IRISAN HATI

13 2 0
                                    

Matahari sudah mulai memperlihatkan keperkasaannya, memberi sinar panas yang membuat mahluk bumi enggan menyapa si raja siang. Semua tampak lenggang, hanya suara deru kendaraan yang berlalu lalang memberi warna kehidupan di setiap sudut.

Hari ini adalah hari Kamis.

Sejak 3 hari lalu kepulangan ke enam sahabat SMA ini dari pendakian Gunung Ciremai, mereka kini mulai melakukan aktifitas di sekolah, mempersiapkan segala sesuatu menjelang pesta perpisahan siswa kelas XII SMA. Maklum saja mereka adalah para aktifis sekolah yang sudah purnabakti.

Haris, Agus dan Yuda membantu panitia pelaksana mendekorasi panggung perpisahan. Mereka berniat agar acara perpisahan yang akan dilaksanakan 2 hari lagi berlangsung dengan lancar dan semarak. Mereka ingin menorehkan jejak sejarah baik ketika meninggalkan sekolah tempat mereka menuntut ilmu selama 3 tahun.

"Ris, ambilkan paku sama palunya di sana!" pinta Yuda pada Haris yang sedang asyik menguyah gorengan yang disediakan seksi konsumsi.

Sebenarnya berat mengikuti permintaan Yuda, tetapi dengan langkah gontai Haris segera menuju ke arah tempat paku dan palu itu di simpan.

Agus yang melihat sikap enggan Haris malah menggodanya.

"Kebanyakan makan, jadi jalannya kayak kura-kura." Haris menoleh ke arah Agus. Matanya melotot tanda tidak senang. Agus malah tertawa melihat wajah Haris yang ditekuk. Haris membalas dengan menggoyangkan pantatnya k earah Agus sambil mulutnya komat-kamit.

Tingkah Haris ternyata mengundang tawa orang-orang yang ada di sana, mereka geli dengan goyangan Agus yang mirip itik berjalan.

"Tarik terus!" sorak Hanafi salah satu panitia perpisahan yang ikut mendekorasi panggung.

"Sawer, akh!" tambah Jido tidak mau kalah.

Gelak tawa pun kembali tumpah. Hal itu membuat muka Haris semakin merah padam menahan malu dan marah. Maka tanpa menghiraukan olok-olok yang diterimanya, Haris segera mengambil palu serta paku dan segera diserahkan kepada Yuda.

"Aku pulang!" Suaranya ketus sambil berlalu.

Yuda menerima palu dan paku dari Haris dengan wajah melongo.

Haris mengambil tas yang disimpan tidak jauh dari gorengan berada. Maka setelah mengambil tas, tangan kanannya dengan cepat mengambil beberapa gorengan. Ternyata hal itu tidak lepas dari pengawasan mata Agus.

"Hei! Kalau mau pulang silahkan, tapi jangan sambil bawa gorengan!" teriak Agus.

Haris menjawab dengan mencibir kearah Agus dan segera bergegas pergi sambil tertawa.

"Wah, dasar Marmut!" ujar Agus.

Semua orang yang ada di sana kembali tertawa. Mereka sudah memaklumi kalau Agus dan Haris itu bagaikan Tom and Jerry. Tidak pernah akur dan apabila bertemu selalu saling ejek. Walaupun semikian mereka saling menyayangi, mungkin bentuk kasih sayang mereka di ungkapkan seperti itu. Walalupun aneh, tetapi orang-orang terdekat mereka tetap nyaman dengan senda gurau mereka.

***

"Yud, Yuda!" Seseorang memanggil Yuda ketika dia sedang berjalan di koridor kelas. Yuda baru saja membantu panitia dekorasi panggung, dia menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

Meisya.

Meisya segera menghampiri Yuda yang sedang berdiri menunggunya.

"Mau pulang?"

Yuda mengjawab dengan menganggukkan kepalanya."Ada apa?"

"Bisa bicara sebentar?"

"Penting?" Yuda balik bertanya.

Antara Kita, Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang