11

1.6K 127 5
                                    

"Jika ditanya bagian mana yang ingin kamu lupakan, aku akan menjawab seperti ini...

Bagian yang ingin kulupakan dari semua kenangan manis bersamanya adalah menatapnya dibawah hujan deras kala itu." -Andira.

****

ANDIRA duduk menopang dagunya di atas meja. Memandang satu persatu pengunjung caffe yang mengobrol dengen berbagai ekspresi. Tak jarang dari mereka terkadang melihatkan sisi jujur dari permasalahan dunia yang dijalankan. Berpura-pura semua baik-baik saja, namun kenyataannya ada luka dalam hati mereka yang tidak bisa ditutupi dengan senyuman palsu.

Hari ini cukup melelahkan, hujan deras di luar sana membuat jalanan sepi. Hanya beberapa kendaraan roda empat yang melintasi jalanan. Sebagai dari pengendara roda dua memilih berteduh di bawah atap.

Andira mengikat rambutnya yang mulai memanjang. Memakai sepatu Dokmart hitam dan menarik jaket dari gantungan. Ia berdiri diambang pintung keluar caffe, memandang langit dengan sedih. "Sial,, kenapa harus hujan."

"Lo yakin mau tetap pulang hujan-hujan gini?" Tanya teman Andira.

"Gue mulai gak betah di sini lama-lama. Gue cabut ya."

Ada satu kalimat yang keluar dari mulut Andira, memaksanya untuk tetap tinggal di caffe hanya untuk sesuatu yang dicarinya. Entah ia tidak betah karena pengunjung yang datang anak-anak sekolah, atau sesuatu yang ia harapkan datang tidak datang beberapa minggu ini.

"Sama saja." Ungkap Andira ketika ia sampai di Apartemen. "Semua orang lebih memilih tidur dibandingkan beraktifitas."

Ketika Andira bersiap melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar Apartemen. Terdengar suara yang tidak asing menggema di lorong, suara seorang wanita yang ia cari selama seminggu. Suara itu terdengar manis, tawanya yang ringan membuat Andira menoleh kearah sumbernya.

Suara langkah kaki Amelia seirama dengan detak jantung Andira. Andira tersenyum , namun sesaat pudar seiring matanya tertuju pada genggaman tangan Ameli yang menyatu dengan jemari orang lain.

Seorang Pria manis dengan kumis tipisnya dan bulu bulu tipis yang menutupi rahang tajamnya.

Amelia tersenyum sekilas kearah Andira. Memaksanya berhenti tepat di depan pintu kamar Andira.

"Hai,," Sapa pria yang datang bersama Amelia.

Tatapan Andira serius mengintai setiap jengkal yang ada pada pria itu. Lalu menatap Amelia dengan serius, seolah-olah bertanya "kenapa tangan itu saling menggenggam?"

"Oke, thank you uda antar aku sampai kamar . Dan hati-hati dijalan." Amelia menarik tangan pria itu mendekat, mencium pipi kirinya dan memberinya say goodbye.

Amelia menurunkan senyumannya saat bahu pria itu menghilang dari padang Andira.  Tampa sepata katapun Amelia membuka pintu kamaranya dan meninggalkan Andira berdiri mematung tepat di depan kamarnya.

Semua serasa Asing, seakan-akan mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Bahkan Andira merasa tidak ada kejadian apapun antara Amelia dan dirinya.

Ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul menghantam dadanya. Tapi Andira menolak rasa itu muncul, bahkan ia menolak semua pikiran yang berkecamuk di otaknya.

"Semoga cara ini berhasil" Seru Amelia bersandar dibalik pintu kamarnya.

Rasanya sepi dan mencekam. Banyak hal yang berjalan memutarin pikiran Andira. Kakinya masih betah diam ditempat di mana dia memandang punggung Amelia menghilang dari pandangannya tampa menyapa.

Meski begitu, Andira membenci perasaanya saat ini. Menarik selimut dan mendekam bantal dalam pelukan. Berharap hal-hal yang terjadi padanya malam ini hilang esok pagi, seperti hal-hal lainnya.

"Selamat malam, Andira."

*
*
*
Tbc




Selamat menikmati Epsisode terbaru dari cerita ini. Semoga kalian tetap penasaran dengan episode berikutnya.

Seperti biasa cerita ini akan lama update jika tidak ada yang berpartisifasi untuk komen dan like.

Thx u.

BREAK HEART  [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang