03

1.1K 161 3
                                    

Seperti apa rasanya mati?

Sulit diartikan ketika kepala mu terasa berat dan ringan secara bersamaan.

15 menit berlalu

Diswara sudah sadar tapi dia tetap tidak bisa merasakan sesuatu. Apakah dia sudah mati?

Dia menunggu sampai akhirnya ia bisa merasakan sebuah hembusan napas dari seseorang.

Tapi siapa? Siapa yang rela menghabiskan waktu untuk menjaga Diswara.

Mama papa? Tidak mungkin.

Pasti dia Jantaka orangnya, ya pasti dia. Begitulah kira kira isi pikiran Diswara sekarang.

Sampai akhirnya dia bisa menggerakan tangan walaupun masih sedikit kaku. Sepertinya orang yang menjaga Diswara menyadari adanya pergerakan. Dia diam sebentar untuk memastikan.

Tidak lama mata Diswara terbuka dan nafasnya sedikit memburu. Jantaka? ya benar dia, dengan segera Jantaka menekan tombol di samping ranjang untuk mendatangkan suster.

Kemudian suster dan dokter datang untuk mengecek keadaan Diswara. Taka harap cemas, sedikit banyaknya ia ketakutan jika adiknya terluka parah.

Dokter keluar dan melihat ke arah Taka.

"Siapanya pasien kalo boleh saya tau?"

"Saya kakaknya dok, bagaimana dengan keadaan adik saya."

"Dimana orang tua kalian?"

"Tidak bisa dihubungi. Dokter bisa memberi tau saya saja tentang keadaan pasien."

"Baik ayo ikut saya."

*

Matahari sudah terbit sekarang, setelah Diswara yang tersadar pada jam 2 dini hari. Jantaka pun sudah berangkat ke sekolah.

Diswara melihat ke arah jam digital. Sudah 3 hari ia terbaring dirumah sakit. Kepalanya terasa nyeri ketika ia banyak bergerak. Apakah separah itu? Tapi ia sudah lumayan merasa sehat.

Untung saja dia masih bisa menggerakan seluruh badannya. Rasanya seperti mimpi, saat koma kejadian guci selalu terulang dikepalanya. Karena itu Diswara tidak menyangka jika ia sudah 3 hari koma.

Hari sudah menjelang sore dan tidak disangka beberapa teman Diswara datang menjenguk.

"Wanjayy bestie kangen gw sama lo." ucap salah satu teman Diswara.

"Makanya coy klo bawa motor teh inget tuhan biar gk celaka."

Kecelakaan motor?

"Dis gimana gk ada yang patah kan?"

"Lo masih bisa jalan kaan??"

Diswara sedikit pening dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan.

"Iya gw gpp" kata Diswara.

"Syukur deh klo gtuu, hampir aja kiya putus asa Dis gk ada lo di sekolah."

Itulah kurang lebih keharuan dan kealayan mereka sebagai teman Diswara.

Hari ke 5 dokter bilang kedaan Diswara sudah pulih kembali. Dia sudah boleh pulang hari ini, lumayan melelahkan selama 5 hari ia hanya bisa terbaring di kasur rumah sakit.

Sangat merindukan suasana luar, walaupun tidak merindukan rumah. Kebetulan hari ini Sabtu dan beberapa teman dekat Diswara berniat untuk mengantarnya pulang.

Tidak ada sambutan sama sekali saat mereka sudah sampai dirumah. Padahal mama papa sepertinya sedang mengambil cuti, karena saat Diswara datang mereka ada dirumah.

Diswara | Doyoung KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang