"Sampai nanti." Pamit Jeongyeon pada kedua temannya sambil menuju ruang operasi."Silakan lewat sini nona Yoo." Seorang suster mempersilakannya untuk berbaring.
"Ne, terima kasih." Ucap Jeongyeon sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur itu.
Di lain sisi Mina sedang mencuci tangannya. Setelah itu ia masuk ke dalam ruang operasi dan dipakaikan jubah operasinya.
"Sudah siap, nona Yoo?" Tanya Mina.
"Ne." Jawab Jeongyeon.
Mina pun tersenyum tipis dibalik maskernya, setelah itu memulai pekerjaannya. Disela sela fokusnya pada tangan Jeongyeon, Mina berkali kali mencuri pandang kearah Jeongyeon. Wanita itu mencoba untuk tenang, walaupun terlihat cukup tegang.
"Ada apa dengan diriku?" Pikir Mina.
.
.
."Sudah selesai?" Kedua temannya berdiri ketika melihat Jeongyron keluar dari ruang operasi.
"Sudah." Jeongyeon mengangkat telapak tangan kanannya yang di gips.
"Huft.. syukurlah." Keduanya bernapas lega.
"Kalau begitu ayo ke kamarmu, kau perlu beristirahat." Ajak Chaeyoung.
"Ne, terima kasih." Ucap Jeongyeon sambil berjalan bersama keduanya.
Dilain tempat, Mina pun melepaskan segala perlengkapan operasi yang ia pakai.
"Choi Minki" Panggil Mina pada suster yang mengurus Jeongyeon.
"Ne, dokter Myoi?" Sahutnya.
"Pasien Yoo Jeongyeon, biar aku saja yang mengurus. Katakan pada dokter lain untuk tidak perlu mengurusnya, biar aku saja." Ucap Mina.
"Ah, ne." Angguk Minki.
Dilain tempat, Jeongyeon sedang duduk bersandar diatas kasur.
"Apa aku belum boleh pulang?" Tanyanya.
"Dokter bilang kau harus menginap semalam disini supaya kondisimu bisa dipantau." Jawab Chaeyoung.
"Aku merasa begitu kotor berada di rumah sakit." Keluh Jeongyeon.
"Kau mau mandi? Tadi Irene dari rumahmu untuk mengambil baju." Tanya Chaeyoung.
"Apakah sudah boleh?" Tanya Irene.
"Ntahlah, aku juga tidak tau." Jeongyeon menggeleng.
*Tok tok tok.
"Halo." Sapa Mina sambil memasuki ruangan Jeongyeon.
"Ah, annyeonghaseyo dokter." Sapa Chaeyoung dan Irene.
"Saya ingin memeriksa keadaan nona Yoo Jeongyeon." Ucap Mina sambil mendekati Jeongyeon.
"Apa yang anda rasakan sekarang?" Tanya Mina.
"Tidak ada, aku sudah lebih baik." Jawab Jeongyeon.
"Boleh dibuka sedikit bajunya? Saya ingin memeriksa tubuh anda." Pinta Mina sambil tersenyum.
"Yang patah tanganku, kenapa jadi tubuhku yang diperiksa?" Tanya Jeongyeon.
"Ahh maaf dokter, biar saya yang bantu." Chaeyoung pun hendak membuka kancing kemeja Jeongyeon, namun segera mendapat tatapan maut.
"Apa yang kau pikir sedang kau lakukan?" Tanya Jeongyeon yang membuat Chaeyoung mengurungkan niatnya.
"Tubuh saya baik baik saja. Saya menolak diperiksa dengan stetoskop anda itu. Ntah sudah berapa orang yang anda periksa dengan itu." Tolak Jeongyeon.
"Dia pikir stetoskop itu sekali pakai??" Tanya Mina dalam hati.
"Pasca operasi biasanya pasien sering mengalami demam. Terlebih lagi tadi anda merasa begitu panik saat kejadian, itu akan berefek pada tubuh anda. Saya hanya menjalankan standart pekerjaan saya karena ada laporan yang harus saya tulis." Mina menerangkan dengan sabar.
"Aniyo, aku baik baik saja." Ucap Jeongyeon.
Sikap Jeongyeon benar benar membuat Mina mengelus dada. Kalau saja wanita di depannya itu tidak cantik, Mina tentu saja akan memilih untuk pergi dan masa bodo dengan kondisinya. Namun selain harus memeriksa Jeongyeon, Mina juga ingin dekat dekat dengan pasiennya itu.
"Saya hanya akan memeriksa anda sebentar. Bila anda merasa stetoskop ini kotor, anda bisa mandi setelah ini." Mina kembali mencoba.
"Aku boleh mandi?" Tanya Jeongyeon.
"Ne, tentu saja." Angguk Mina.
"Kalau begitu aku akan mandi sekarang." Jeongyeon pun berdiri dari kasurnya, dan pergi mengambil bajunya.
Mina benar benar kebingungan menatap tingkah laku pasiennya kali ini. Ia hanya bisa menatap Jeongyeon yang sedang berjalan menuju kamar mandi.
"Ah." Baru masuk ke kamar mandi, Jeongyeon pun kembali keluar.
"Bolehkah aku mandi dirumah?" Tanya Jeongyeon yang membuat semua orang disitu bingung.
"Ne?" Tanya Irene.
"Aku tidak mau mandi di kamar mandi umum." Ucap Jeongyeon.
"Kenapa?" Tanya Chaeyoung.
"Kotor, banyak orang yang menggunakannya, aku tidak suka." Jawaban Jeongyeon membuat Mina terkekeh tak percaya.
"Kau tidak bisa pulang ke rumah disaat sedang dirawat inap, nona Yoo." Ucap Mina.
"Aku hanya akan mandi dan kembali kesini." Ucap Jeongyeon.
"Jeongyeon, aku mengerti kau germaphobe, tapi kondisi saat ini tidak memungkinkan kau seperti itu." Ucap Chaeyoung.
"Jadi maksudmu, phobiaku bisa hilang begitu saja karena keadaan?" Tanya Jeongyeon.
"Nona Yoo, jika anda mau, saya punya kamar mandi pribadi di ruangan saya." Ucap Mina.
"Apakah bersih?" Tanya Jeongyeon.
"Sejauh ini hanya aku yang menggunakannya." Jawab Mina.
"Baiklah, boleh aku pinjam?" Tanya Jeongyeon.
"Yeah, hanya jika anda setuju untuk diperiksa." Angguk Mina.
Jeongyeon pun menatap Mina seakan tak percaya betapa cerdiknya dokter ini hanya untuk membuatnya setuju untuk diperiksa.
"Baiklah." Jeongyeon mengangguk sambil membuka kancing bajunya satu persatu.
Melihat pemandangan itu, wajah Mina tiba tiba memanas.
"A-apa apaan ini? Mengapa aku menjadi berdebar begini? Ini tak pernah terjadi pada pria manapun." Pikir Mina.
Jeongyeon pun mendudukan dirinya diatas kasur.
"Silakan." Ucapan.
"M-mwoya? Ada apa dengan posisinya itu?" Kedua pipi Irene pun perlahan memerah.
"Saya akan mulai memeriksa." Mina pun memakai stetoskop dan mengarahkannya ke tubuh Jeongyeon.
*Deg deg deg deg.
Suara detak jantung Jeongyeon yang terdengar jelas di telinga Mina menjadi iringan saat kedua matanya menatap tubuh atletis Jeongyeon. Perlahan tangannya memindahkan stetoskop ke perut Jeongyeon.
*Gulp.
Mina menelan ludahnya. Ia sangat ingin menyentuh perut Jeongyeon. Jatungnya berdegup semakin kencang dan fokus Mina mulai tergantikan dengan nafsunya. Matanya kembali menatap dari leher Jeongyeon hingga perlahan turun ke perutnya.
"Bagaimana? Aku baik baik saja kan?" Pertanyaan Jeongyeon membuat Mina kembali terseret ke kenyataan.
"A-ah.. ne. Semua normal, syukurlah." Angguk Mina.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mandi diruanganmu." Ucap Jeongyeon sambil kembali mengancingi kemejanya.
Heyowwww apa kabar semuanya???
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch My Heart
FanfictionFull Chapter Seorang pengidap germaphobe dan OCD yang harus dipertemukan dengan seorang dokter yang baginya begitu menyebalkan dan kurang memiliki rasa empati.