25. Nggak Sadar

12K 1.7K 776
                                    

"Fuck! Damn, Lara!!!" geram Saka meninju bantal. Sebal, tak juga bisa memejamkan mata setelah kembali pulang dari rumah Tama. Entah sudah berapa kali dia berbalik membenahi cara tidurnya.

Semua gaya tidur sudah coba ia lakukan. Mulai dari terlentang, tengkurap, menungging, kayang sampai terjengkang. Tetap saja. Lelapnya tak juga kunjung datang.

Saka lelah. Sangat. Matanya berat, tapi pikirannya melayang entah ke mana--, tidak! Lebih tepatnya pada Lara. Cewek jelek itu yang sudah menganggu tidurnya.

Ingatan Saka terus berputar akan sikapnya selama ini pada Lara. Apa dia sudah keterlaluan, ya pada Lara? Namun, selama ini Lara terlihat baik-baik saja. Tak pernah sekalipun dia melihat Lara menangis karenanya. Malah Lara yang selalu membuat dia marah karena sikapnya. Nyebelin. Sok cantik, padahal jelek.

"Anjing, Lara! Lo apain otak gue, sih?!"

Saka bangkit, duduk di ranjangnya yang amat kusut, berantakan. Begitupun dengan rambutnya yang tak henti dia remas, saking frustrasinya. Lara memang virus gila. Saka harus bertindak segera.

Melirik jam berbentuk rubik yang ada di atas nakas samping ranjang, Saka sukses dibuat menganga.

Sial!

Hampir pukul tiga dini hari. Dan, dia belum juga bisa terlelap tidur karena Lara?!

Gila!

Saka menggeram. Beranjak, dia mengambil buku diary Lara yang masih dia simpan di atas meja belajarnya. Duduk di kursi, dia menatap benda terkunci itu. Harus dia tuntaskan segera.

"Maaf, Ra. Gue penasaran," ucapnya. Sebelum merusak kotak buku diary Lara dengan pisau cutter. Saka tidak peduli dan tidak merasa menyesal telah merusak benda itu. Dia hanya ingin menuntaskan rasa penasaran yang telah mengganggunya sejak lama dan saat ini adalah puncaknya.

Napas Saka memburu setelah berhasil merusak kotak buku Lara. Berdentam dada, Saka membuka buku itu. Namun, Saka tak bisa untuk tidak mengernyit melihat tulisan di lembar pertama ...,

Katanya, akan ada alasan untuk  seseorang bertahan, meski keadaan tak henti membunuh dan menikam.

Katanya, akan selalu ada alasan yang bisa membuat seseorang melupakan semua masalah yang dirasakan, meski tak henti dunia mengolok dan mengabaikan.

Katanya, akan selalu ada alasan yang bisa membuat seseorang tetap tersenyum, meski air mata tak henti jatuh, karena sakit yang disimpan.

Katanya, akan selalu ada alasan yang bisa membuat seseorang tetap merasa ada, meski dunia tega mengabaikan dan dengan kejam membuang.

Katanya, akan selalu ada harapan yang bisa memunculkan senyuman, meski semua yang ada telah lepas dari genggaman.

Dan alasan itu sudah aku dapatkan.

Papa dan Saka.

Dua orang yang bisa membuatku bertahan, selain dari obat yang selama ini kutelan.

Jantung Saka berdebar, amat kencang. Lebih pada rasa ketakutan. Hingga Saka sendiri ragu melanjutkan untuk membuka lembar selanjutnya.

Mengapa?

Mengapa namanya juga ada di buku Lara?

Mengapa Lara menjadikan dia sebagai alasan cewek itu bertahan?

Lantas, obat apa yang selama ini Lara telan?

Mengepalkan sebelah tangan erat, Saka kembali melanjutkan. Dia harus membaca agar tahu kenyataan.

SangsakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang