•Blair pov
Sungguh aku tak siap untuk pergi,walaupun aku ingin sekali pergi. Ini adalah tahun ketiga untuk para murid hogwarts kembali belajar, yang berarti ini adalah hari dan pengalaman pertama bagi ku bersekolah.
Ya aku memutuskan untuk pergi ke hogwarts saat tahun ketiga saja, mengingat dua tahun yang lalu sebuah rahasia tentang ku telah ku ketahui. Dan hal itu membuatku takut, malu, sedih. Aku takut orang orang akan curiga bahwa aku bukan lah anak father dan mother.
Aku sangat menyayangi father, mother, Draco dan juga aunty. Mereka sudah menganggap ku sebagai anak mereka sendiri.
"hai sis kau sudah siap?" Draco masuk ke kamar ku dengan tangan kirinya yang mengangkat tas milik nya.
"iya Draco"
"kalau begitu ayo turun, biar ku bantu membawa tas mu"
Entahlah aku tak mengerti dengan diriku sendiri, jika dilihat lagi Draco semakin tampan dan ya...tampan.
Dia selalu perhatian dan juga selalu menyayangi ku. Ia menjaga ku begitu ketat setiap kami pergi kemana pun, dia juga selalu menghibur ku disaat aku sedih. Well bagi banyak orang itu hal yang normal untuk kakak adik, tapi tidak untuk ku karena kami bukanlah saudara kandung, terlebih lagi beberapa bulan yang lalu kami mandi bersama. Hanya mandi tak lebih.
Aku bahkan pernah bermimpi untuk menjadi kekasih nya. Sungguh mimpi yang gila. Dan ya aku sedikit marah, kesal, juga cemburu saat ada seorang perempuan yang mengirimkan Draco surat. Ya aku membaca nya.
Kami turun bersama dan bersiap siap untuk pergi ke stasiun. Aku pernah pergi kesana ditahun kedua, saat menghantar Draco. Dan tempat itu sangat indah.
Tak perlu berlama lama di perjalanan kami sampai di stasiun, kami mengucapkan salam perpisahan kepada mother dan father. Oh aku akan merindukan kue madu nya dobby, lalu jus seledri aunt Bella, karena aku ingin memiliki rambut hitam lebat dan sehat sepertinya, hanya saja jangan keriting.
Oh dan jangan lupa bahwa kami menjadi pusat perhatian dan banyak juga yang menatapku dengan berbagai macam jenis tatapan, aku tau aku cantik. Tapi tatapan mereka sangat membuatku tak nyaman.
argh...here we go again
Sebelum aku masuk ke dalam father memegang bahu ku, aku menyuruh Draco untuk masuk duluan dan menyisakan ku tempat duduk.
Kulihat father mengeluarkan sesuatu yang di baluti kain berwarna peach dari kantong jas nya, lalu memberikan nya padaku.
"father ingin kau menyimpan ini baik baik, anggap saja ini sebagai hadian ulang tahun mu kemarin" father memberikan ku benda tersebut, tapi ku tolak.
Mereka sudah merawatku, memberikan ku kasih sayang, dan juga memberikan ku banyak hal. Aku sangat bersyukur ada mereka di hidupku. Dan terkadang aku juga merasa menjadi beban bagi mereka.
"tapi kemarin father sudah memebelikan ku alat berkebun, yang cukup banyak dan mahal" memang benar saat ulang tahun kami yang ketiga belas ini father memberikan ku satu paket alat berkebun, ya karena aku sangat suka berkebun, sedangkan Draco mendapat satu paket alat ramuan.
"tapi kami rasa ini adalah waktu yang tepat untuk memeberikan mu ini" ucap mother.
"baiklah mother father, terimakasih banyak" ucapku pasrah karena kereta akan segera berangkat, lalu aku langsung masuk ke dalam kereta dan tak lupa melambaikan tangan ku pada mereka.
"hati hati di sana sayang" teriak mother.
Baiklah hal pertama yang harus ku lakukan adalah menemui Draco. Semua orang sedang asik berbincang bersama teman mereka baik itu di dalam kompartmen atau pun di sepanjang lorong , banyak juga yang berjalan jalan. Dan tak sedikit juga yang menyapa dan berkenalan dengan ku.
Karena aku sangat malas untuk melihat lihat ke setiap kompartmen hanya untuk mencari naga albino ku itu, kenapa aku tidak tanya saja dengan salah satu siswa disini?, untuk mempersingkat waktu of course, oh look how stupid i am.
tok...tok...tok...
•Someone pov
Oh no aku baru saja ingin beristirahat setelah kelelahan memerima kado dari para fans ku, aku harap kali ini bukan lah fans ku lagi."sebentar biar ku buka" kata Justin berdiri.
"emm permisi apakah kalian tahu dimana tempat Draco duduk" suaranya...suaranya begitu merdu membuatku ingin segera menyelam ke alam mimpi ku.
Aneh kenapa para bocah disini tak ada yang menjawab, dengan penasaran langsung saja ku buka mataku dan melihat Ernie,Justin,Susan dan Hannah yang ya menatap seseorang seperti menatap harta karun.
Dengan cepat ku alihkan pandanganku ke pintu kompartmen untuk melihat tamu kali ini dan......
"apakah kalian baik baik saja?" pertanyaan yang lucu. Tentu saja kami dalam keadaan tak baik baik saja, bagaimana tidak seorang dewi berada di depan kami, yah memang aku berlebihan tapi dia terlihat sangat sempurna dengan rambut hitam yang sedikit ikal, matanya yang berwarna coklat, bibir nya yang tebal, hidung pesek nya yang mungil, dan kulit nya yang coklat, menambah kesan sexy dan eksotis.
Woah.......
Stop....stop memikirkan hal gila.
Memang benar ada nya cinta pada pandangan pertama. Aku rasa sebentar lagi jantungku akan jatuh.
🐉🕊️
-be sure to click on likes and comments
-don't copy my story
-sorry for the typo
-hope you all like it
Byeeeee👋💚🧡