0.1.6

1 0 0
                                    

PERNIKAHAN

Kale mondar mandir didepan kamar ratu. Dia terlihat sangat panik bahkan dia akan kaget walau hanya angin yang melewati kulitnya.

"Yang mulia putri mahkota, silahkan masuk."

Kale membalas dengan 'Oh' sembari mengangkat gaunnya.

Daniel menatapnya lekat. Tersirat ancaman dari matanya.

"Kita sudah selesai membicarakannya. Jadi sekarang semua akan baik baik saja. Daniel bawa Kale berkeliling! Setidaknya lakukanlah itu sebagai calon suami yang baik."

'Cih!'

"T-tidak perlu bu, D-Daniel pasti punya urusan yang mendesak."

'Kau!'

"Oho! Kau sudah memanggil yang mulia ratu sebagai ibumu ya."

Melihat senyuman ayahnya, Kale semakin panik. Dia baru saja menyebut putra mahkota dengan namanya dan terang terangan memanggil yang mulia ratu dengan ibu.

"Kalerina sudah ku anggap putriku jadi biarkan dia memanggilku begitu."

"Terima kasih yang mulia atas segala yang anda lakukan."

"Ini bukan karena usahaku. Ini karena usaha putri anda."

Kale termakan isi pikirannya sendiri. Dia memutar otak agar putra mahkota tidak membunuhnya sekarang dihadapan dua orang yang dia hormati.

Kale salah.

Hari itu berakhir dengan damai meski putra mahkota terus menerus menatapnya tanpa mengatakan apapun. Pikiran putra mahkota kosong jadi kale tidak tauh apa yang sebenarnya dia inginkan.

Terkadang dia mendecak kesal terkadang dia marah dan diam secara tiba tiba.

Dihari pertunangan dia malah tiba tiba datang dengan pakaian dipenuhi darah.

Darah dari orang orang yang dia bunuh saat perjalanan menuju ketempat pertunangan.

Kale tersadar. Dia akan menikahi seorang yang akan menjadi raja dikekaisaran ini, dengan begitu dia juga bisa mati kapan saja karena diserang oleh musuh.

Dengan pakaian penuh darah Daniel memasangkan cincin kejari manis Kale. Bau darahnya menyengat masuk kehidung Kale tapi pandangan Kale kosong.

Dia sedang hanyut kedalam pikirannya sendiri.

Terlepas dari itu, fakta bahwa yang mulia ratu mencoba menyehatkan diri agar dapat hadir di acara pernikahan mereka membuat Kale sakit hati.

Untung saja dia memberi tauh para pelayan agar tidak membiarkan ratu tauh akan kejadian hari ini.

Kalerina sendiri pergi menemui Daniel yang berada di kamp pelatihan kesatria loyal.

"Daniel!"

"Kau! Kenapa kau disini?"

"Tidak perlu berbasa basi. Tolong. Dan sangat tolong! Jangan mengacaukan acara pernikahan nanti. Ibumu. Tidak maksudku yang mulia ratu sudah bersusah payah sampai ditahap ini. Ku rasa kau paham dengan yang kumaksud! Kejadian baru baru ini. Tolong jangan sampai diketahui olehnya. Terima kasih karena sudah mau mendengar ocehan saya ini. Permisih!"

"Kau! Berhenti memanggil namaku!"

Langkah Kale terhenti. "Baik, yang mulia putra. mahkota." Kale hanya melirik tajam sembari menekan kata kata terakhirnya.

...

"Hubungan yang dijalin dari paksaan selalu tidak harmonis ya?"

"Iya, berbeda dengan yang mulia ratu Olivia dan raja Jerel yang saling mencintai. Lady Kalerina dan pangeran Daniel sepertinya tidak cocok."

"Sifat Lady Kalerina yang anggun, penurut serta periang sangat bertolak belakang dengan pangeran."

"Benar - Benar!"

Kale menguping pembicaraan para pelayan yang sedang istirahat dibawah pohon. Dia ssndiri menyadari ketidak cocokannya dengan putra mahkota.

Tapi dia sudah sampai disini.

Dia sudah bertekad akan melindungi putra mahkota.

Tidak mungkin dia menjilat ludahnya sendiri.

Apalagi dia tidak berusaha sendiri. Ayah dan Kikin yang membantu mengembalikan keadaan Duchy, yang mulia ratu yang mencoba memperbaiki kondisinya serta para pelayan dirumahnya yang selalu menyemangatinya.

Yah, kali ini dia memikirkan yang mulia ratu.

Kondisinya memang sudah sangat buruk sejauh ini. Tapi meski begitu ratu masih bisa meluangkan waktu untuk bercanda tawa dengannya. Mahar yang ratu berikan sangatlah banyak bahkan ratu memerintahkan pembuatan kamar ratu baru yang terbuat dari emas dengan pemandangan indah.

Hanya saja masalahnya adalah kamar yang diberika oleh ratu berada berseblahan dengan istana utama dimana raja tinggal.

Dengan kata lain, Kale dapat melihat Daniel secara langsung dari kamarnya.

...

Kale melirik ayahnya yang tersenyum dengan bangga saat memengang tangan putrinya itu.

Kikin berada tepat dibelakang keduanya, dia memegang sebuket bunga mawar berwarna putih lalu memberikannya kepada kakaknya.

Daniel datang kemudian mengambil ahli pegangan dari ayah Kale.

Mereka berjalan masuk kedalam kedung.

Setelah pengucapan sumpah keduanya seharusnya berciuman tapi tidak terjadi. Ratu yang hadir saat itu sedikit merasa tidak suka namun perasaannya itu hilang ketika melihat putra satu satunya membuang sarung tangan yang dipenuhi darah.

Bisa dikatakan Daniel terluka karena melawan musuh yang mencoba mencelakainya kembali.

Setelah jeda sejenak acara dilanjutkan ke aula besar kerajaan. Disana dimulailah proses pengangkatan raja dan ratu baru kekaisaran.

Dengan saling mengenggam tangan keduanya mengucapkan sumpah dihadapan para rakyat setelah itu acara berakhir dan Daniel-pun menghilang.

Kale berfikir positif, mungkin saja Daniel sedang sangat sibuk. Apalagi sekarang dia sudah menjadi seorang raja dan dirinya sebagai ratu juga dimulai hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berlalu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang