Pagi ini Jeongyeon dijemput Chaeyoung setelah selesai mengurus pembayaran obat."Sudah semuanya?" Tanya Chaeyoung sambil membawakan tas Jeongyeon.
"Ne." Angguk Jeongyeon.
Mereka pun keluar dari kamar Jeongyeon. Saat di depan rumah sakit, Chaeyoung pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobil sedangkan Jeongyeon menunggu di lobby. Wanita itu hanya berdiri sambil melihat sekelilingnya. Disaat yang bersamaan, Mina baru saja sampai di rumah sakit. Ia melihat Jeongyeon berdiri dari kejauhan. Perlahan ia mendekat dan berhenti sambil menatap Jeongyeon. Saat sedang menoleh, Jeongyeon pun bertatapan dengan Mina. Setelah sekian detik, Jeongyeon kembali membuang pandangannya.
"Cih." Kesal Mina sambil menghampiri Jeongyeon.
"Setidaknya berterima kasihlah padaku yang sudah membetulkan tanganmu." Ucap Mina.
"Terima kasih." Ucap Jeongyeon tanpa memandang Mina.
Mendengar itu Mina bertambah kesal.
"Jangan harap aku akan menolongmu lagi lain kali!" Mina pun segera pergi meninggalkan Jeongyeon dan masuk kedalam rumah sakit.
"Dia pikir hanya dirinya dokter di dunia ini?" Gumam Jeongyeon.
Setelah Chaeyoung datang, Jeongyeon pun diantarkan pulang ke apartmentnya. Sesampainya disana, Jeongyeon segera mendudukan dirinya diatas sofa sambil memandang ke sekeliling unitnya yang masih begitu bersih walau ditinggal 2 hari olehnya.
"Tempat ini sangat kotor." Keluhnya sambil berdiri dan mulai membersihkan seluruh ruangan apartmentnya.
Dilain tempat, wanita yang sedang duduk di kursi kerjanya sedari tadi tak henti hentinya memikirkan betapa menyebalkannya Jeongyeon.
"Kurang ajar wanita itu! Bisa bisanya dia begitu dingin saat berbicara padaku!" Kesal Mina sambil masih memikirkan Jeongyeon.
.
.
.Setelah libur selama beberapa hari, akhirnya hari ini Jeongyeon kembali bekerja. Hari ini ia kembali merestorasi lukisan dari klien nya. Dengan tangan kanan yang tidak bisa digunakan, Jeongyeon memutar otaknya untuk memaksimalkan tangan kirinya. Beruntung dirinya merupakan ambydextrous yang mana mampu menggunakan kedua tangannya dengan seimbang.
Dengan earphone di telinganya, Jeongyeon membersihkan sisi demi sisi lukisan dengan kapas. Musik jazz membuatnya lebih tenang dalam bekerja sehingga Jeongyeon bisa dengan santai mengerjakan pekerjaannya. Setelah selesai melukis kembali beberapa bagian lukisan yang terpotong, Jeongyeon pun pergi ke ruangan Chaeyoung untuk meminta bantuannya.
*Tok tok tok.
"Chaeng, bisa bantu aku memasang lukisan ke figura?" Tanya Jeongyeon.
"Yeah, tentu." Chaeyoung pun berdiri dan berjalan mengikuti Jeongyeon menuju ruangannya.
.
.
."Huft..." Mina melepas perlengkapan operasinya.
Hari itu adalah hari yang cukup sibuk karena Mina harus melakukan banyak operasi. Tubuh yang sudah lelah itu ia bawa untuk berjalan menuju ruangannya. Disana ia langsung duduk dan bersandar di kursinya.
"Kalau begini caranya aku takkan kuat ke club malam ini." Ucapnya sambil mengusap wajahnya.
*Tok tok tok.
"Masuk." Ucap Mina saat ruangannya di ketuk.
"Selamat sore dok, saat ini ada pasien yang baru datang dan membutuhkan operasi untuk tulang tangannya yang patah. Apakah dokter bisa membantu?" Tanya seorang suster.
"Patah tangan?" Mina langsung teringat dengan wajah Jeongyeon.
"Ne." Angguk suster itu.
"Saya sangat lelah, kamu minta dokter Kim saja." Ucap Mina.
"Ahh, ne baiklah." Suster itu pun keluar dari ruangan Mina.
"Kenapa wajah perempuan itu selalu muncul di benakku sih??? Mengganggu sekali!" Kesal Mina sambil mengacak rambutnya.
"Apakah aku dapat melihatnya lagi suatu hari nanti?" Pikir Mina.
Tiba tiba pikiran Mina dipenuhi dengan ingatan saat ia memeriksa Jeongyeon. Ia terbayang dengan leher jenjang dan perut atletis Jeongyeon.
*Deg!
"Haish aku ini berpikir apa sih??!" Mina merutuki dirinya sendiri sambil memendamkan wajahnya.
"Aku benar benar bisa gila kalau begini terus. Aku harus bertindak." Mina pun berdiri dan segera berjalan keluar dari ruangannya.
Ia berjalan menuju ke tempat administrasi.
"Minki, apakah kau punya data pasien Yoo Jeongyeon yang waktu itu operasi patah tangan?" Tanya Mina.
"Ah, tunggu sebentar dokter Myoi." Minki pun membuka loker besar dibelakangnya dan mengambil sebuah map berisi banyak kertas.
"Ini dokter." Ucap Minki sambil menyerahkan map itu pada Mina.
"Ne, terima kasih." Mina pun segera membawa map itu dan berjalan kembali ke ruangannya.
Disana ia melihat satu persatu data diri Jeongyeon.
"Yoo Jeongyeon... 1990... dia 31 tahun??" Tanya Mina yang fokus membaca kertas yang ia pegang.
"Aku kira kita seumuran, tapi ternyata dia lebih tua dariku." Pikirnya.
"Tinggi 169cm.. hmm.. dia cukup tinggi. Pasti enak jika dipeluk." Ucap Mina.
"Eh, tunggu." Pikirnya.
"Apa yang sedang aku lakukan??!" Mina menjauhkan map di depannya.
"Mengapa aku terkesan seperti perempuan yang aneh??" Bingung Mina.
"Eoh?" Mina melihat sebuah hasil rotgen di dalam map itu.
Mina mengambil dan menatapnya. Ia memperhatikan hasil rotgen itu dan perlahan meletakan tangannya diatas gambar itu.
"Tangannya lebih besar dari tanganku." Ucap Mina.
"Huft... kenapa aku hanya bisa menyentuh hasil rotgennya?? Miris sekali aku bahkan tak bisa berjabat tangan dengannya." Ucap Mina sambil merebahkan kepalanya diatas meja.
"Saat ini wanita itu pasti juga sedang memikirkanku kan? Dia pasti juga gelisah setelah kejadian kemarin kan? Dia juga pasti mencari tau tentangku kan?" Pikir Mina sambil memandangi gambar rotgen tangan Jeongyeon.
Sedangkan dilain tempat, di apartment Jeongyeon.
"Yak, sekarang tinggal membersihkan lantai dengam vaccum." Ucap Jeongyeon yang baru selesai mengelap buku koleksinya satu persatu.
Ngenes bgt Mina ga dipikirin balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch My Heart
FanfictionFull Chapter Seorang pengidap germaphobe dan OCD yang harus dipertemukan dengan seorang dokter yang baginya begitu menyebalkan dan kurang memiliki rasa empati.