Pagi menyambut Renjun dengan rintik hujan dan cuaca dingin. Saking dinginnya Renjun bahkan semakin erat menggenggam selimutnya.
Kedua matanya bengkak karena menangis semalaman. Pipinya juga masih merah. Renjun bangun dengan malas dan lemah.
Suasana hatinya masih buruk, dia merindukan gegenya. Renjun ingin sekali menghubungi Guanlin, namun dia sadar, itu hanya akan semakin memperburuk keadaan.
Renjun menuju kamar mandi dengan malas. Dia menatap pantulan dirinya di cermin dengan miris. Setidaknya ini tidak seburuk satu tahun yang lalu, pikirnya.
Selesai memakai seragam Renjun duduk di depan meja belajarnya. Dia menatap dirinya di cermin duduk. Jika dia pergi dengan penampilannya yang seperti ini, teman-temannya pasti akan banyak bertanya. Akhirnya, Renjun menghabiskan lima belas menit hanya untuk merias dirinya. Riasan sederhana untuk menutupi sisa tangisan semalam. Tapi meskipun sederhana, Renjun terlihat jadi jauh lebih baik.
Dia turun dan mendapati sang Bunda tengah menyiapkan sarapan di bawah. Suasana hatinya yang buruk langsung membaik dalam seketika.
"Bundaaaa." Renjun berlari dan memeluk Wendy dengan bahagia.
"Aish! Udah mau berangkat sayang?"
Renjun mengangguk "Ayo sarapan dulu." Renjun mengangguk lebih semangat. Dia duduk di samping Bundanya.
"Bunda kapan pulang?"
"Hmm, jam berapa ya? Mungkin setelah motor Jaehyun keluar gerbang?" Ucap Wendy dengan pandangan menggoda.
"Aish bunda! Jangan natap aku kayak gitu." Wajah Renjun memerah.
"Bunda seneng deh, Jaehyun baik banget ya."
Renjun mengangguk membenarkan ucapan sang Bunda.
"Iya, Kak Jae baik."
"Bunda seneng kalo ternyata orang yang anak bunda suka itu orang baik."
Renjun lagi-lagi tersenyum "Apa itu juga yang bikin anak bunda dandan?"
"Ih bunda jangan gitu ah! Aku kayak cewek banget kesannya."
Wendy semakin gemas dengan tingkah putranya. Betapa bahagia hati seorang ibu melihat anaknya sebahagia ini.
"Bunda anterin ya sayang, sekalian mau ke butik lagi."
"Iya, bunda."
Mereka berangkat dengan suasana hati yang sangat baik, meskipun di luar hujan masih rintik-rintik.
Sementara itu Jaehyun tengah menatap hujan dengan Jaemin di sampingnya.
"Kak, ini kita kapan berangkat deh?"
"Bentar, hujannya masih turun."
Jaemin jadi kesal karena Jaehyun, dirinya akan telat.
"Yaampun kak, pake mobil aja kenapa sih."
Jaehyun melirik Jaemin "Mobilnya mana?"
Jaemin menghela nafas berat. Seandainya mereka ini anak CEO seperti yang banyak ditulis di novel-novel, mungkin mereka tinggal pilih mobil apa yang akan mereka pakai hari ini. Sayangnya di rumah Jaehyun hanya ada dua mobil, yang satu sudah dipakai ayahnya keluar kota, dan mobil ibunya juga sudah dipanaskan untuk ibunya berangkat ke kantor. Jaehyun belum punya mobil karena baru dua bulan lalu dia punya SIM. Lagipula, dia lebih suka naik motor. Kalau harus bawa mobil pun, biasanya dia pinjam mobil ibunya.
"Ikut mobil tante aja yuk." Rengek Jaemin.
Jesicca muncul dengan setelan kerjanya.
"Hujannya belum reda ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love, Senior [JaeRen]
FanfictionRenjun, pria bertubuh mungil dengan kulit putih serta mata rubah yang cantik itu nyaris tak terlihat seperti pria. Dia cantik, sangat cantik. Bahkan kecantikannya dapat meruntuhkan hati seorang pria yang tak pernah jatuh cinta seperti Jaehyun hanya...