CEMBURU(2)

6.3K 575 49
                                    

°°°°°°°°°°°°°°°°

Renjun sedikit bergetar saat melihat adegan didepannya, lalu menengok kebelakang, kearah Jeno yang memangkunya, "Sudah, tidak mau lihat lagi. Tutup kak Jeno.." Renjun membalikkan duduknya menghadap Jeno.

Berbisik pelan, "Kasihan.. Kak Jeno jahat."

"Kakak tidak terima saat kamu dilukai seseorang. Masih ingat saat tubuhmu tersiram air panas?" Jeno mengangkat dagu Renjun dengan jarinya.

Renjun mengangguk pelan, "Panas. Tubuh Renjun memerah."

"Dia pelakunya, dia sengaja melakukannya."

"Kenapa? Renjun salah padanya, jadi dia menghukum Renjun?" Renjun bertanya penasaran. Dia pasti melakukan hal nakal sehingga perempuan itu tidak menyukainya.

"Tidak ada yang boleh menghukummu selain aku dan Jaemin, sayang. Dia hanya tidak menyukaimu tanpa alasan."

"Jadi kakak menghukumnya?"

"Kakak memberikan sesuatu yang pantas untuknya." Jeno dengan kesempatan yang ia punya mencium pipi Renjun.

"Kalau Renjun nakal, kakak menghukum Renjun seperti itu?"

Jeno mengangguk membenarkan, "Kamu akan diperlakukan seperti itu dengan aku yang memasuki lubangmu."

"Seram... Di pukul-pukul dan di tutup mulut dan matanya?"

"Memukul bokongmu hingga memerah." Jeno menepuk pelan bokong Renjun. Ia tersenyum saat Renjun menampilkan ekspresi berpikirnya. Anak ini pasti sedang mempertimbangkan sesuatu diotaknya. Sedikit menakuti Renjun sepertinya tidak masalah.

"Pasti sakit..."

"Lihat lagi videonya, Renjun. Agar kamu tidak nakal."

Renjun menggeleng cepat, "Tidak! Renjun sayang kak Jeno! Jangan pukul Renjun." Renjun menduselkan kepalanya pada dada Jeno. Bersikap imut agar Jeno luluh padanya. Cara yang cukup efisien untuk dilakukan pada Jeno dan Jaemin.

"Ren, susumu habiskan dulu." Jaemin mengambil susu itu, niatnya ingin membuat Renjun kembali dipangkuannya.

"Renjun tadi bilang apa? Tidak sayang pada kakak?"

"Sayang... Renjun bohong saja, kok. Tidak serius..." Renjun menyatukan tangan diperutnya, menunduk menjawab Jeno.

Renjun terlihat seperti seseorang yang takut pada atasannya. Seakan habis didisiplinkan oleh Jeno, Renjun berujar dengan hati-hati, "Itu bohong... Mau memukul Renjun? Tapi, jangan keras-keras seperti di video, boleh ya?" Renjun menarik ujung celana Jeno, lalu memainkan kancing dicelana itu.

"Memohon yang benar." Mungkin jika Renjun tidak melihat videonya, dia masih berani sampai sekarang. Hanya saja, ia jadi ingat dulu Jeno menampar bokongnya dengan keras, membuat Renjun merinding mengingatnya.

"Renjun mohon.. pukulnya yang pelan."

"Menungging sekarang, berpegangan pada meja."

"Tapi, pelan.."

"Ren."

"Iya..." Renjun dengan lemas turun dari pangkuan Jeno dan melakukan hal yang Jeno inginkan. Sesekali kepalanya menengok kebelakang untuk melihat apa yang Jeno lakukan.

Suara isakan kecil terdengar saat Jeno dengan tangannya menampar bokong itu lumayan kencang. Renjun sampai berjengit kaget dan meringis pelan. Jeno sebenarnya gemas, ia bahkan meremas bokong Renjun.

"Jeno, dia menangis."

"Biarkan."

"Dia menangis, bodoh."

HE'S OURS - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang