MENGUBUR KENANGAN, MERAIH MASA DEPAN

2 1 0
                                    

10 Tahun berlalu.

Matahari pagi tiba dengan pesona keidahannya, 4 orang pendaki Gunung Ciremai tampak menimati sunrise yang muncul pada waktu itu. Mereka tampak terbuai dengan pesona alam yang memanjakan mata.

"15 tahun yang lalu kita disini, dan sekarang kita kembali ke sini," ujar salah satu dari mereka yang bertubuh gemuk.

"15 tahun yang lalu kamu naik sebagai pecundang, dan hari ini kamu tiba disini bak kesatria," puji wanita satu-satunya diantara mereka.

Hidung si tubuh gemuk tampak kembang kempis mendapat pujian.

"15 tahun yang lalu kita disini telah menorehkan sejarah persahabatan yang selalu terkenang."

"Dan kenangan 15 tahun yang lalu kembali berulang saat ini."

Keempat pendaki Gunung Ciremai itu adalah 4 sahabat yang tiada lain Yuda, Agus, Meisya dan Haris. Mereka sengaja kembali ke puncak Gunung Ciremai untuk mengenang masa 15 tahun silam.

"Sayang, Nadia dan Aida tidak ada di sini," sesal Haris.

Agus langsung menoleh kepada Yuda, dia tahu Yuda adalah orang yang bertanggungjawab atas menghilangnya Nadia. Dia pergi meninggalkan Yuda dan hidupnya di Subang karena keputusan Yuda untuk menjadikan Nadia sebagai sahabat saja.

Yuda diam, dia ingat Nadia. Wanita itu adalah cinta pertamanya. Tapi dia juga yang telah membuat Nadia menangis. Yuda tahu saat ini Nadia ada dimana. Dia pernah mencarinya dan bertemu dengan Nadia. Saat itu dia hendak pergi ke Belanda untuk melanjutkan studinya. Yuda sengaja datang ke Semarang untuk memperbaiki hubungan dengan Nadia agar tetap terjalin. Yuda ingat momen ketika bertemu Nadia di Semarang. Saat itu dia sedang bersiap pergi ke Belanda.

"Ini bukan perpisahan, tapi cara jalan kita menempuh hidup masing-masing. Kamu harus semangat meraih mimpimu. Dan aku akan berlari meraih mimpiku di Belanda."

"Kamu mau ke Belanda?"

"Ya, aku akan ikut kakakku yang melanjutkan sekolah di Belanda. Aku akan ikut dengannya sekaligus melanjutkan kuliah di sana."

"Tapi kamu akan kembali lagi, kan."

Nadia menggelengkan kepalanya, dia mengeluarkan napas panjang.

"Hari ini kita terakhir bertemu, besok aku sudah berada di Belanda. Kita tidak perlu saling mengingat, biarlah perkenalan kita menjadi mimpi bagimu yang tidak untuk dikenang."

Yuda terhenyak dari lamunan ketika tangan Agus menepuk pundaknya. Agus seperti tahu bahwa Yuda sedang mengenang masa-masa bersama Nadia. Agus melihat ada butiran air mata yang keluar dari mata Yuda.

Yuda tersenyum, dia berusaha untuk mengalihkan perhatian Agus pada dirinya.

"Aida tidak kamu ajak, Gus?"

Agus tahu Yuda menghindar. Tapi dia tidak punyak hak untuk memaksa.

"Dia sedang hamil anak keduaku Gus. Aku tidak tega membawanya ke gunung. Takut brojol di sini." Ucapan Agus mengundang tawa dua sejoli yang sudah menjadi sepasang suami istri. Haris dan Meisya sudah menikah lebih dulu, tidak lama mereka lulus SMA, mereka menikah. Dan saat ini mereka sudah diakruniai 3 orang anak perempuan.

Yuda hanya tersenyum, dia tidak bisa membantah lagi. Aida yang merupakan alumni 15 tahun lalu muncak Gunung Ciremai saat ini sedang hamil besar, wanita yang dulu pernah mencintainya itu kini telah berhasil dipersunting Agus.

Takdir selalu menjadi misteri, tidak ada yang tahu catatan kehidupan kita akan berakhir dimana. Agus yang sempat down mengejar Aida, akhirnya berhasil meyakinkan Aida bahwa dirinya adalah lelaki yang pantas untuk mendampingi hidupnya.

"Mengapa kamu membiarkan Yuli pergi, Yud?" tanya Yuda.

"Itu adalah keputusannya, aku berusaha untuk menjelaskan padanya. Tetapi dia sudah tidak ingin beretemu denganku. Kuhubungi lewat sahabatnya Rita pun, dia tidak pernah datang lagi." Yuda langsung menunduk sedih. Dia ingat bagaimana perjuangan dirinya mempertahan perasaan untuk Yuli. Tetapi dia malah pergi dan meninggalkan dirinya dalam jurang penyesalan. Yuli tidak memberinya kesempatan untuk menjawab cintanya.

Haris dan Meisya yang sudah tahu permasalahan Yuda tidak ada yang berani berkomentar. Mereka berdua larut dengan kisah sahabatnya yang sangat rumit.

"Kamu juga tidak mencoba menahan kepergian Arin pulang ke Sidoarjo?"

Yuda kembali menggelengkan kepalanya, kepalanya mendongak kearah langit yang sudah mulai terang. Dia ingat perawat cantik itu adalah satu-satunya wanita yang mendapat restu dari ibunya. Dia akui kalau Arin cantik, tetapi dia tidak yakin dengan perasaannya.

"Mencintai berarti harus membuatnya bahagia, aku tidak yakin dengan perasaanku. Aku tidak ingin menyakitinya karena balasan cintaku tidak sesuai dengan pemberiannya. Dia berhak untuk bahagia dan mendapatkan orang yang lebih baik dariku."

"Aku pernah bertemu dia di sosmed temanku, dia sudah menikah dengan seorang tentara dan sekarang berada di Bali."

Yuda tersenyum senang.

"Itu adalah mimpinya, dulu dia pernah berkata kepadaku ingin punya suami yang membawanya tinggal di Bali. Bali adalah mimpinya, dia sangat mencintai keindahan pulau Dewata itu."

Agus menatap wajah Yuda dengan lekat, Yuda tahu kalau Agus saat ini sedang memperhatikannya. Pandangan Yuda masih tertuju pada hamparan alam luas yang terpangpang dihadapannya.

"Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, Gus?"

"Kamu harus menjawabnya dengan jujur!"

"Apa?"

"Diantara tiga wanita itu, siapa sebenarnya pilihan hatimu?"

Yuda balik menatap Agus, dia tersenyum. Agus adalah pendukung Nadia. Dulu Agus sangat berharap Yuda menerima Nadia.

"Wanita yang selalu menuntunku pada jalan kebenaran itu adalah wanita impianku." Yuda langsung membalikkan tubuhnya berniat hendak turun ke perkemahannya di pos 5. Tangannya meraih sebuah tasbih yang dulu diberikan oleh seorang wanita. Tasbih itu dipeluknya dengan segenap perasaannya. Tasbih itu masih tersimpan sampai sekarang, seperti halnya dia menyimpan rindu itu hingga saat ini.

Agus mengerti siapa wanita yang dimaksud oleh Yuda, tetapi dia tidak berkomentar. Dia mengikuti Yuda yang hendak kembali ke pos 5.

Haris dan Meisya hanya melongo, mereka bingung dengan ucapan Yuda yang penuh teka-teki. Tetapi melihat dua sahabatnya yang mulai menuruni puncak Gunung Ciremai, mereka pun segera bergegas untuk ikut turun.

Gunung Ciremai adalah awal kisah Yuda meraih hatinya, dan bersama di Gunung Ciremai juga Yuda mengubur mimpi dan kenangannya. Kini Yuda telah hidup bahagia dengan istri dan dua anaknya. Tiga wanita itu adalah kenangan, tidak harus selalu dikenang, tapi cukup dijadkan pembelajaran hidup. Tiga wanita itu adalah masa lalu, karena masa depannya saat ini adalah mencintai dan menyayangi keluarga kecilnya yang sudah terbentuk. Mencintai tidak harus memiliki, mencintai harus saling memercayai. Mempercayai apapun takdir yang diberikan. Tidak perlu mendakwa suratan, karena setiap manusia sudah mempunyai jalannya sendiri. Baik menurut kita, belum tentu baik menurut Tuhan. Tetapi baik menurut Tuhan, sudah pasti itu yang terbaik untuk kita.

Cinta, persahabatan dan komitmen adalah bagian takterpisahkan dalam hidup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Kita, Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang