di ajak bicara. Puber lagi kali, pikir mama Inko.

Setelah selesai mencuci piring, [Name] menyusul Izuku yang berada di ruang tamu.

"Izuku Izuku."

[Name] menggoncang tubuh Izuku dari belakang dan sedikit meremas bahu nya.

"Ayo ke pasar malam."

Izuku berkedip dua kali dan menoleh ke belakang menatap adik nya. Bisa-bisanya manusia yang lebih memilih untuk di kamar seharian mengajaknya ke pasar.

Tidak mau [Name] berubah pikiran, Izuku langsung mengangguk antusias.

Melihat itu [Name] mengepal kan tangannya di depan dada. Ia menuju kamar untuk mengambil syal nya dan berpamitan kepada mama Inko.

Mereka ke pasar malam dengan berjalan kaki, cukup ramai.

Di pasar [Name] memilih untuk membeli makanan-makanan untuk di makan bersama di rumah.

"Izuku mau beli apa?"

Izuku menggeleng sebagai jawaban bahwa tidak ada lagi yang perlu di beli.

Menghabiskan waktu bersama [Name] saja sudah membuat nya bahagia. Adiknya sangat ekspresif hari ini. Entah apa yang membuat nya seperti ini.

Jangan-jangan dia punya pacar.

Izuku langsung mengibas-ngibas angin di atas kepalanya dengan maksud menghilangkan pikiran-pikiran yang ada di kepalanya.

[Name] yang melihat itu hanya memasang wajah datar, dia langsung mengubah ekspresi nya ketika Izuku menoleh kepadanya untuk mengajak pulang.

.

.

.










[OMAKE]

Izuku sedang duduk di lantai ruang tamu, ia merasa sangat kenyang karena setelah makan malam lanjut memakan makanan di yang di beli di pasar.

Selang beberapa menit dirinya menutup mata, [Name] ikut duduk di samping nya. [Name] menggeleng karena mengerti arti tatapan Izuku yang bertanya ada apa.

Surai panjang hijau mengkilap yang di gerai. Atasan turtleneck lengan panjang dan celana panjang berwarna hitam. Itu telah menjadi outfit yang paling sering di pakai nya sejak masuk SMA.

Izuku memperhatikan adiknya yang memainkan ponsel di samping nya. Sesaat ia melihat sesuatu di lengan [Name] saat gadis itu mengangkat tangannya ke atas. (ngulet gitu).

"Apa ini?"

Terlihat seperti luka sayat dam suntikan.

Wajah [Name] berubah menjadi panik, dia tidak menyangka Izuku akan menyadari nya.

Sudah seperti ini ia merasa tidak akan bisa membohongi Izuku, [Name] mengangkat pandangannya menatap langsung ke iris hijau kakak nya itu.

"Hihi."

The end~

My Twins | Midoriya IzukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang