"Awas!" teriak Pete Crenshaw. "Celaka kita nanti!"
Truk kecil milik pangkalan barang bekas itu melaju dengan gerakan oleng di jalan yang beralas tanah. Rem dipijak berulang kali. teriring bunyi berdecit-decit. Tapi kendaraan Ku tidak bisa dikendalikan lagi.
Terhuyung ke samping, menyeruduk masuk parit dan baru berhenti ketika tertahan sebatang pohon dengan benturan keras yang menyebabkan spatbomya yang sebelah penyok.
"Astaga!" gumam Hans, pengemudinya, ia adalah satu dari kedua pemuda Jerman bersaudara yang bekerja di The Jones Salvage Yard. pangkalan
barang bekas milik paman dan bibi Jupiter Jones. Hans masih duduk sesaat sambil termangu-mangu. lalu menarik napas dalam-dalam. Sekali lagi ia mengatakan. "Astaga!"
ia menoleh, memperhatikan ketiga remaja yang ikut dengan dia di truk itu. Jupiter Jones, yang duduk di sampingnya, kelihatannya tidak apa- apa Hanya kaget saja. Pete Crenshaw dan Bob Andrews, yang berada di bak belakang yang terbuka, masih berpegangan kuat-kuat pada dinding samping bak sambil bertahan dengan kaki, karena takut terpelanting. "Kalian tidak apa-apa?" seru Hans ke belakang.
Bob dan Pete mengangguk, lalu melepaskan dinding bak. Otot-otot mereka terasa pegal, karena berpegangan sekuat tenaga tadi.
Semua turun dari kendaraan dengan gerakan gontai, untuk memeriksa kerusakan. Hans menatap ban yang pecah. Tampangnya kecut. Itulah yang menyebabkan kendaraan tidak bisa dikendalikan lagi saat mereka sedang menuruni jalan pegunungan yang berkelok-kelok, sehingga akhirnya terjerumus ke dalam parit.
"Astaga!" kata Hans untuk ketiga kalinya. "Menurut perasaanku, aku tadi tidak ngebut!"
Kau bisa mengeluarkannya lagi?" tanya Jupiter.
Hans tidak menjawab. Tapi dari air mukanya nampak bahwa ia merasa sangsi, ia naik lagi ke truk dan menyalakan mesin. Terdengar bunyi gigi persneling dimasukkan. Hans menoleh ke belakang, sementara kakinya menginjak pedal gas. Bunyi mesin menderu, tapi roda-roda belakang kendaraan itu hanya berputar saja mengaduk tanah, tanpa menyebabkannya bergerak mundur.
Hans mematikan mesin lagi. lalu turun dari kendaraannya. "Tidak bisa," katanya. "Jupe, kurasa kita terpaksa menelepon pamanmu supaya dia kemari dengan truk yang satu lagi, untuk menarik kita keluar dari parit ini. Setelah itu baru aku bisa menukar ban."
"Menelepon, katamu?" seru Pete. "Menelepon dari mana?"
Hans dan ketiga remaja itu memandang berkeliling, mencari-cari. Mereka meninggalkan Rocky Beach dua puluh menit yang lalu, menuju sebuah rumah yang terletak di daerah Pegunungan Santa Monica.
Pemilik rumah itu hendak menjual semua harta bendanya, sebelum ia pulang ke kampung halamannya di Indiana
"Orang-orang yang tinggal di daerah situ ada yang memiliki barang- barang yang menarik," kata Paman Titus, setelah ditelepon orang itu. "Jupiter, coba kau pergi bersama Hans atau Konrad naik truk ke sana, untuk melihat apa saja yang hendak dijual orang itu! Jika tempat tidurnya betul dari kuningan seperti dikatakannya tadi, langsung kaubeli saja. Pokoknya, beli semua yang menurut perasaanmu bisa kita jual lagi."
"Tapi kalau yang aneh-aneh, jangan ya, Jupiter," kata Bibi Mathilda menambahkan. Wanita itu selalu kesal apabila Paman Titus pulang dari perjalanan dengan membawa barang-barang belian yang kelihatannya sulit dijual lagi. Tapi kekhawatiran itu sebenarnya tidak beralasan. The Jones Salvage Yard, atau singkatnya Pangkalan Jones, sudah terkenal di kawasan pesisir California. Orang-orang yang hendak berbelanja berdatangan dari mana-mana ke pangkalan itu untuk mencari barang-barang yang tidak bisa diperoleh di tempat lain. Karenanya, barang yang paling luar biasa pun akhirnya bisa terjual juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
(30) MISTERI BONEKA BERINGAS
Science Fictionkejadian tak terduga dilalui oleh Jupiter dan kawan-kawannya saat menaiki truk yang disopir oleh Hans. Ban truk itu pecah dan mereka harus meminta tolong dengan melintasi sebuah perkebunan jagung yang seharusnya tidak ada di pegunungan sini. Jupiter...