DISKUSI

5.6K 520 52
                                    

°°°°°°°°°°°°°°°°

Jeno dan Jaemin mengajak Renjun ke universitas mereka. Hanya memberikan laporan dan mendiskusikannya, lalu kembali pulang ke rumah. Jadi rencananya, Jeno dan Jaemin ingin mengajak Renjun jalan-jalan setelahnya.

Mereka keluar dari mobil yang sama. Membuat ketiganya menjadi pusat perhatian disekitar parkiran. Renjun sibuk dengan coklatnya yang ia pegang ditangan kanannya. Tangan kirinya dipegang oleh Jaemin. Jeno sengaja membelikan Renjun coklat terlebih dahulu agar anak itu tidak merengek kebosanan.

Sebenarnya semua anak yang menatap itu belum tentu menyukai Renjun, tapi wajah Jeno dan Jaemin seperti siap melakukan peperangan. Dengan kening yang berkerut dan pandangan tak suka mereka layangkan. Jaemin bahkan mencium pipi Renjun saat anak itu menggigit coklatnya.

Mereka bertiga duduk di sebuah kursi yang terdapat meja didepannya. Renjun berada ditengah-tengah. Mereka menunggu teman-teman Jeno dan Jaemin untuk datang. Renjun sibuk menatap dan mengunyah coklatnya dengan kaki yang bergoyang.

"Ren, cium dulu sini." Dengan bibirnya yang sedikit tersisa coklat, Renjun mencium Jeno tepat dipipi pria itu.

Jeno yang melihat itu, ingin sekali membersihkannya, jadi ia menarik dagu Renjun dan menjilat bibir Renjun, menghilangkan noda pada bibir itu.

"Kak Jeno seperti Juno, suka jilat-jilat."

"Lebih nikmat jilatanku daripada anjing putih jelekmu."

"Juno tampan!" Renjun berdiri, tidak terima.

Tidak salah Jaemin membelikan baju yang Renjun kenakan sekarang. Kebesaran pada tubuh itu membuat Renjun tenggelam. Celana hitam panjang ketat yang pas untuk kaki Renjun. Jaemin bahkan mengelus dan memasukkan tangannya pada baju itu.

"Duduk, Ren." Renjun duduk kembali setelah Jeno memberikannya coklat. Memang lebih baik tidak memancing amarah Renjun sekarang. Masalahnya, daripada terlihat menakutkan, Jeno malah semakin ingin menggodanya karena ekspresi marah yang Renjun tampilkan sangat menggemaskan.

Teman-teman Jeno dan Jaemin berdatangan, menempati tempat kosong. "Siapa dia?"

"Kekasih Jeno dan Jaemin." Jawab teman lainnya yang mengetahui. Lumayan banyak yang datang, bahkan harus menempati dua meja lagi karena tidak muat.

"Wah.. Bukankah menjalin hubungan dengan anak kecil itu dilarang?"

"Apa kami terlihat sangat tua dimatamu?" Jaemin bertanya.

"Bukan, tapi kekasihmu terlihat seperti anak kecil."

"Dia berbeda setahun dengan kita."

"Serius? Tubuhnya kecil sekali."

"Renjun tidak kecil!" Renjun yang tahu bahwa ia yang dibicarakan membantah tidak terima. Mengapa ia merasa? Karena orang lain sering mengatakan tubuhnya sangat pendek dan kecil, bahunya pun sempit. Seperti anak yang belum mencapai pubertasnya.

Renjun menatap kesal pada seseorang yang mengatakan hal itu, "Renjun besar!"

"Be..sar?" Ucapan ragu itu terucap oleh teman Jeno lainnya setelah menatap keseluruhan tubuh Renjun.

"Besar, nih!" Renjun menghampiri Yangyang, orang yang ragu tadi. "Lihat! Besar! Tidak sekecil semut!" Wajah Renjun sudah memerah terlebih pipinya. Sebenarnya seberapa ukuran kecil dalam pikiran Renjun? Dia membandingkannya dengan apa?

"Baby, biarkan saja. Ingin cepat-cepat memakan ice cream kan?" Jeno menarik tangan Renjun yang masih menatap Yangyang.

"Ingin!" Bentaknya, lalu kembali duduk dengan hentakan keras.

HE'S OURS - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang