26

876 66 3
                                    

"Aku tidak mau membuat kesepakatan jika dirimu saja tidak bisa yakin dengan jawabannya.!"

"Berhentilah bertindak bodoh, Andira. Mencari pendonor Jantung tidak seperti mencari seblak di Jakarta. Dan pleace , berhenti berjalan mondar-mandir seperti itu. Kau bisa merusak lantainya." Lily meneguk wine untuk membasahi tenggorokannya yang mulai memanas. Tatapan matanya tajam kearah Andira yang panik.

"Apa susahnya sih. Kau tinggal mencari mafia yang bermain di pekerjaan ini."

"Dan kau memaksa mereka untuk membunuh orang-orang yang sehat? Kau gila !."

"Dengar, Lily. Apapun itu akan aku lakukan !" Andira menunduk untuk memberi peringatan pada sepupunya yang sama menegangnya dengan dirinya.

"God,, tindakanmu akan membuat Amelia membencimu. Tidakkah kau paham, yang di cari itu Jantung Andira bukan sepasang jari manis yang bisa saja dengan mudah. Perlu kecocokan untuk itu semua. Jika tidak cocok dengan yang dibutuhkan Amelia maka semua sia-sia."

"Trus, kau mau aku menunggu sampai salah satu daru daftar nama-nama ini sekarat? Atau menunggu sampai mereka mati?" Selembaran daftar nama-nama pendonor yang memiliki kecocokan Jantung dengan Amelia melayang dari tangan Andira.

"Kau mau aku membunuh satu dari mereka? Agar hasrat gilamu terkabul?"

"Jika itu yang bisa kau lakukan."

Lily menarik nafasnya dengan kasar. Menatap penuh emosi ke arah Andira. "Seharusnya kau berfikir dengan pintar sebelum gegabah. Cinta membuatmu bodoh. Satu dari daftar nama-nama itu mungkin bisa menjadi penyelamat Amelia. Marco memberitahuku jika anak itu memiliki sedikit harapan hidup."

"Apa maksudmu,?"

"Ini hanya harapan. Aku juga tidak berharap anak malang itu meninggal. Kejam rasanya membayangkan itu."

"Berbicaralah yang jelas, Lily. Aku benar-benar tidak paham."

"Sucha Andreas. Kecelakaan saat pulang bekerja. Kondisinya cukup parah. Mengalami lumpuh di tulang pinggang sehingga Dokter memastikan dia tidak akan bisa berjalan. Dan satu lagi-" Lily menarik nafasnya, mengisi udara pada rongga-rongga dada. "Dia mengalami kondisi Kematian batang otak."

Andira menarik satu kursi kearah Lily, mencermati kata demi kata

"Dimana kondisi ini membuat si penderita tidak bisa bernafas jika tidak menggunakan alat bantu nafas."

"Bagaimana dengan keluarganya?"

"Dia hanya tinggal berdua dengan adiknya. Dia mendaftarkan sebagai pendonor beberapa bulan sebelum kejadian. Dengan syarat jika terjadi sesuatu padanya dia merelakan Jantungnya untuk orang lain."

"Trus?"

"Trus? Apa maksudmu. Kau berharap aku mengatakan dia Meninggal? God,." Lily tertawa tampa humor, matanya nanar menatap Andira. "Atau setelah mendengar semua ceritaku, kau berharap begitu pada anak malang itu?"

"Apa lagi yang bisa aku harapkan? Aku tidak ingin kehilangan Amelia."

"Tapi setidaknya kau berfikir yang logis. Kita hanya bisa berdoa untuk kebaikan Amelia."

Suasana seketika hening. Masing-masing dari mereka memikirkan apa yang akan terjadi. Ini sangat menyakitkan buat Andira ketika ia mendapatkan kabar dari marco yang tidak lain adalah mata-mata yang Andira bayar untuk mengikuti perkebagan Amelia selama di Australia. Tidak mungkin mencari tahu informasi dari Iren.

Saat itu Andira sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Australia setelah tidak mendapatkan kabar apapun dari Amelia. Andira panik dan takut. Hingga kabar dari marco membuatnya terkejud. Amelia sudah tidak sadarkan diri beberapa hari, Dokter menyampaikan bahwa ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Salah satunya adalah lemahnya otor jantung yang membuat Amelia drop. Dokter bahkan mengatakan ada kemungkinan besar kembali terjadinya gagal jantung.

BREAK HEART  [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang