Sinar matahari pagi dengan lancangnya menembus jendela kaca kamar bernuansa sendu itu. Di dalamnya, terlihat laki-laki manis yang tengah sibuk mengecek semua persiapan kegiatan MOS yang akan di jalaninya hari ini.
Sosok itu sengaja terbangun lebih pagi dari biasanya. Settingan jam weker yang diaturnya semalam ternyata bekerja dengan baik seperti biasa.
Renjun, begitulah ia kerap di sapa. Langkah kecilnya bergegas menuruni tangga dengan semangat, meletakkan tas punggungnya di sofa dan berjalan menuju dapur untuk memasak.
Sejak taman kanak-kanak Renjun terbiasa membawa bekal ke sekolah, bahkan di hari pertamanya masuk SMA pun, Renjun tetap membawa bekal.
Meskipun hanya sosis dan nugget ayam saja, setidaknya perut Renjun tidak akan kelaparan istirahat nanti.
Renjun keluar dari rumahnya tanpa pamit pada siapapun, karena di rumahnya memang tidak ada siapa-siapa.
Sang Bunda, Wendy, tidak pulang lagi malam ini. Butik yang di kelolanya sedang banyak pesanan, terutama gaun pernikahan. Sehingga Wendy mau tak mau harus begadang bahkan sampai menginap di Butik. Hal itu bukan hanya sekali Wendy lakukan, sehingga, Renjun mulai terbiasa. Meski terkadang ia harus menangis sendirian di tengah malam akibat trauma yang di deritanya.
-
Puluhan bahkan ratusan calon siswa itu berkumpul pada satu ruangan besar yang mereka ketahui sebagai aula, setelah lima belas menit, masuk beberapa orang dengan jas OSIS berbaris rapi di depan mereka.
Di antara mereka, terdapat beberapa orang yang sangat mencuri perhatian karena rupa yang mereka miliki. Sebenarnya semuanya juga good looking, tapi bagi Renjun, hanya ada tiga laki-laki yang terlihat menonjol dengan visualnya.
Gadis yang berdiri di tengah itu mengambil alih mic dari MC. Dia mulai menatap ke arah adik-adik tingkatnya dengan tatapan berbinar.
"Selamat pagi! Perkenalkan nama saya Park Seojeong, saya Ketua OSIS SMA Neo97. Senang bertemu kalian semua adik-adik." gadis cantik itu memperkenalkan dirinya dengan semangat.
Kemudian setelahnya satu persatu dari mereka mulai memperkenalkan diri. Semua itu terasa membosankan bagi Renjun. Bahkan games-games yang di buat tak bisa membuat rasa bosan Renjun menghilang.
"Hai, aku Haechan. Kamu Renjun kan? Ya ampun, kamu manis banget tau nggak?" Suara Haechan mengalihkan atensi Renjun, dia menatap sedikit aneh ke arah laki-laki yang entah sejak kapan sudah bertukar tempat duduk dengan Sanha itu. Karena seingat Renjun, tadi yang duduk di sebelahnya adalah anak laki-laki bernama Sanha.
"Iya, aku Renjun." jawabnya pelan dengan sedikit senyuman.
Ekspresi Haechan tidak berubah, malah semakin memuja wajah Renjun.
"Nah, sekarang saya mau kalian mengirimkan perwakilan kelompok kalian untuk maju ke depan dan bernyanyi. Yang mendapat tepuk tangan paling banyak, tim itu yang menang." ucap Joy si sekretaris OSIS.
Kemudian satu persatu perwakilan itu maju. Renjun akui suara mereka enak di dengar, tapi hanya sebatas itu, nyatanya Renjun tetap bosan.
"Dari kelompok kita siapa yang mau maju?" Tanya Lia, ketua kelompok 00.
"Kamu aja Jun, kalo kamu yang maju aku yakin pasti bakalan banyak yang tepuk tangan buat kelompok kita." usul Haechan.
"Nah iya Jun, kamu aja." dukung Eunha, anak perempuan yang sedari tadi juga menatap gemas ke arah Renjun.
"Gimana Renjun?" Lia menatap Renjun, menanti jawaban.
"Aku nggak bisa nyanyi." ucapnya, ya, tentu saja bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love, Senior [JaeRen]
FanfictionRenjun, pria bertubuh mungil dengan kulit putih serta mata rubah yang cantik itu nyaris tak terlihat seperti pria. Dia cantik, sangat cantik. Bahkan kecantikannya dapat meruntuhkan hati seorang pria yang tak pernah jatuh cinta seperti Jaehyun hanya...