SEQUEL

2.6K 291 147
                                    

Sequel dari Brother-in-law.





Ini bakalan pendek.. (◕ᴗ◕✿)

.

.

.

Suara tangisan bayi terdengar dari sebuah ruangan yang ada dirumah sakit. Sangat keras, tapi begitu melegakan bagi 4 orang yang menunggu didepan ruangan itu. Seorang pria berambut hitam dengan mata biru, dari tadi berjalan mondar-mandir didepan ruangan sambil berdoa untuk keadaan istri dan calon buah hati nya.

Seorang pria jangkung berambut hitam dengan warna netra yang senada juga melakukan hal yang sama, kecuali berjalan mondar-mandir. Ia menemani seorang wanita paruh baya yang juga sama khawatir nya.

Lalu, seorang pria berkulit gelap dengan rambut putihnya. Matanya yang ungu tidak henti menatap lampu merah, pertanda kelangsungan menolong wanita hamil untuk melahirkan belum padam juga.

Setelah lampu berubah menjadi hijau, suara teriakan bayi terdengar. Bersamaan dengan pintu terbuka, si pria dengan netra biru datang menghampiri dokter dan suster yang baru keluar itu.

"Ba-bagaimana dengan keadaan istri saya? Emma?"

"Tenang, tuan Hanagaki. Istri anda, yaitu Hanagaki Emma berhasil melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dan sehat."

Pria muda yang tak lain adalah Takemichi itu langsung mengucapkan doa syukur. Begitu juga dengan tiga orang lainnya.

"Setelah kami selesai, kami akan mempersilahkan anda dan keluarga anda untuk melihat keadaan pasien," ujar dokter itu.

Takemichi tidak tau apa yang harus ia ucapkan lagi selain kata terima kasih.

"Selamat, Takemichi. Kau sudah menjadi seorang ayah. Seorang ayah yang sesungguhnya," kata pria berambut putih dengan netra ungu yang mengilat.

"Terimakasih, Izana-nii.." lirih Takemichi.

Sementara itu, wanita yang disamping pria dengan surai hitam dengan netra hitam hanya bisa tersenyum senang. Wanita yang tidak lain adalah mertua nya, yaitu Tsira hanya bisa menepuk punggung Shinichiro, pria jangkung yang berdiri disampingnya.

"Kau kapan, Shinichiro? Sebagai anak pertama, seharusnya kau lah yang memberiku cucu untuk pertama kalinya."

Kampret.

"Ibu, bisa-bisanya kamu membahas itu di hari bahagia ini." Kata Shinichiro sambil memasang wajah murung. Perawat rumah sakit yang disana, hanya tertawa sambil menutup mulut. Geleng-geleng kepala melihat adegan keluarga pasien yang datang sekitar empat jam yang lalu itu.

Emma mengalami kontraksi ketika waktu telah menunjukkan jam 01.02 dini hari. Dan, sekarang adalah sudah mau menuju jam 5 subuh. Waktu dimana orang Islam melaksanakan sholat subuh.

Sebagai non-muslim, mereka harus toleransi bukan?

Izana dan Takemichi tertawa kecil.

"Tapi, tidak apa. Cucu pertama ibu adalah perempuan." Kata ibu dengan mata yang berbinar-binar.

"Ya, terserah ibu aja." Gumam Shinichiro.

Setengah jam kemudian, dokter mempersilahkan Takemichi dan keluarga untuk masuk kedalam. Tenang, Izana memesan ruangan VIP untuk adik bungsu nya itu.

Ada Emma yang tengah duduk bersandar. Tidak seperti orang yang baru saja melahirkan, ia malah terlihat seperti baru saja sarapan di pagi hari. Ingat? Emma adalah mantan Wakil Ketos di sekolahnya dulu. Gemar berkelahi, dan merupakan wanita terkuat dan berani di masa sekolahnya.

Takemichi Harem (All x Take)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang