CAMILAN!

5.4K 522 15
                                    

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Yeri ingin sekali berbicara dengan Renjun, tapi ia merasa takut karena masalah tadi. Jeno mungkin saja masih terbawa emosi. Jeno dan Jaemin terlihat seperti seseorang yang posesif pada kekasihnya. Apalagi Renjun sudah tertidur dibahu Jeno. Membuat Yeri enggan untuk menyamai langkahnya dengan Jeno.

Yeri ingin sekali mengajak Renjun untuk makan dikantin. Ia tahu, Tidak ada kesempatan untuk bertemu Renjun lagi, karena Yeri lebih memilih tidak berbicara dengan Jeno maupun Jaemin untuk menanyai perihal Renjun. Mengingat, tatapan dan gebrakan meja tadi membuatnya yang sedang mengunyah menelan makanan itu dengan susah payah.

"Mengapa kamu mengikuti Jeno?" Jaemin menghentikan Yeri yang berjalan mengendap-endap. Jaemin memasukkan kedua tangannya pada saku, menunggu perempuan didepannya menjawab.

"Itu..." Jeno menoleh, berjalan lebih mendekat, menatap Yeri curiga. Sesekali tangannya mengelus punggung Renjun agar anak itu tidak terganggu dalam tidurnya.

"Apa?"

"Tadi... Aku.." Ditatap dua pria dengan tatapan tidak suka sangat membuat jantung ingin lepas!

Renjun yang merasa panas, mengusapkan pipinya dan mencoba membuka matanya setelah mengerjapkannya beberapa kali, "Panas.. Turun!" Kakinya menghentak-hentak mencoba diturunkan oleh Jeno.

Jeno menurunkan Renjun, mengusap pipi itu, "Ayo, kita pulang."

"em... Renjun." Yeri memegang lengan Renjun. Membuat Renjun menoleh dan tersenyum manis, "Kak Yeri!!"

"Tadi, kamu ingin mencoba makanan dikantin, kan?" Patut diacungi jempol atas keberanian Yeri didepan Jeno dan Jaemin. Mereka berdua melihat tangan Yeri seperti ingin memotong tangan itu. Bahkan dahi Jeno berkerut sedikit terkejut, mungkin saja sebentar lagi tanduknya akan keluar karena marah miliknya disentuh orang lain.

"Mau! Ayo!" Renjun berjalan dengan riang, wajahnya cerah, hingga langkah kelima ia berbalik, "Kak Jeno dan Jaemin sedang apa? Ayo... Renjun tidak bawa uang."

"Kemari, Renjun." Renjun berlari menghampiri, tanpa sadar ikat pinggang yang ia sembunyikan pada bajunya tadi terjatuh, membuat Renjun kembali mengambil ikat pinggang itu dan berlari lagi menghampiri Jeno.

"Iya?"

"Pulang."

"Ingin makan dulu dikantin."

"Tidak."

"Please.."

"Tidak."

"Kak Jeno... Ayolah... Kata Kak Yeri camilan dikantin sangat enak! Biarkan Renjun mencobanya sekali." Renjun berjinjit, mencium pipi Jeno. Memeluk tubuh yang lebih besar darinya dan merengek.

"Jaemin... Mau makan dengan kak Yeri..." Renjun dengan tangan kanannya, menarik ujung lengan baju Jaemin.

"aaaaaa... Makan! Makan! Makan! Tidak makan, musuhan. Tidak ada cium, tidak ada tidur bersama." Renjun bersedekap, menatap marah pada kedua kekasihnya dengan kaki kanan yang menginjak-injak tanah. Sebenarnya Renjun banyak belajar bagaimana meluluhkan Jeno dan Jaemin saat menolak keinginannya. Jadi ia melakukan hal itu.

"Berani tidur sendirian?"

Renjun terdiam sebentar, lalu menggeleng, "Kalau begitu.. Tidak ada cium! Peluk juga!" Meralat kembali kata-kata ancamannya, Renjun tetap dalam mode merajuk karena tidak diperbolehkan mencoba camilan.

"Baiklah, anak nakal. Ayo."

"Uang?"

"Nanti aku bayarkan, kami ikut."

HE'S OURS - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang