ASA DALAM SEBUAH PERJALANAN

20 5 6
                                    

Aida dan Nadia berharap cemas menunggu sahabatnya yang belum sampai di Pos 5 Pendakian Gunung Ciremai. Bahkan Agus yang tadi bersama mereka sampai di Pos 5 kembali turun untuk memastikan keadaan Yuda, Haris dan Meisya yang belum kembali.

"Agus sudah lama menyusul mereka, tapi hampir 30 menit sejak kepergiannya belum terlihat tanda-tanda dia kembali," ujar Aida pada Nadia.

"Mereka akan baik-baik saja," hibur Nadia pada Aida yang sejak tadi terlihat cemas. Sebenarnya apa yang dicemaskan oleh Aida juga dirasakan oleh Nadia, namun Nadia mampu menguasai diri, sehingga tidak terlihat panik dihadapan Aida.

"Aku percaya padamu, kau pasti baik-baik saja," ucap Nadia dalam hati. Dia tidak ingin Aida bertambah panik. Makanya dia segera mengajak Aida untuk mencari tempat mereka mendirikan tenda untuk bermalam.

"Lebih baik kita cari tempat saja dulu untuk mendirikan tenda, kalau bisa tenda yang ada pada kita langsung didirikan. Biar nanti mereka datang bisa langsung istirahat di tenda."

Walaupun enggan untuk mengikuti ajakan Nadia, namun Aida tetap mengikuti langkah Nadia mencari tempat untuk mereka bermalam. Kebetulan suasana di Pos 5 sudah ramai dengan para pejuang pendakian yang mulai berdatangan, mereka langsung mendirikan tenda dan memasak seadanya.

Aida membenarkan ucapan Nadia, sebaiknya mereka memang mendirikan perkemahan dan memasak untuk keperluan mereka bermalam di Pos 5. Apalagi sebentar lagi hari akan beranjak sore. Suasana gelap akan menyulitkan mereka untuk beraktifitas di puncak gunung Ciremai.

***

Agus terus menyusuri jalan setapak yang tadi dilaluinya, dia berencana menyusul ketiga sahabatnya yang belum juga sampai di Pos 5. Agus cemas dengan keadaan sahabatnya itu, apalagi sebentar lagi hari akan beranjak sore. Dia harus mengejar waktu agar tidak keburu gelap dalam menyiapkan diri bermalam di Pos 5.

Jalanan cukup terjal, medan yang dilaluinya memang sulit. Akan tetapi Agus tetap berjalan menyusuri jalan setapak yang telah dibuatkan oleh petugas agar para pendaki tidak kesasar. Sepertinya mereka adalah pendaki terakhir jalur Apuy. Karena sejak tadi, Agus tidak berpapasan dengan seorang pun yang hendak bermalam di Pos 5. Para pendaki sepertinya sudah sampai di Pos 5.

"Ah, jangan-jangan aku kesasar nih," seru Agus mulai mencemaskan dirinya."dari tadi aku tidak melihat siapa pun."

Agus mulai memperhatikan jalur pendakiannya. Dia ingin memastikan bahwa jalur ini adalah jalur setapak yang tadi dilaluinya.

"Tapi aku merasa ini memang jalan yang tadi aku lalui, aku sangat hapal dengan pohon itu. Tadi aku, Aida dan Nadia sempat beristirahat di sana."

Agus yakin ini adalah jalur yang tepat, makanya dia segera kembali melanjutkan perjalanan menuruni jalan setapak gunung Ciremai.

Setelah berjibaku dengan kondisi jalanan yang cukup terjal, akhirnya Agus melihat ada tiga orang yang tergelatak di pinggir jalan setapak. Tubuh mereka ditopang oleh pohon yang melintang dan tali yang terpancang kencang. Agus yakin kalau mereka adalah para sahabatnya yang sedang dicari. Maka dengan tergesa-gesa, Agus segera menghampiri ketiga tubuh manusia itu yang masih tergeletak dengan perasaan cemas. Akan sangat berbahaya ketika tidur di tempat seperti ini.

Setelah dekat, Agus akhirnya lega kalau tiga orang itu adalah sahabat mereka. Tapi wajah Agus langsung pucat ketika melihat tiga temannya seperti tidak sadarkan diri. Maka dia segera menghampirinya.

"Yud, Yuda." Agus menggoyangkan tubuh Yuda dengan perasaan cemas. Namun keadaan Yuda masih sama. Dia tidak bergerak sedikit pun. Kemudian dia melihat kearah Haris yang bertubuh besar.

"Haris, bangun!" seru Agus sambil menggoyangkan tubuhnya yang penuh lemak. Sama halnya dengan Yuda, Haris pun nyaris tidak terganggu dengan panggilan Agus.

Antara Kita, Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang