Rumah Renjun sudah sepi. Mungkin semua orang sudah berada di pulau kapuk. Kecuali Renjun, rasa kantuk itu tidak menerpanya sama sekali. Berbagai kekalutan ia rasakan. Bagaimana bisa hatinya yang rapuh harus menahan beban sedalam dan sesakit ini.
Renjun duduk di balkon rumahnya, padahal ini sudah lebih dari jam dua belas malam. Ia hanya menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip, menemaninya memadu sendu, menertawakan kekalutan jiwa Renjun dan menangisi kepercayaan Renjun terhadap Jaehyun.
"Aku harus apa?" Ucapnya pada diri sendiri
Renjun tidak polos, ia menyadari perasaannya pada Jaehyun. Meskipun baru tumbuh, tapi Renjun menyadari perasaan itu ada untuk Jaehyun.
Berbagai hal menerpa pikiran Renjun. Sebuah bayangan dari masa lalunya kembali datang. Bayangan saat untuk pertama kalinya Renjun di pukul, untuk pertama kalinya Renjun di caci maki, untuk pertama kalinya Renjun merasa menjadi orang paling berdosa dalam hidupnya. Padahal dulu Renjun hanyalah anak Remaja biasa, anak Remaja yang baru mengenal perasaan suka, walaupun pada kenyataannya yang Renjun sukai memang berbeda, dia menyukai jenisnya sendiri.
Tiba-tiba air mata itu menetes dari pelupuk mata Renjun.
"Kamu itu cuma bikin malu keluarga aja!" Ucap seorang pria dewasa dengan bercak pinggang, sorot matanya menunjukan kemarahan.
"Mas!" Teriak perempuan yang kini tengah memeluk anak lelaki berusia empat belas tahun itu.
"Diam kamu! Kalau bukan karena kamu yang terlalu memanjakan dia, dia tidak akan seperti ini!" Teriak pria itu lagi.
"Besok pagi, saya tidak ingin melihat kamu di rumah ini lagi. Saya tidak sudi mempunyai anak gay seperti kamu!"
Air mata Renjun mengalir semakin deras saat bayangan itu kembali datang.
"Renjun nggak salah Pah." bisiknya pada dirinya sendiri.
Setelah itu ia kembali ke kamar Bundanya. Mencoba tertidur walau kantuk itu tak menghampirinya sama sekali.
Esok paginya Renjun terbangun dengan kasur di sebelah nya sudah kosong "Bunda udah berangkat?"
Renjun menuruni tangga dengan rambut acak-acakan dan piyama yang masih menempel ditubuhnya. Di sana sudah ada Jeno dan Jisung.
Renjun melirik jam dinding dan ternyata sudah enam.
Jeno dan Jisung sudah siap dengan seragam mereka. Saat ini Jisung tengah menonton kartun favoritnya di TV, sedangkan Jeno, dia hanya memainkan ponselnya.
"Bunda kamu udah berangkat, tadi dia juga minta maaf karena gak sempet masak." tutur Jeno.
Renjun hanya tersenyum kecut dan mengangguk. Sudah biasa untuknya.
"Haechan mana?" Tanya Renjun.
"Masih molor dia. Dek, bangunin sana!" Titah Jeno kepada Jisung.
"Nggak mau ah, kartunnya lagi seru."
Renjun hanya bisa menggelengkan kepala saja melihat Jisung.
Bel berbunyi saat Renjun hendak membangunkan Haechan. Ia akhirnya beralih ke arah pintu. Dan saat pintu terbuka, muncul lah sosok dua Jae yang menawan. Jaemin dan Jaehyun.
"Pagi Injunie." Jaemin melambaikan tangannya dengan semangat.
"Pagi Jaemin. Hah? Injunie?"
Jaehyun tersedak tiba-tiba, sedangkan Jaemin hanya senyum-senyum.
"Boleh masuk kan Injunieee?" Jaemin beraegyo guna menggoda Renjun yang saat ini gemas melihat aegyo Jaemin, gemas ingin memukul rasanya.
Renjun hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love, Senior [JaeRen]
FanfictionRenjun, pria bertubuh mungil dengan kulit putih serta mata rubah yang cantik itu nyaris tak terlihat seperti pria. Dia cantik, sangat cantik. Bahkan kecantikannya dapat meruntuhkan hati seorang pria yang tak pernah jatuh cinta seperti Jaehyun hanya...