2. KELAHIRAN BARU

3 0 0
                                    

Maria Kalerina Oskart. Ia beberapa kali mengulang nama yang sama didalam pikirannya. Sebenarnya ada hal yang membingungkan terjadi. Setelah mati sebagai Kaila seharusnya ia terlahir kembali tetapi kali ini berbeda, dia berada ditubuh seorang putri dari keluarga terhormat yang sudah mencapai umur yang ke 24 tahun. Tepat beberapa jam setelah kematiannya.

Entah itu dongeng atau bukan tapi dia pernah sekali membaca buku tentang keluarga Oskart yang sangat dicintai dikekaisaran Hovien pada kehidupan yang entah keberapa.

Orang dihadapannya bernama Kikin, adik laki lakinya yang ditugaskan memeriksa keadaannya. Kalerina Oskart sudah tertidur selama 10 tahun lamanya tanpa sebab pasti. Kabar hilangnya Kalerina sangat menghebohkan kekaisaran, kemudian  langsung menghilang ketika Kikin mengatakan bahwa kakaknya itu sedang dikirim untuk belajar keluar negeri.

Aslinya, tubuh Kalerina dibawah ke suatu tempat yang amat terpencil. Setelah mendengar cerita Kikin, Kale memejamkan mata selama beberapa detik dan secara mengejutkan suara suara aneh memenuhi pikirannya.

Isi hati Kikin memenuhi pikirannya. Sebenarnya apa yang terjadi?

'Apa kakak membenciku?'

"Tidak, m-maksudku tidak mungkin."

'Heh?' Kikin menatap kakaknya itu dengan alis yang hampir menyatu.  "Kau membaca pikiranku ya?"

"B-bukan!" balas Kale sedikit cepat namun terbata bata, tapi kemudian dia melanjutkan. "Apa itu menjawab kegelisahanmu?" tambahnya.

"T-tidak kok! Yah, sudah aku pergi menemui ayah dulu. Sebaiknya kakak bersiap siap."

Seperti tomat, dia menutupi rona wajahnya. Kale tertawa secara sembunyi sembunyi. Kikin yang mengemaskan pikir Kale.

Seperti yang diharapkan pada kehidupan anta beranta yang dia jalani sekarang adalah 'Seperti apa akhir cerita menyedihkannya ini?'.

..

Kikin tersenyum sejenak lalu memalingkan wajahnya. Ini hari ketiga setelah dia sepenuhnya dipastikan pulih. Kale dibawah ke sebuah mansion yang terlihat lebih baik dari tempat yang ia huni sebelumnya. Belum sepenuhnya menghirup udara bebas yang baru, secara mendadak ia mendapati kabar bahwa ada beberapa guru ditugaskan untuk mendidik Kale dalam waktu singkat.

Sebenarnya dia tidak perlu itu. Di kediupan sebelumnya dia sudah melewati semua proses belajar yang menyulitkan dari segala penjuru negara. Bahkan dia mengingat suatu kejadian yang kelam, yang pernah ia alami. Sebuah tongkat besi yang dipanaskan kemudian dipukul tepat di kakinya, jika dia tidak bisa mengikuti kelas dengan baik.

Air matanya menetes, kejadian kejadian dimasa lalu membuat hatinya sedikit merasa sakit.

"Apa itu air mata?" Tanya seseorang dari samping. Kale menoleh sambil mengusap air matanya. "Siapa?"

'Dia tidak mengenalku?'

"Eh?" Kale membuka lebar matanya ketika membaca pikiran seorang pria dihadapannya.

"Cih!" Pria itu pergi setelah mendecak kesal. Kale yang tadinya sedih malah ikut kesal sendiri dibuatnya.

'Tadi dia seperti menyombongkan diri.' pikir Kale sebelum kekesalannya hilang karena kedatangan seorang guru yang telah mengetuk pintu ruang belajarnya.

Berlalu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang