15

106 11 1
                                    

Jaemin berdiri dari duduknya. Kala itu ia sedang nongkrong dengan teman-temannya termasuk Jeno.

"Mau kemana lo?" Tanya Jeno.

Jaemin yang masih memakai seragam sekolah hanya menoleh sekilas, "Jenguk Jihoon" katanya. Segera pergi dari sana. Yoshi dan Junkyu yang juga ada disana mengikuti dari belakang tanpa sepatah kata pun.

"Tungguin anjrit! Gue ikut" kata Jeno. Heboh sendiri karna tadi tasnya ia campakkan ke ujung ruangan.

"Ribet banget kek cewe!" Sarkas Jaemin. Junkyu yang mendengar ucapan Jaemin, seketika tertawa garing.

"Ga lucu!" Ketus Jeno. Ia rasa kayak diolok-olok sama Junkyu. Junkyu auto kicep, nahan ketawa dalam jantung.

Bukan diolok-olok, emang si Junkyunya aja yang humor receh. Apa aja diketawain.

Uang yang mereka kumpulin buat biaya uang rumah sakit Jihoon, udah terkumpul. Walau nyarinya dengan cara balapan liar, dan jadi kuli panggul dipasar.

Jihoon itu bisa diartikan bukan sebagai teman saja, melainkan keluarga. Apalagi dia tak ada yang mau nampung, orang tuanya juga tak nampak perduli lagi.

Cuman temen se - pertongkrongannya inilah satu-satunya tempat yang mau nampung dia. Ya walau efek sampingnya bisa masuk penjara atau ngga Rumah Sakit.

Melewati suasana malam, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Central, tempat dimana Jihoon dirawat.

Jaemin berentiin langkahnya di area Recepsionist, "malam mba"

"Iya mas. Bisa saya bantu?" Tanya Mba suster.

"Mau nanya uang Rumah Sakit atas nama Jihoon, tinggal berapa lagi ya, mba?" Tanya Jaemin. Pandangannya turun kearah saku celana seragamnya untuk mengambil duit itu.

"Atas nama Jihoon.. sudah lunas, mas"  Jaemin sontak memberhentikan gerakannya, tak jadi mengeluarkan duit yang ada di sakunya.

Jaemin mengerutkan dahinya bingung, manusia mana yang perduli sama Jihoon selain temannya ini?

"Kalau boleh saya tau, yang bayarin uang Rumah Sakitnya siapa ya, mba?"  Tanyanya. Ia beralih menatap teman-temannya, dan mendapati angkatan bahu tak tahu.

Suster tampak membolak-balikkan buku tebal yang ada diatas meja, "atas nama Alnea Aynan, mas"

Kerutan di dahi Jaemin makin terlihat jelas. Ditatapnya lagi teman-temannya, Walau hanya mendapati jawaban yang sama.

"Alnea atau Alnia, mba?" Jeno mengulangi.

Jaemin yang tau kalau Alnia itu tetangga Alnea, memutar matanya jengah. Bisa-bisanya Jeno menayakan lebih jelas di detik seperti ini.

"Alnea Aynan ya mas, bukan Alnia" jawab Mba suster.

"Makasih ya, mba" ucap Yoshi.

"Iya mas, sama-sama" jawab Mba suster.

Jaemin berkelana dengan pikirannya. Tentang Alnea yang sembarangan ngebayarin biaya Rumah Sakit Jihoon, yang jelas-jelas mahal pake banget. Juga Tentang Alnea yang tak memberitahu pasal ini.

Gangster | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang