LIBURAN(II)

6.5K 421 51
                                    

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jeno keluar dari kamar mandi dengan celana tidur tanpa atasan serta handuk kecil yang tersampir pada kepalanya. Ia mendapat urutan mandi terakhir karena ia membiarkan Jaemin dan Renjun mandi bergantian selagi ia menghisap rokok miliknya setelah seks.

"Aku meminta seseorang untuk mengantarkan makanan kemari. Makanlah." Jaemin bersuara sambil memijat pinggang Renjun. Sedari tadi Renjun mengeluh jika pinggangnya terasa sakit dan ngilu.

"Renjun kenapa?"

"Pinggangnya sakit."

Selagi pinggang miliknya dipijat, Renjun memainkan game di ponsel milik Jeno, "Lebih kencang, Jaemin." Perintahnya.

Jaemin berhenti melakukan pijatan. Dengan tangannya ia membuka lebar kaki Renjun dan merebahkan tubuhnya dengan kepala yang menimpa perut Renjun. Terasa nyaman saat ia memejamkan mata.

Jeno meminum segelas air penuh lalu berjalan kekasur dan mulai melakukan segala cara untuk mengganggu Renjun bermain. Membuat Renjun merasa terganggu akan tingkah Jeno, Jeno gemas melihatnya.

"Kapan aku mengunduh permainan itu?" Seingat Jeno, ia tidak mempunyai satupun permainan yang ia unduh sebelumnya. Ia tak punya waktu untuk bermain games, lebih baik bermain Renjun, kan?

"Aku mengunduhnya!" Seru Renjun, melirik Jeno lalu ia tersenyum sombong. Seakan menunjukan seberapa pintar dirinya.

"Berapa aplikasi permainan yang kamu unduh?"

"Baru lima."

"Lima?"

"Jangan dihapus! Aku sudah naik level." Tatapan galak itu tertuju pada Jeno, seperti mengancam untuk tak melakukan hal itu atau Renjun akan marah besar. Ia sudah susah payah menaikkan level yang ia miliki sekarang.

Jeno beralih menatap Jaemin, "Sedang apa, Jaemin?"

"Menurutmu?"

"Kamu menimpanya."

"Lalu?"

"Tubuhmu terlalu besar."

"Renjun saja tak masalah, memang kamu siapanya?"

"Kekasihnya."

"Benar juga." Jaemin mengangkat tubuhnya, menatap lekat Renjun yang tersenyum sambil memainkan game itu.

"Aku akan membeli rumah atas nama Renjun." Ujar Jaemin. Sebenarnya ini adalah janjinya pada ibunya Renjun. Jaemin akan membelikan Renjun rumah sebagai bukti nyata seberapa ia mencintai Renjun. Sebenarnya cinta bukan hanya soal materi, tetapi Jaemin butuh memberikan bukti berupa materi agar Wendy percaya padanya. Jaemin memang pandai mengambil hati seorang ibu!

"Aku akan menanamkan saham atas nama Renjun, aku rasa.. Aku tidak bisa membiarkannya bekerja."

"Ibunya ingin dia kuliah." Balas Jaemin.

"Ambil jurusan yang ia sukai untuk mengisi waktu luang. Tapi aku tetap tidak akan memperbolehkannya bekerja." Jeno tak bisa membayangkan Renjun yang bekerja untuk orang lain. Ia tahu, seberapa keras lingkungan pekerjaan, membuat Jeno tak tega jika Renjun harus merasakan hal yang tak enak, jika mendapat pekerjaan yang membuat Renjun tertekan, bukan hanya dari tugasnya, tetapi dari rekan kerjanya juga.

"Ren, sudah bermainnya." Jaemin menarik langsung ponsel itu dan melemparnya ke bagian kasur yang sulit untuk Renjun gapai.

"Jaemin!" Renjun ingin bangkit untuk duduk tetapi bahunya ditahan oleh Jeno yang berada di sebelahnya.

HE'S OURS - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang