"Tadi dia bilang galeri restorasikan?" Mina bertanya tanya sambil memperhatikan bangunan di depannya dari dalam mobil."Di peta, galeri restorasi di Seoul hanya ini satu satunya." Ucap Mina sambil melihat peta di ponselnya.
"Apakah aku kemalaman? Apakah dia sudah pulang?" Mina bertanya tanya.
"Ne, sampai jumpa besok!" Tiba tiba 3 sekawan yang Mina lihat di rumah sakit keluar bersamaan dari pintu bangunan itu.
"I-itu Jeongyeon!" Melihat Jeongyeon berpisah dengan kedua temannya pun, Mina segera keluar mobil dan berlari kecil untuk menyusul Jeongyeon.
"Eoh? Jeongyeon-ssi?" Panggil Mina yang membuat seolah olah mereka tak sengaja bertemu.
"Eoh? Mina-ssi!" Sapa Jeongyeon.
"Kau sedang menuju kemana?" Tanya Mina.
"Ah aku mau pulang." Jawab Jeongyeon.
"Sendirian saja? Kau membawa mobil?" Tanya Mina.
"Aniyo, karena aku dalam masa terapi, terapist ku menyarankan untuk lebih sering menggunakan kendaraan umum." Jawab Jeongyeon.
"Ahh begitu ya." Mina mengangguk angguk.
"Aku baru saja membeli sesuatu di swalayan yang ada disana dan kebetulan melihatmu dari kejauhan tadi. Jika kau mau, aku bisa mengantarmu pulang dengan mobilku." Tawar Mina.
"Ahh, benarkah? Apakah kau tidak keberatan?" Tanya Jeongyeon.
"Tentu tidak, mari ikut aku, mobilku diparkir disana." Tunjuk Mina.
"Ah, ne." Jeongyeon pun mengikuti Mina.
Didalam mobil, jantung Mina sudah berpacu begitu kencang. Ia sangat ingin memanfaatkan waktu ini untuk berlama lama bersama Jeongyeon, dan bagaimana pun caranya, ia harus bisa menjabat tangan Jeongyeon hari ini.
"Apakah kau bekerja disini?" Tanya Mina.
"Ne, aku bekerja di tempat restorasi lukisan." Jawab Jeongyeon.
"Ahh, kau bekerja dibidang seni rupanya." Mina mengangguk angguk.
"Ne." Jawab Jeongyeon.
"Apakah kau baru pulang dari rumah sakit?" Tanya Jeongyeon.
"Ne, aku baru selesai." Angguk Mina.
"Dimana kau tinggal?" Tanya Mina.
"Aku tinggal di apartment Gyonggido, di Nam-il." Jawab Jeongyeon.
"Ahh, tidak terlalu jauh rupanya." Mina mengangguk angguk.
"Kau tinggal dekat situ?" Tanya Jeongyeon.
"Aniyo, aku tinggal di dekat Namsan." Jawab Mina.
"Hanya saja tempat aku biasa minum ada di dekat situ." Ucap Mina.
"Ahh, aku biasa minum sepulang kerja ya." Jeongyeon mengangguk angguk.
"Tidak setiap hari sih, hanya saat aku butuh hiburan saja." Jawab Mina.
"Ahh." Jeongyeon mengangguk.
Tiba tiba sebuah ide gila terpikirkan oleh Mina.
"Apakah kau mau minum bersamaku?" Tanya Mina.
"Ne?" Tanya Jeongyeon.
"Anu, aku masih merasa bersalah saat itu aku tidak berempati padamu waktu kau di rumah sakit. Aku berpikiran untuk menebus kesalahanku waktu itu. Bagaimana jika aku mentraktirmu minum?" Tanya Mina.
"A-ah.." Jeongyeon mengangguk angguk.
"Kurasa ide ini tidak buruk. Aku bisa sekaligus belajar untuk berada di tempat umum." Ucap Jeongyeon.
"Kau mau?" Mina tak percaya.
"Yeah, tentu." Angguk Jeongyeon.
Mendengar itupun Mina begitu senang. Ia langsung menjalankan mobil menuju club langgangannya. Sesampainya disana Jeongyeon begitu terkejut dengan suara musik yang begitu kencang. Ia begitu merasa tidak nyaman dengan kerumunan di tempat itu, namun ia mendorong dirinya agar lebih terbiasa lagi berada di tempat umum. Disatu sisi, ia juga merasa tak enak pada Mina.
"Kemarilah." Ajak Mina.
Keduanya pun duduk didepan bartender.
"Hi, Alex." Sapa Mina.
"Hi, kau membawa teman?" Tanya Alex.
"Yeah, perkenalkan ini Jeongyeon." Ucap Mina.
"Hai." Jeongyeon menjabat tangan Alex.
"Sial, aku bahkan keduluan dari Alex." Kesal Mina dalam hati.
"Kalian mau minum apa?" Tanya Alex.
"Aku 1 shot tequila." Ucap Mina.
"Aku juga." Sambung Jeongyeon.
"Wow, kau juga minum tequila rupanya." Ucap Mina.
"Apa?" Karena musik yang begitu kencang, Jeongyeon tak dapat mendengar Mina.
"Kau juga minum tequila rupanya." Mina memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara disamping telinga Jeongyeon.
"Yeah, aku minum tequila walau lebih sering minun red wine." Mina begitu terkejut saat Jeongyeon berbicara di samping telinganya juga.
"Maafkan aku, tapi ini pertama kalinya aku pergi ke club." Lanjut Jeongyeon.
"Tidak apa apa, kau akan suka berada disini." Ucap Mina.
Setelah keduanya menenggak tequila mereka, Mina pun berinisiatif untuk mengajak Jeongyeon menari.
"Apakah kau mau menari?" Tanya Mina.
"Aku tidak bisa menari." Ucap Jeongyeon.
"Aku akan mengajarkanmu." Ucap Mina sambil meraih tangan Jeongyeon.
Jeongyeon pun memilih untuk mengikuti Mina dan berjalan ke lantai dansa. Jeongyeon hanya terdiam sambil tersenyum saat Mina menari dan melompat lompat mengikuti alunan musik.
"Ayo, kau coba juga." Ucap Mina.
Jeongyeon pun perlahan mengikuti Mina. Keduanya saling menatap sambil tersenyum.
*Bruk.
Tiba tiba seseorang menyenggol Mina hingga terjatuh.
"Akh!" Disaat yang bersamaan, kaki Mina tidak sengaja diinjak oleh seseorang.
"Mina!" Jeongyeon pun langsung menghampiri Mina.
"Kau bisa bangun?" Tanya Jeongyeon.
"Aku tidak tau, kakiku sangat sakit." Keluh Mina sambil berusaha berdiri.
"Jangan bergerak." Ucap Jeongyeon yang membuat Mina kebingungan.
"Kemarilah." Jeongyeon pun meraih tubuh Mina dan mengangkatnya.
Mina yang diperlakukan seperti itu hanya bisa terdiam membeku sementara Jeongyeon membawanya keluar dari club hingga ke tempat parkir. Sesampainya di depan mobil Mina, Jeongyeon mendudukan Mina diatas kap mobil. Wanita itu berlutut di depan Mina untuk melihat kondisi kakinya.
"J-Jeongyeon.." Wajah Mina memerah.
"Kakimu lecet, apakah kau punya obat di dalam mobilmu?" Tanya Jeongyeon dengan wajah khawatir.
"Tidak ada." Mina menggeleng.
"Kalau begitu kau tunggu sebentar ya, aku akan membelikan obat untukmu." Ucap Jeongyeon.
"Kau mau masuk ke mobil atau menunggu disini?" Tanya Jeongyeon.
"Disini saja tidak apa apa." Jawab Mina.
"Baiklah, tunggu sebentar ya." Jeongyeon pun berlari kecil meninggalkan Mina.
"Mengapa tiba tiba dia menjadi sangat sweet." Wajah Mina memerah.
Uwwwww sudah mulai uwu
See you next week mwehehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch My Heart
FanfictionFull Chapter Seorang pengidap germaphobe dan OCD yang harus dipertemukan dengan seorang dokter yang baginya begitu menyebalkan dan kurang memiliki rasa empati.