Renjun berjalan menunduk menuju toilet. Perasaan itu masih sama, sakit dan menyedihkan. Renjun tidak paham kenapa dia bisa setrauma ini, padahal seharusnya dia sudah bisa melupakannya.
Wastafel dan cermin ini menjadi saksi betapa bencinya Renjun pada dirinya sendiri. Ia selalu minta dikuatkan oleh tuhan, tapi pada akhirnya Renjun yang cengeng dan lemah itu kembali lagi.
Dia kembali berjalan setelah sepuluh menit mencoba menenangkan diri di dalam toilet.
"Kalau lagi nggak baik-baik aja, kamu nggak perlu balik ke aula."
Suara itu menghentikan langkah Renjun, matanya menatap netra seorang pria yang entah sejak kapan berdiri di sana. Mata dan kening Renjun tampak jelas menunjukan kebingungan.
"Saya tadi denger kamu nyanyi, dan saya kira kamu terlalu menyedihkan untuk balik lagi ke aula." ucapnya lagi.
Renjun menatap dirinya sendiri. Iya, dia memang terlihat menyedihkan saat ini.
"Kamu bisa pergi ke UKS, istirahat. Saya yang akan minta izin ke OSIS." setelah mengatakan itu, pria bertubuh tinggi tegap itu berjalan menjauh, tujuannya adalah aula.
Renjun masih terpaku di tempatnya, dia bahkan tidak berani bersuara. Suara dan kehadiran pria tadi masih membuat dirinya kebingungan.
Jaehyun yang tadi izin ke toilet kepada teman-temannya itu kembali dengan wajah yang tidak bisa ditebak. Tujuannya sekarang adalah salah satu anggota OSIS yang tengah berjaga di sana.
"Murid baru yang namanya Renjun izin pergi ke UKS, dia sakit."
Gadis yang sedang berjaga itu mengangkat alisnya.
"Dia nggak kabur kan?" Ucap wanita yang Jaehyun ketahui bernama Yeri itu.
"Nggak, saya penanggung jawabnya."
Setelah mengatakan itu Jaehyun langsung kembali turun, meninggalkan teman-temannya yang tengah kebingungan di sana.
Jaehyun berjalan menuju UKS, namun ia tak menemukan Renjun di sana.
"Dimana anak itu?"
Jaehyun tahu suasana hati Renjun sedang tidak baik-baik saja. Dia hanya takut sesuatu akan terjadi.
Jaehyun membuka satu persatu tirai yang menutupi kasur UKS sampai telinganya mendengar suara tangis seseorang.
"Hey! Itu kamu? kamu di mana?" Jaehyun mencari sumber suara tangis itu hingga dia menemukan seorang pria mungil tengah meringkuk di sudut ruangan dekat salah satu kasur. Pipinya memerah, matanya sembab dan air mata di pipinya.
Jaehyun memberanikan diri untuk duduk di depan Renjun, mensejajarkan posisi mereka.
"Kamu mau minum?" Tanya Jaehyun begitu Renjun sudah mulai tenang.
Renjun menggeleng kecil, dia merasa malu dan sedikit tidak nyaman dengan keberadaan orang lain yang asing baginya.
"A-aku baik-baik aja, kamu bisa pergi." ucap Renjun dengan suara paraunya.
Jaehyun mengabaikan itu. Keberadaan pria ini sudah berhasil menarik atensi Jaehyun, bagaimana bisa di melepaskan begitu saja pria mungil ini?
"Kamu mau pulang aja? Saya bisa nganter kamu kalo mau."
Renjun menatap mata itu dengan ragu. Sebenarnya dia siapa? Kenapa sangat baik kepada Renjun? Tapi tunggu, mereka bahkan tidak saling kenal.
"Nggak, aku mau balik ke aula." ucap Renjun sambil bangkit dan mencoba menjauh dari Jaehyun.
"Dengan keadaan kayak gini? Kamu mau balik dengan keadaan yang menyedihkan kayak gini?"
Renjun menghentikan langkahnya, kemudian berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love, Senior [JaeRen]
FanfictionRenjun, pria bertubuh mungil dengan kulit putih serta mata rubah yang cantik itu nyaris tak terlihat seperti pria. Dia cantik, sangat cantik. Bahkan kecantikannya dapat meruntuhkan hati seorang pria yang tak pernah jatuh cinta seperti Jaehyun hanya...