0.1.4

1 0 0
                                    

RENCANA

Tibalah kesempatan bagi Kale, dia maju ketengah aula, tepat siang itu matahari bersinar sangat terik.

Berbeda dengan Lady yang lain, Kale tidak memakai topi untuk melindungi kepalanya.

Rambutnya terekspor dengan baik tapi menyilaukan pandangan orang orang disekitanya.

"Saya, Kalerina Oskart menyampaikan rencana saya kepada seluruh rakya kekaisara Hivoen!
Saya akan mengatur kembali keuangan kerajaan agar dapat mendirikan sekolah gratis bagi para anak anak rakyat tidak mampu. Saya tidak berniat menyalin ide Lady manapun tapi mereka tidak mendasarkan 'Rakyat kepada rakyat' tetapi 'Rakyat untuk uang' atau 'Rakyat untuk jabatan' karena itu, saya sedikit tidak mentoleri saran saran yang dikatakan tidak memiliki tujuan pasti. Pencuri memang harus ditindak apalagi untuk bangsawan yang suka memonopoli perdangangan semaunya bahkan mengambil keuntungan lebih.

Saya, Kalerina Oskart berjanji akan membawa keadilan bersama rakyat. Jika selama hidup saya, saya tidam berhasil memenuhi tangung jawab yang saya katakan saat ini. Makan saya layak mati."

Daniel melihat kedalam bola mata Kale yang tegas dan berambisi.

Dia membuang muka.

"Wah, lady Kalerina mempersembahkan nyawa untuk rakyat ya."

"Ck."

"Kenapa yang mulia? Anda kelihatannya tidak memiliki cukup semangat."

"Diamlah."

Raon selaku sekertaris Daniel akhirnya diam saja.

Rencana Kale menjadi pembicaraan diseluruh kekaisaran bahkan terdengar sampai ke telinga ratu.

...

"Itu sangat hebat! Darimana kakak belajar kata kata itu?"

"Tidak dari siapapun."

"Bagaimana bisa tidak? Oh, kakak belajar ilmu sihirkan?"

"Kenapa tiba tiba bertanya soal itu?"

"Apa kakak tidak tauh? Hanya sedikit orang orang yang tauh soal sihir dikerajaan. Rata rata orang yang tauh sihir itu berada dipihak raja loh! Tapi ada rumor yang beredar kalau putra mahkota tida bisa memakai sihir."

"Hah? Kenapa?"

"Katanya dia memang tidak bisa sihir."

Kikin mengucapkannya dengan wajah polos, terkadang Kale merasa adiknya ini sangat manis tapi dia lupa kalau adiknya itu pembunuh bandit.

Rumor yang selalu dibawa oleh Kikin bisa sepenuhnya benar karena dia memiliki mata dan telinga di seluruh kekaisaran.

Sekarang tekad Kale semakin kuat.
Dia ingin melindungi putra mahkota.

"Apa yang akan terjadi jika penguna sihir berdekatan dengan orang yang tidak bisa mengunakan sihir?"

"Hem. Kalau dimedan perang biasanya akan mengunakan sihir antar penyerang, jika salah satu dari mereka adalah manusia biasa sepertinya mereka bisa mati kalau terkena serangan sihir. Tergantung sih, seberapa kuat serangannya."

"Tapi jika pengunaan sihir berskala besar diantaranya satu orang manusia biasa, sepertinya dia akan sakit sakitan karena menerima tekanan mana."

Jelas Kikin.

"Berarti jika tidak digunakan dia akan baik baik saja kan?"

"Tentu saja. Tidak digunakan berarti manusia biasa kan?"

Kikin malah balik bertanya.

Kikin hanya merapalkan satu kalimat untuk tabir pelindung. Dia tidak lanjut lagi untuk belajar ilmu sihir. Dia berhenti karena menurutnya itu sangat sulit.

Ya, rapalan tabir pelindung pun diceritakan olehnya kalau dia mendapatkannya setelah berlatih selama 4 tahun lamanya.

Wajah Kikin memang tampan, rambut hitamnya sangat cocok dengan bola mata emasnya. Dia menjadi sangat dingin terhadap orang lain namun menjadi hangat kepada keluarganya sendiri.

Kale penasaran bagaimana Kikin tumbuh sebelum dirinya berpindah ketubuh ini.

"Kikin."

"Ya?"

"Aku in-"

"Kikin, ikut ayah."

"Baik, Kakak saya permisih dulu, selamat malam."

Wajah ayah nampak marah, memangnya ada apa? Apa terjadi sesuatu di kerajaan?

Selama beberapa hari Kikin dan ayah Kale jarang terlihat di rumah.

Kikin datang menyapapun tidak, saat hendak dihampiri Kale dirinya hanya membalas senyum dan segera pergi dengan menunganggi kuda.

Ayahnya bahkan tidak kembali setelah beberapa hari.

Sebenarnya kenapa mereka begini?

Kalau Kale bertanya mungkin saja mereka akan berbohong tapi Kale bisa membaca pikiran mereka.

Itu menjadi terlalu mudah untuk diketahui olehnya.

"Kikin!"

"Kakak? Kenapa kemari? Aku sedang buru buru."

"Kenapa buru buru?"

'Tidak mungkin aku mengatakan kalau Putra mahkota mencoba mengobrak abrik Duchy kan?'

"Benarkah?"

"Apanya?"

"Ah ya, tidak."

Jadi itu alasan mereka menghindariku. Putra mahkota berselisih denganku karena apa? Kenapa dia jadi begini?

Bukankah hubungan kami baik baik saja?

Lalu dimana letak kesalahannya?

Berlalu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang