6❤️

2.5K 195 18
                                    

Tit tit tit!

Bunyi klakson kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya yang begitu ramai, seorang gadis berjalan di trotoar dengan kaki yang di perban.

Dengan susah payah Diana berjalan, mengingat lukanya yang masih baru. Dia berhati hati dalam berjalan agar kakinya tak mengeluarkan darah segar.

Diana melihat halte bis di seberang jalan, alhasil dia harus menyebrangi jalan lalu lintas yang begitu ramai untuk sampai kesana. Mengapa Diana tidak meminta jemput supirnya? Karena dia sudah menelpon supirnya tapi tak diangkat.

Saat sudah di pertengahan jalan, tiba-tiba ada mobil yang melaju sangat kencang dan hampir menabrak Diana. Untung saja mobil itu langsung berhenti saat melihat Diana yang berdiri mematung di depan mobilnya.

Seorang pria berwajah tampan, hidung mancung, dan memiliki postur tubuh yang cukup atletis keluar dari mobil tersebut. Membuka kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, lalu berjalan menghampiri Diana.

"Are you okay, Nona?" Tanya pria itu dengan sopan.

Diana mendongak menatap pria yang hampir menabraknya,"emm, I'm okay"

"Mengapa kamu berjalan ditengah jalan, Nona? Dan kenapa kakimu berdarah?" Tanya pria itu terkejut, menatap kaki Diana yang di balut perban mengeluarkan darah.

"Saya ingin menyebrang ke sana" Diana menunjuk ke arah halte bis. Mata Pria itu mengikuti arah tunjuk Diana, lalu mengangguk kecil.

Diana enggan menjawab pertanyaan kedua dari pria itu, tidak mungkin Ia mengatakan bahwa boss-nya lah yang melukai kakinya.

"Maaf, Nona" ucap Pria itu tiba-tiba.

"Ini bukan salah kamu, lagian saya nggak kenapa napa kok"

"Diana Anastasya, panggil saja Diana atau Ana" sambung Diana menjulurkan tangannya kepada pria asing itu, dengan sopan pria itu meraihnya,"Reynand, panggil saja anand"

"Mengapa kamu ingin ke halte bis?" Tanya Pria itu, melihat dari penampilan Diana yang cukup berkelas tidak mungkin gadis itu ingin naik bis.

"Tentu saja menunggu bis" jawab Diana ketus, Ia merasa kesal dengan Pria di depannya ini. Tidak mungkin Diana ingin ngepet di halte, bukan?

"Bagaimana jika kamu kuantar pulang, mau?" Tawar Reynand, agar gadis itu mau ikut bersamanya. Hitung hitung biar tau alamat rumah gadis itu.

"Aku tidak ingin menyusahkan orang lain, dan terima kasih atas tawarannya" Diana berucap sopan. Ia tidak ingin menyusahkan seseorang, apalagi Pria yang baru ia kenal.

"Aku tidak merasa disusahkan,liatlah kakimu sudah banyak mengeluarkan darah. Anggap saja ini sebagai salam perkenalan" Reynand tetap kekeh ingin mengajak Diana untuk ikut bersamanya.

"Baiklah, jika kamu memaksa" ucap Diana, lagipula kakinya sudah sangat sakit berdiri terus.

"Mau kubantu sampai ke mobil?" Tanya Reynand.

"Boleh"ucap Diana mengangguk.

Reynand langsung menggendong Diana ala bridal style, Diana melotot kaget. Dia kira Reynand hanya akan memopoh dirinya sampai ke mobil, ternyata lebih diluar ekspetasi.

Reynand mendudukkan Diana di samping kursi kemudi, dan mendudukkan dirinya di kursi kemudi. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

"Dimana rumahmu?" Tanya Reynand, guna memecah keheningan.

"Jalan saja dulu, nanti ku beritahu"

Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit, mereka tiba di sebuah mansion yang sangat besar dan mewah.

Always Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang