21

1.1K 91 4
                                    

Tidak jauh berbeda dengan kamar utama milik Amelia, kamar kedua yang sering digunakan Amelia juga terlihat luas dan sedikit sentuhan interior yang dibuat Amelia sendiri. Warna dinding white silver selaras dengan paduan coklat tua yang menghiasi beberapa sudut kamar, ditambah beberapa barang yang terlihat sederhana namun menawan. Beberapa lukisan dinding yang sengaja disusun agak berantakan menambah kesan klasik.

Andira masuk ke dalam kamar, matanya tersentuh manis dengan pemandangan yang ia lihat. Setelah Amelia sepakat untuk mengizinkan Andira tidur bersama, Andira segera bergegas mengikuti langkah Amelia. Hingga mereka kini berdiri saling menatap.

"Kenapa? Kamu mau bilang kamar aku bagus ?" Belum sempat Andira meng-iyakan ucapannya, Amelia sudah menyombongkan diri.

Andira tersenyum, rambut pirang yang ikal tertiup angin yang dibawa oleh Ac. Andira mengikat rambutnya sedikit ke atas. Bukan merasa gerah namun ia risih dengan anak rambut yang mengganggu penglihatannya.

"Ada handuk bersih di dalam lemari, dan beberapa baju kaos yang mungkin cocok dengan selerahmu." Amelia duduk di kursi, mengambil botol pembersih muka dan kapas, dengan lembut ia membersihkan wajahnya tepat di depan kaca hias berwarnah putih. Semua tertata rapi, scincare, makeup, lipstik, kutek kuku dan peralatan lainnya.

"Benar-benar wanita aneh." Cetus Amelia saat Andira masuk ke dalam kamar mandi tampa membalas ucapan Amelia.

***

Lebih dari setengah jam di kamar mandi, Andira keluar dengan handuk yang terlikit. Rambutnya yang basah ia sengaja gerai agak sisa air keramasan rambutnya menetes. Dengan tubuh tinggi yang Andira miliki, handuk yang ia kenakan jadi terlihat sangat menggantung.

"Baju yang mana boleh aku gunakan?"

Amelia menoleh kesumber suara. Bibirnya sedikit terbuka, bengong layaknya anak kecil yang melihat balon udara. Meski terbalut handuk yang tebal Amelia masih bisa melihat lekukan tubuh Andira yang sexy, sedikit berotot dan pahanya yang ketat. Lehernya yang putih mulus, bibirnya yang berwarna merah mudah menggoda. Saat mata mereka beradu, Andira melebarkan matanya.

"Amelia."

"Ah, yang_ terserah kamu yang mana aja." Amelia mengalihkan padangannya saat kata-katanya terbata.

"Ameliaa." Terdengar suara ketukan dari luar kamar. Amelia bergegas berlari menghampiri.

"Mama mau ke rumah tante Bella, mungkin pulangnya tengah malam."

"Arisan keluarga lagi?"

"Gak tahu tuh Papa kamu. Kalian di rumah aja yah. Mama gak lama kok, palingan 3 jam." Andira memberi anggukan saat Iren berpahitan.

Setelah semua beres, Amelia selesai mandi dan selesai ritual malamnya. Menggunakan cream malam dan lotions. Ketia ia bersiap naik ke tempat tidur, matanya melihat Andira yang malah sudah terlelap. Baru beberapa menit yang lalu Amelia melihat Andira bermain Handphone, dalam seketika ia bisa terlelap tampa sadar.

Amelia mendekat kesisi kanan Tempat tidur, sisi dimana Andira berbaring. Deruh nafas yang tenang, alis mata yang tebal, bulu mata yang indah dan pangkal tulang hidung yang panjang. Seperti patuh lilin yang dipahat dengan sempurnah. Amelia menarik jarinya dari bibir Andira saat wanita itu sedikit terkejut karena dinginnya sentuhan ujung jemari Amelia. Masih dengan mata tertutup Andira tersimpul dengan senyuman di ujung bibir.

"Dia tersenyum? mimpi atau dia merasakan yang aku lakukan." Amelia menegakkan kepalanya, memrapikan rambutnya dan berbalik tak perduli dengan Andira yang tertidur seperti putri kerajaan yang cantik. Mendebarkan saat dirimu berada dekat dengan orang yang kamu sukai, apalagi rasa suka itu mulai menunjukan rasa cemburu yang aneh. Gila jika rasanya kamu kehilangannya, debaran aneh dan letupan-letupan aneh saat matamu menatapnya lalu lirikanmu turun ke arah benda ranum yang kenyal. Seakan fungsi otakmu berhenti beroperasi. Orang-orang menyebutnya cinta.

BREAK HEART  [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang