DEBAT

5.5K 555 37
                                    

•••••••••••••••••••••••

Jaemin pulang tanpa melihat kearah sofa ruang tamu dimana Renjun sedang duduk bersama Jeno menunggu kepulangan Jaemin.

"Jaemin." Renjun menghampiri saat Jaemin hanya diam menatapnya dan Jeno bergantian. Renjun memeluknya erat dengan kecupan di dadanya. Bergelayut manja pada Jaemin yang membuat Jeno membuang muka. Mau sampai kapanpun, melihat Renjun bersama orang lain, masih terasa sekali rasa tidak terima dalam dirinya.

"Lepaskan."

"Jaemin, maafkan Renjun."

"Kamu bahkan tidak tahu apa kesalahanmu."

Perkataan Jaemin membuat Jeno menoleh menatap kedua orang yang sedang berbicara. Apa Renjun membuat Jaemin cemburu lagi kali ini? atau, Renjun tidak mematuhi apa yang Jaemin katakan?

Jeno harus memperhatikan dahulu masalah apa yang membuat Jaemin marah pada Renjun agar ia bisa memutuskan apa itu pantas diterima oleh Renjun atau tidak. Setidaknya, ia harus mengetahui hukuman apa yang akan Renjun terima nantinya.

"Lepaskan, Renjun." Jaemin melepas pegangan Renjun padanya dengan menarik lengannya tanpa sadar. Jaemin bahkan juga kaget dengan efek tarikannya yang membuat Renjun sedikit mengernyit kesakitan.

Tarikan paksa itu terlihat oleh Jeno. Ia bangkit berlari. "Mengapa sekasar itu pada Renjun?" Jeno memegangi tangan Renjun, mengusapnya pelan, memperhatikan wajah Renjun untuk memastikan apa Renjun baik-baik saja.

"Aku tidak perduli." Jaemin memang mengatakan itu, tapi ia memperhatikan Renjun yang mengelus tangannya sambil meringis.

"Jika sudah tidak menyukai Renjun, kamu bisa mengatakannya." Jeno terbawa emosi. Jawaban Jaemin membuatnya berkali-kali lipat lebih kesal. Seharusnya jika Renjun nakal sekalipun, Renjun tidak berhak diperlakukan seperti itu tanpa rencana. Jika ingin membuat Renjun jera akan perbuatannya, mereka bisa mendiskusikan hukuman apa yang pantas untuk Renjun.

"Tidak suka? Benarkah? Bukankah yang selama ini selalu menemaninya adalah aku? Tapi yang selalu di ingatnya hanya dirimu, sebenarnya aku ini apa Renjun?" Jaemin menatap Renjun dengan tajam, membuat Renjun mundur selangkah. Jaemin ingin setidaknya Renjun sadar bahwa dirinya juga kekasih Renjun saat ini.

Saat Renjun ingin menjawab, Jeno menyelak, "Apa maksudmu?"

"Renjun selalu mengingatmu, dia hanya melihatku saat ia sedang kesal padamu. Bahkan saat ia kesal padamu, hal yang dikatakannya hanya tentang dirimu!" Jaemin merasa hanya sebagai cadangan dalam hubungan ini. Ia juga menginginkan Renjun untuk terus menatapnya tanpa membicarakan orang lain didepannya saat mereka sedang berduaan.

"Jika kamu tidak menerimanya dan merasa tidak adil dalam hubungan ini, tinggalkan Renjun. Bukannya dari awal kamu seharusnya bisa menerima hal ini? Tinggalkan Renjun tanpa perlu menyakitinya dan mencari pembelaan. Konsekuensi dalam hubungan yang kita jalin saja kamu sudah tidak bisa menahannya. Jika merasa tidak menyukainya, pergilah dan tinggalkan Renjun bersamaku."

"Mengapa aku yang harus pergi? Bukankah yang harus pergi itu dirimu?" Jaemin tidak ingin kalah, apa yang ia perjuangkan seharusnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Bukan dia yang harus pergi dari Renjun. Ia memang merasa tidak adil, tapi bukan dirinya yang harus pergi meninggalkan Renjun. Bukan itu maksud dan keinginan Jaemin yang menyebabkan ia marah seperti ini.

Ini bukan lagi sebuah pertengkaran antara Renjun dan Jaemin. Jaemin terus merasa hal yang didapatkannya tidak sepadan dengan apa yang ia curahkan pada Renjun. Ia ingin perhatian Renjun, ia ingin Renjun manja padanya bukan saat ia kesal pada Jeno saja.

HE'S OURS - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang