13

1.4K 39 8
                                    

Happy reading!!
Thankyou for 1K readerss, I love you Mooskyy🤍

***

"Ju,usik cewek itu sampai Azka terpancing."

"Cewek mana yang lo maksud?" Tanya Juan yang bingung dengan ucapan Arka.

"Dischelia Molly, cewek yang tersungkur kemarin." Jelas Arka, hal itu membuat Kemal yang mendengarnya mengepalkan tangan seraya menahan amarahnya.

"Harus gue banget?".

"Gue lagi sakit, pliss ganti yang lain dulu." ujar Juan memelas agar Arka menurutinya.

"Oke. berart-"

"Gue gak bisa, gue harus bantuin kakak gue nyari uang." terang Kemal membuat Arka mengurungkan niatnya untuk meminta Kemal menggantikan tugas Juan sementara.

"Gue aja." sanggup Danzel.

"Oke. 3 hari kedepan gue tunggu perkembangannya." ujar Arka sekaligus menutup pembahasan mereka kali ini.

Sedangkan kini di markas Ravarzkas sedang riuh merebutkan makanan yang dibawakan oleh Azka dan Lia yang berada di sampingnya, gadis itu tampak canggung karena kehadirannya yang menjadi satu-satunya cewek di antara lautan lelaki di hadapannya.

Ya,setelah dari apartemen dan meminta Lia untuk memasakan makanan untuknya Azka mengajak gadis itu untuk pergi dengan beralasan bahwa dirinya bosan berada di asrama jam sudah menunjukan pukul 17.30 pertanda malam akan tiba tapi cowok itu tak kunjung mengembalikan Lia ke rumahnya.

"Lo tau aja kalau kita kelaparan."  ujar Banyu seraya mencomot martabak manis yang dibawakan oleh kedua makhluk itu.

"Makannya kalau pulang sekolah jangan keluyuran." celetuk Jibran membuat Banyu hanya mencebikkan bibirnya.

"Lo mau? ambil." tawar Anji tak suka dengan ucapan Jibran.

"Sensi amat lo." 

"Bacot lo berdua! Minggir gue lapar."ujar Devan seraya mencomot donat sama seperti yang dilakukan Banyu.

"Awas aja kalau lo pada habisin!" teriak Anji dari pojok markas, cowok itu sedang bermain game online sengaja menjauh agar tidak terganggu.

"Din siapa lo? perasaan yang punya biasa aja." balas Jibran tak takut dengan ancaman Anji.

"ANJING! aelah, gara-gara lo kan gue kalah." kesal Anji seraya menjambak rambutnya.

"Sekalian di botakin." kompor Banyu. Dengan malas Anji melangkahkan kakinya menuju sahabatnya yang sedang mengisi perut. "Lah bos tuh ceweknya gak disuruh duduk." ujar Anji merasa ada yang peka Lia menghembuskan nafasnya lega.

Jujur saja sedari tadi kaki gadis itu terasa pegal akibat lama berdiri dan ditambah lagi cowok di sampingnya yang tak peka sama sekali. "Gak semua hal harus diberi tahu." ujar Azka, begitulah seoarang Azka akan menjadi sosok yang berbicara banyak ketika bersama para sahabatnya dan akan menjadi yang paling dingin ketika berhadapan dengan orang yang tak dikenalnya atau yang tak akrab dengan cowok itu.

Mendengar ucapan cowok itu Lia merasa terpojokan akhirnya, gadis itu memilih untuk duduk di sofa markas, baru saja gadis itu mendunduki dirinya, suara Azka kembali mengusiknya.

"Bukunya ada di lemari markas." ujar Azka.

"Terus gue harus bilang wow?" balas Lia hanya memutarkan bola matanya malas.

"Ambil, kita balik sekarang." titah cowok itu. 

"Gue gak tau dimana." balas Lia tak mau kalah.

"Nih." seru Damar dengan memberikan buku yang dimaksud Azka. Kemudian Lia menerimanya seraya tersenyum manis ke arah Damar. Entah kenapa melihat itu Azka memanas dengan kasar cowok itu menarik lengan Lia keluar dan membawa pulang gadis itu.

Sebelum benar-benar pergi keduanya di hampiri Damar, cowok itu datang dengan muka datarnya membuat Lia kebingunga baru saja cowok itu baik kepadanya dan sekarang? ah sudahlah, tidak ada bedanya cowok ini dengan Azka.

"Kalau lo lupa dia tanggung jawaba lo. Tugas lo jagain dia bukan nyakitin dia." ujar Damar seraya menepuk pundak Azka.

"Gue masih coba terbiasa." jawab Azka terus terang. Jujur saja cowok itu sedang mencoba terbiasa berada di dekat Lia.

"Gue percaya sama lo." ujar Azka meninggalkan keduanya.

Lia tak mengerti apa yang dimaksud Damar tapi ia bisa menangkap bahwa yang sedang dibahas adalah dirinya, eh tunggu tapi kenapa harus dia? ah sudahlah dia tak akan mengerti lebih baik diam karena jika dia terus berpikir akan mempersulit dirinya sendiri.

Lia tak mengerti apa yang dimaksud Damar tapi ia bisa menangkap bahwa yang sedang dibahas adalah dirinya, eh tunggu tapi kenapa harus dia? ah sudahlah dia tak akan mengerti lebih baik diam karena jika dia terus berpikir akan mempersulit dirinya se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung.

______________________________


Gak kerasa ya, kita udah di penghujung agustus aja:)

Semoga duka di agustus gak terulang di september ya🤗

A Z K A L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang