First

6 2 2
                                    




" Awshh kak sakitt. " cicit Tanaya.

Dengan langkah panjang Gaffi membawa Tanaya kesebuah lorong. Tanaya pun kesusahan menyeimbangkan jalannya dengan Gaffi karna kakinya yang pendek dan kaki Gaffi yang seperti kaki jerapah.

Gaffi memojokkan Tanaya kedinding dan mengurung Tanaya dengan tangannya.

" Ceritain!. " ucap Gaffi dengan dingin dan sorot mata yang tajam.

" Ce-cerita apa?. " gugup Tanaya bukan karena terpesona melainkan karna ketakutan.

" Semuanya!. " ucap Gaffi.

" Maksudnya a-apa?. " Tanya Tanaya bingung.

" Ck, Tania! Gua yakin lo pasti tau semuanya!." ujar Gaffi.

" eng-enggak, aku aku gatau apa apa. " ucap Tanaya gugup.

" Tampang lo gacocok untuk berbohong. Ceritain atau gua buang lo kelaut!. " ujar Gaffi menakuti Tanaya, sebenarnya ia tau anak SMA tidak akan mempan dengan cara seperti ini tapi dengan Tanaya pasti mempan.

Umur aja yang tua tapi sifat kaya bocil—pikir Gaffi.

" Hah? Gamau gamau kak tolong jangan buang aku kelaut, aku aku gamau aku takut laut, aku gabisa berenang huaaa bundaaa. " Ucap Tanaya dengan mata berairnya dan ujung-ujungnya menangis dengan meneriaki Bundanya.

Gaffi kaget dan langsung menutup mulut Tanaya dengan tangannya. Ia tak mengira Tanaya akan menangis hanya karna ia menakuti akan membuangnya kelaut.

" Suuutt, diem! Diem ga lo?!. " ucap Gaffi karna ia tak suka melihat orang yang menangis, apalagi seorang wanita.

Tanaya menangis semakin menjadi-jadi. Dan air matanya sudah banjir sampai ketangan Gaffi.

" Diem gua bilang! Bisa diem ga!. " ucap Gaffi mulai ketar-ketir karna tangisan Tanaya mulai mengeras. Untung saja tidak ada orang. Kalau tidak sudah pasti dia akan diamuk karna ingin membuang anak orang ke laut.

Gaffi berpikir keras, sangat keras apa yang biasanya disukai oleh wanita.

" Kalau lo diem gua kasi lo shopeepay." Ujar Gaffi namun Tanaya sama sekali tidak mengurangi nada tangisannya.

Berpikir lebih keras, biasanya apa yang disukai oleh cewek jenis Tanaya.

" Kalau lo diem gua belikkan coklat?. " Tanaya menggelengkan kepalanya.

" Kalau lo diem gua belikkan bunga? Sekebon?. " Tanaya menggeleng lagi.

" Kalau lo diem gua belikkan es krim? Sepuaslo!. " Tanaya menggeleng dan semakin menangis.

Gaffi semakin menekan tangannya dimulut Tanaya. Ohh dasar pria ini tidak sadar apa yang dia lakukan.

" Kalau lo diem gua beliin apa pun yang lo mau?!. " Tanaya menggeleng lagi.

Gaffi sudah pusing cara apa agar anak ini diam dan tidak menangis lagi.

" Mau lo apasih?!. " Ucap Gaffi pusing, melihat Tanaya melirik kebawah, Gaffi baru sadar kalau dia sudah menyakiti Tanaya. Terdapat jiplakan tangan berwarna pink disekitaran bibir dan pipi Tanaya. Tangan Gaffi.

Gaffi mundur dan memberikan ruang pada Tanaya dan membiarkannya mengatur nafas dan mengontrol diri.

" Ceritain atau— eh mau kabur kemana lo?!. " teriak Gaffi.

Karna sudah mendapatkan ruang dan dirasa ada peluang untuk kabur Tanaya langsung tancap gas lari dari monster yang menculiknya tadi. Karna badannya yang kecil dan ringan Tanaya dengan cepat menghilang dari sana.


Gaffi kehilangan Tanaya, ia kesal pada anak kecil berkedok SMA tersebut.

" Shit! Liat aja lo kalau ketemu lagi. " ujarnya.

Ternyata Tanaya tidak pergi jauh, ia bersembunyi dibalik tongsampah yang ada dibelakang motor Gaffi. Untungnya Gaffi tidak menyadarinya. Karna Warna baju Tanaya dengan tongsampah itu sama.

Mustahil sekali umat mungil seperti Tanaya dapat kabur dengan cepat dan gesit. Pastinya ia memanfaatkan tubuhnya yang kecil untuk menyusup dimana saja.

Gaffi sudah pergi. Langsung saja Tanaya buru-buru memesan gojek untuk pulang.


























13:33
27/08/21
💙

GAFFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang