Waktu berjalan begitu cepat sekarang kedua bocah itu sudah tumbuh menjadi anak kecil yang sangat aktif.
Bagaimana tidak diumur mereka yang sebelas tahun ini, membuat mereka tak sabar ingin segera bersekolah dan memiliki teman yang banyak. Juga ingin menjadi penyihir yang hebat.
Seiring berjalan nya waktu Blair juga sering mengalami mimpi yang aneh, dan setiap malam juga Draco menemani Blair lewat pintu rahasia di dalam lemari baju mereka.
Bella lah yang membantu mereka membuat jalan rahasia tersebut, karena Lucius dan Narcissa tak mengizinkan mereka untuk tidur bersama lagi.
Mimpi yang Blair lihat sangat lah berantak kan dan tidak jelas. Terkadang ia menangis karena pusing memikirkan mimpi mimpi nya yang membuat ia sangat penasaran.
Draco selalu mencari cara agar Blair melupakan mimpi mimpi aneh nya dengan mengajak nya berlatih naik broomstick, belajar mantra dan bermain.
Dan sedikit demi sedikit Blair sudah mulai melupakan mimpi nya tersebut. Karena ia sangat berambisi untuk menguasai mantra mantra yang susah sehingga saat sekolah nanti ia tak perlu susah payah belajar dan menjadi yang pertama.
Malam telah tiba yang dimana bertepatan juga waktu makan malam. Keluarga kecil Malfoy sedang makan bersama yang dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagian keluarga yang pasti nya di idamkan oleh banyak sepasang suami istri.
Draco dan Blair menceritakan banyak hal tentang kegiatan yang mereka habiskan akhir akhir ini. Seperti mencoba menaiki broomstick, belajar mantra mantra mudah, lalu melukis dan masih banyak lagi.
Lucius dan Narcissa sebagai orangtua mendengarkan cerita anak mereka yang sangat seru.
Setelah makan malam selesai, Narcissa mengantar kedua buah hatinya untuk tidur. Ke kamar mereka masing masing.
"mum aku belum mengantuk" kata Draco menggenggam tangan Blair.
"tapi ini sudah malam nak, lihat adik mu saja sudah menguap" ucap Narcissa melihat Blair yang menguap terus.
"baiklah, selamat malam mom, selamat malam sister"
"malam sweetheart" Narcissa mengecup kepala Draco sebelum ia masuk ke dalam kamarnya, lalu mengantar Blair ke kamar nya.
"mom apakah mimpi bisa menjadi kenyataan?" tanya Blair tiba tiba.
"tidak honey, mother tidak percaya bahwa mimpi sebuah kenyataan" jawab Narcissa lembut sambil mengelus kepala Blair.
"coba saja mimpi itu nyata"
"apa yang kau inginkan jika mimpi itu nyata sayang?" tanya Narcissa.
"aku akan terus tidur dan bermimpi tinggal bersama mother, father, Draco, dan aunt Bella selama lamanya dan aku tak akan pernah meninggalkan kalian" jawab Blair memeluk Narcissa erat.
"kita akan terus bersama, jangan takut nak" Narcissa memeluk Blair lebih erat.
"emm mom aku tidak bisa bernafas"
"ow maafkan mother"
"it's ok"
"baiklah kau harus tidur ini sudah larut malam, have a nice dream honey" bisik Narcissa diakhir kalimatnya lalu mencium puncak kepala Blair.
"love you mom, goodnight too" balas Blair.
Blair meminta beberapa perpohonan sebelum ia tidur dan juga berkhayal, bagaiman kehidupan nya jika ia bukan penyihir, apakah Lucius dan Narcissa masih menjadi orangtuanya? apakah Draco menjadi kakak nya? dan masih banyak lagi, sampai ia tertidur.
Mungkin hari ini bukanlah hari keberuntungan Blair, ia membalik kan badan nya kekanan dan kekiri, keringat yang mengalir deras, tangan nya mencengkram seprai, air mata yang keluar secara otomatis.
Mimpi buruk nya kembali datang. Inilah hal yang Blair takuti saat malam hari. Ia meracau dan berkali kali memanggil nama Narcissa, Lucius, dan Draco.
"tidakkk" teriak Blair saat terbangun dari tidurnya. Beberapa detik kemudian pintu kamar nya terbuka menampilkan Narcissa, Lucius dan Draco yang terlihat khawatir, karena mendengar Blair berteriak.
"oh sayang apa yang terjadi padamu nak?" tanya Narcissa memeluk Blair dengan air mata yang jatuh khawatir putri kecil mereka dalam bahaya.
Blair mengatur nafas nya dan masih terdiam seribu kata, apakah semua mimpi nya selama ini adalah sebuah rangkaian cerita, siapa yang ditangisi oleh Lucius dan Narcissa, dan siapa yang berada di sbelah kanan dan kiri Blair. Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di kepala nya tapi ia tak bisa berkata apa apa kecuali..
"aku ingin tidur bersama Draco" hanya itu yang keluar dari bibir nya.
"baiklah,jika itu membuat mu merasa lebih baik" ucap Lucius sembari menepuk pelan bahu Draco.
"ayo kau harus istirahat agar besok kita bisa berlatih dan bermain lagi" ajak Draco saat sudah berada di samping Blair. Sedangkan Narcissa dan Lucius hanya menatap kedua buah hati nya di dekat pintu.
Tak membutuhkan waktu yang lama Blair dan Draco kembali tidur dengan Blair yang memeluk Draco erat.
"aku khawatir Lucius" ucap Narcissa mematikan lampu kamar Blair.
"tak ada yang perlu kau khawatirkan Cissy semua nya akan baik baik saja" Lucius menenangkan Narcissa setelah menutup pintu kamar Blair.
🐉🕊️
-be sure to click on likes and comments
-don't copy my story
-sorry for the typo
-hope you all like it
Byeeeee👋💚🧡
