TENTANG HATI

2 1 0
                                    


Yuli hanya termangu di depan laptopnya, sesekali dia menoleh pada handphone-nya yang tergelatak di samping laptop. Rita yang merupakan teman satu kost melihatnya sambil menggelengkan kepalanya. Sudah dua hari ini Yuli tampak murung. Rita merasa kalau saat ini Yuli sedang menghadapi masalah. Tetapi setiap dia tanya, Yuli selalu menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Yuli beranjak dari kursi, sambil meraih handphonenya, dia segara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Selulernya hanya dipeluk sambil sesekali dilihat.

Rita menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Rita mulai menerka kalau saat ini Yuli sedang menunggu pesan dari seseorang.

"Kamu sedang menunggu siapa,Yul?"

Yuli masih diam, pikirannya sedang fokus pada lamunannya.

"Yul?"

Yuli belum mendengar panggilan Rita.

Rita langsung meraih selulernya dan menekan nomor Yuli.

Yuli terperanjat ketika selulernya berdering, dia segera melihat siapa yang memanggilnya. Mata Yuli langsung mendelik ketika tahu siapa yang mengerjainnya.

Rita tertawa melihat wajah Yuli yang bête. Dia langsung menarik lengan Yuli agar mendekat.

"Dari kemarin aku lihat kamu liatin HP, apa kamu sedang menunggu kabar dari seseorang?"

Yuli langsung tergagap mendapat pertanyaan dari Rita.

"Oh, aku_."

"Kamu tidak bisa mengelak."

Yuli langsung menundukkan kepalanya, matanya langsung berkaca-kaca. Dia kemudian memeluk tubuh sahabatnya. Tidak lama kemudian Rita merasakan tubuh Yuli bergetar. Rita tahu kalau Yuli menangis.

Rita membiarkan Yuli menuntaskan tangisnya, mungkin saja setelah menangis hati Yuli kembali tenang. Rita mengusap kepala Yuli yang berbalut kerudung warna merah muda.

"Cerita sama aku, apa kamu sedang menunggu seseorang?"

Yuli mengangguk lemah.

"Siapa?"

Yuli terdiam, dia enggan untuk berterus terang.

"Yuda?"

Yuli langsung menatap wajah sahabatnya, dia ingin agar Rita memahami kalau saat ini jujur itu susah. Kodratnya sebagai wanita yang melarangnya untuk bicara fulgar mengenai perasaannya. Rita melihat dua mata Yuli yang mengiyakan dengan tebakannya. Berarti Yuli mempunyai perasaan dalam untuk Yuda.

"Telepon dia!"

"Siapa?" Yuli malah balik tanya.

"Lelaki itu yang telah menggangu pikiranmu dua hari ini."

"Tapi_."

"Jangan menyiksa dirimu dengan perasaan yang dipendam, hatimu punyak hak untuk bahagia. Jangan biarkan hatimu tersiksa dengan sesuatu yang seharusnya dapat kau sembuhkan."

"Aku_."

"Kamu ragu dengan perasaanmu?"

Yuli terdiam.

"Kamu menyukai Yuda, kamu bisa menguatarakannya agar hatimu terbebas dari sebuah beban."

"Tapi aku wanita."

Rita tersenyum, kadang orang masih terbelenggu dengan budaya perempuan yang hanya menunggu, Padahal untuk masalah hati bukan perempuan ataupun laki-laki yang memulai. Dimana ada kesempatan dua insan ini bisa langsung saling memulai.

Antara Kita, Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang