Chapter 4 :: Sigma

107 10 1
                                    

Argh, sial.

Eren mengacak rambutnya, frustrasiDia sudah mencoba berguling ke kanan, kiri, telentang, tengkurap—tapi tetap saja matanya masih bandel, tidak mau lepas dari sesosok makhluk yang terbaring di bawah selimut ranjang sebelah.

Terkutuklahobat malpraktek Hanji Zoe. Bagaimana ramuan-belum-bersertifikat-halal yang sekuat itu bisa sampai diujicobakan ke anak di bawah umur seperti dirinya? Karena bahkan setelah sekian ronde sekian jam sekian galon air putih yang dia minum sampai kembung, sensasi aneh yang menggelitik bagian dalam perutnya belum hilang-hilang juga. Padahal sekarang sudah hampir menjelang pagi.

Ah, entahlah—rasanya Eren seperti ditarik medan magnet kasat mata, yang gawatnya, membuat hasrat pangeran-mencium-putri-tidur semakin membara. Apalagi suasana juga mendukung. Dan setelah sekian lama perang batin antara nafsu dan insting bertahan hidup... akhirnya Eren menyerah.

Ah, toh satu kecupan saja tidak akan membunuh, kan?

Yah. Otak Eren mungkin sudah terlanjur miring sekian derajat, karena sejurus kemudian ia sudah berlutut di samping ranjang Rivaille. Dan di detik berikutnya, Eren Jaeger pun memejamkan mata... ambil ancang-ancang untuk melakukan tindakan bunuh diri paling nekat sepanjang sejarah Scouting Legion.

Tapi belum sempat bergerak jauh, wajahnya sudah keburu tertahan sesuatu—

"Ada tiga kesalahan dalam teknikmu, Jaeger..."

—dan sebuah suara ngebass basah yang familiar langsung mengacaukan semua fantasi Eren tentang tujuh manusia cebol, burung berkicau dan putri tidur.

"Kesalahan pertama: jangan mengganggu saat aku tidur. Aku masih atasanmu, dan semua yang terjadi kemarin sama sekali tidak merubah posisimu dalam rantai makanan."

Entah sejak kapan, Corporal Rivaille yang tadinya tidur telentang dalam damai tahu-tahu saja sudah berubah posisi. Sekarang ia duduk bersedekap dengan punggung bersandar ke tembok—sambil memajang ekspresi sedatar papan talenan plus deathglare yang intensitasnya hampir setara radiasi Gamma.

Dan satu kaki yang menempel dengan epiknya ke muka Eren.

"Kedua, jangan mencium orang dengan mata tertutup. Kau beruntung aku tidak langsung menyodok hidungmu dengan sapu."

Eren kontan beringsut mundur. "Ah, S-Sir... i-ini tidak seperti yang anda kira—"

Namun tanpa memberi Eren kesempatan untuk membela diri, Rivaille tetap melanjutkan kalimatnya. "Dan yang terakhir, Jaeger..."

Sampai sini, ia menarik kaki kanannya kembali dari wajah si bocah titan. Tapi entah kenapa, Eren merasa gerakan itu jauh lebih mirip ancang- ancang tendangan maigeri-jodan daripada gestur pengampunan. OH. SINA. SELAMATKAN AKU.

"...Kecuali kau punya sembilan nyawa cadangan, jangan pernah berani menciumku sebelum kau gosok gigi. Menjijikkan."

S

N

K

Pagi itu, Scouting Legion ada jadwal latihan di hutan dalam wilayah Dinding Maria. Sebenarnya bukan event yang terlalu istimewa, sih—mereka memang mengadakan training semacam ini setiap satu minggu sekali. Lagipula karena lawannya hanya titan-titan palsu yang terbuat dari kayu, latihan targeting seperti ini jelas masih jauh kalah seru daripada berburu aslinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROOMMATE { LEVI X EREN }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang