23❤️

802 70 1
                                    

"Jadi dia?" gumam seseorang yang menguping pembicaraan mereka dari balik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi dia?" gumam seseorang yang menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.

"Jadi, Reynald adalah Pria yang aku cari selama ini." ucap Diana. Yang menguping pembicaraan Reynald dan Devano adalah Diana. Gadis itu membohongi beberapa bodyguard yang berjaga, agar dengan mudah dapat menguping.

Brak! Pintu terbuka lebar, Devano dan Reynald menoleh ke arah sumber suara. Mata mereka melotot melihat Diana berdiri di ambang pintu.

Mata Diana memerah, tangannya terkepal kuat. Dari sorot matanya terlihat kekecewaan yang begitu besar.

"Ana, kau—" ucapan Devano terputus, saat Diana melontarkan pertanyaan kepada Reynald.

"Ja-jadi, kau Pria yang selalu datang di mimpiku?" tanya Diana. Suara Diana terdengar serak. Netra biru gadis itu menatap Reynald tajam. Seakan Reynald adalah korban yang harus dimusnahkan.

"JAWAB AKU, REY!" suara gadis itu meninggi, terdengar isakan tangis kecil dari mulutnya.

"DIANA!" ucap Devano terdengar membentak. Gadis itu menoleh, menatap Devano dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

"APA?! KAU INGIN MEMBELANYA?!" Untuk pertama kalinya, Diana berbicara dengan nada tinggi terhadap Devano, Kakaknya sendiri.

"YA, AKU MENGERTI SEKARANG. KAU MENYURUHKU BEKERJA DI PERUSAHAAN REYNALD, KARENA KAU SENDIRI SUDAH TAHU BAHWA PRIA YANG KUCARI SELAMA INI ADALAH DIA!" teriak Diana menunjuk Reynald, amarahnya sudah tidak dapat dibendung lagi.

Reynald mendekat, mencoba meraih tangan Diana, tetapi gadis itu menepisnya. "Don't touch me!" ucapnya memberi peringatan.

Diana mundur beberapa langkah, "Sekarang, aku sudah tahu, kenapa aku tidak pernah bermimpi buruk lagi semenjak kita tidur bersama. Karena, KAU, TUAN REYNALD MAHENDRA! Pria yang selalu hadir mimpiku itu."

"Apa kau tahu rasanya tidur sambil menangis? Apa kau tahu rasanya mencari seseorang selama bertahun-tahun, bahkan orang yang dicari itu sudah ada di depan mata."

"Tapi, kau! kau sama sekali tidak memberitahu diriku, dan lebih memilih berbohong untuk mendekatiku."

"Aku takut untuk mengatakan itu karena aku tidak ingin psikismu terganggu." ucap Reynald.

"Psikisku? Kau memikirkan tentang psikisku? Apa aku terlihat seperti gadis lemah yang tidak bisa menerima kenyataan?" tanya Diana tersenyum remeh.

"Lalu berbohong seperti ini tidak melukaiku? Kau salah, Rey. Justru dengan berbohong seperti ini kau lebih menyakiti diriku."

"Diana, tenangkan dirimu. Reynald tidak bersalah, dia hanya ingin yang terbaik untukmu." ucap Devano menenangkan adiknya yang sedang marah.

"Apa katamu? Reynald tidak bersalah. Lalu siapa yang salah di sini? Kau? atau aku?" pertanyaan Diana membuat Devano bungkam.

Always Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang