Usia Kana memasuki 3 tahun dan ia semakin menjadi anak yang cerdas. "aahh... Papa bersyukur dia tak mewarisi otak Mama-mu" gumam Naoki sembari mengerjakan sesuatu di laptopnya. Kotoko pun cemberut dan mendiamkan suaminya. Naoki melihat itu dan hanya tersenyum, sementara Kana sibuk bermain dengan kakeknya menata puzzle menara Eiffel, oleh-oleh dari Yuki dan Konomi setelah menyelesaikan urusan kantor disana.
Saat ini Yuki sudah banyak mengurus perusahaan keluarganya, kali ini Yuki lebih banyak mengurus perusahaan diluar negeri, tentu saja Konomi ikut mendampinginya sebagai sekretaris Yuki.
"waaaaaahhh......" Kana bertepuk tangan dan girang seperti ibunya ketika ia dan Kakeknya selesai menyusun puzzle itu.
"Papa... lihaaatt" ujar Kana menarik tangan Naoki. Naoki pun mengikuti Kana dan memuji hasil kerja keras putrinya. Dan tentu saja Kotoko merasa asing dengan situasi itu, ia seperti tidak tau harus masuk melaluii apa. Putrinya sangat dekat dengan Naoki, mereka selalu mengerjakan sesuatu. Tapi ketika Kana bermain dengan Kotoko, kejadiannya Kana yang mengajarkan Kotoko. "kenapa aku terlahir bodoh, bahkan putriku mengajarkan ku cara bermain ini.." gumam Kotoko.
Disaat Kotoko pulang lebih awal dari Rumah Sakit, Kotoko menemui teman-temannya. "aku Ibu yang payah..." ujar Kotoko dan menundukkan kepala. Mereka duduk disebuah taman saat musim semi tiba. "hei, Kotoko.. jangan seperti itu" Jinko berusaha menghibur. "Kana terlalu pintar seperti Papanya" Kotoko makin menunduk. "bukankah itu bagus, seperti yang kau harapkan, anakmu mewarisi otak Naoki" Satomi memperburuk keadaan. "Satomi...." Jinko mencubit Satomi. "aahh, maaf... tapii maksudku" ujar Satomi dan langsung dipotong Kotoko. "yaaa kalian benar, tapii aku tidak tau keadaannya akan seperti ini.. Kana bahkan tidak suka bermain boneka"
"Kana bermain puzzle, dia mengajarkanku... Kana bermain kartu,, dia juga mengajarkanku.. Kana bermain boneka binatang, dia malah mengunakan Bahasa inggris" Kotoko semakin menunduk
Jinko dan Satomi hanya bisa mengelus bagian punggung Kotoko. "aku harus pulang.." ujar Kotoko tiba-tiba. "semangatlah Kotoko" ujar Satomi melihat Kotoko berjalan menunduk.
Kotoko memilih untuk tidak pulang, ia menelpon kerumah dan mengatakan akan singgah ke toko Ayahnya sebentar. Biasanya Kotoko hanya duduk disana sebentar, namun kali ini lama mengaduk mie dingin yang ada dihadapannya. HP nya pun berbunyi,"kau dimana?" Tanya Naoki dari balik telfon. "a-aku ....ada di rumah Ayah" Kotoko pun kaget ketika ia melihat keluar dan sudah gelap. "cepatlah pulang, Kana menunggumu" ujar Naoki dan mematikan telfon.
Kotoko pun dengan segera pulang, namun ketika ia menunggu bus, hujan pun turun deras. "aaahh, aku lupa bawa payung" ujar Kotoko dan melihat hujan yang semakin deras.
Tak lama sebuah mobil van berhenti di depan Kotoko dan menariknya kedalam dengan cepat. Kotoko berusaha berteriak namun ia kalah oleh 2 laki-laki yang membekapnya erat. Ketika Kotoko berusaha memberontak, sebuah pistol ditodong tepat didahi Kotoko yang membuat ia terdiam dan pucat. "Se-setsuna..." Kotoko ketakutan dan kaget dengan Setsuna yang duduk di kursi depan dan menodong senjata api. "diamlah, atau kau mati lebih cepat" ujar Setsuna pelan.
HP Kotoko pun berbunyi, ia sangat takut mengangkatnya, dan 1 orang pria yang membekapnya mengambil hp itu dan memberikan ke Setsuna.
Sementara itu Naoki sudah khawatir Kotoko tidak bisa dihubungi, Naoki pun mengambil kunci mobil dan mengambil jaketnya. "Onii-chaan... jangan pergi sendiri" ujar Ibu Noriko. "Onii-chan, aku ikut.." Yuki yang pun mengikuti kakaknya. "Onii-chan, kita akan cari kemana?" Tanya Yuki
"Yuki, telfon Jinko atau Satomi" Naoki pun menyerahkan hp nya, dan Yuki menghubungi kedua sahabat Kotoko. Mereka menceritakan tadi memang Kotoko sedang bersedih karena ia merasa tidak berguna. "Onii-chan..." ujar Yuki
"Kotoko, tidak akan lari hanya karena itu.. " Naoki pun terus melajukan mobilnya hingga kesebuah halte bus, namun tidak ada siapa-siapa.
Kotoko ditarik masuk kedalam sebuah gudang di pelabuhan. "Kotoko...." Ujar Setsuna. "jangan takut.. ini tidak akan lama dan menyakitkan" ujar Setsuna. Hanya mereka berdua di dalam gedung tua itu. "Setsuna... ja-jangan lakukan itu.. aku mohon.." Kotoko pun ketakutan dan berusaha agar tetap tenang. "Kau sudah menghancurkan hidupku" dan tiba-tiba Setsuna pun tertawa kecil dan menunduk. 'aku pernah melihat ini... mungkin melemparnya akan bisa membuatku lari ke pintu itu..' pikir Kotoko.
Dengan cepat ketika Setsuna masih menunduk dan mulai menangis, Kotoko pun melempar sebuah kursi kayu yang ia duduki dan melukai lengan Setsuna. Kotoko berlari cepat ke arah pintu belakang dan dengan cepat Setsuna menembak Kotoko. Peluru pun tepat mengenai Kotoko. Para penjaga pun masuk dan panik ketika melihat Kotoko berdarah. "kenapa anda menembaknya... ayo cepat, penjaga area disini pasti mendengar tembakanmu"
Para pria itu menarik Setsuna dan kabur meninggalkan Kotoko bersimbah darah.
Sementara itu Naoki sudah tidak tau harus mencari Kotoko kemana. "pasti terjadi sesuatu.. Yuki, cek berita.. apakah ada kecelakaan atau yang lainnya". Yuki terus mengecek hp nya, mencari update berita terbaru. "kotoko... kau dimana" gumam Naoki terus melajukan mobilnya. Terlihat kekhawatiran dari wajah Naoki, ia berusaha menghubungi semua orang yang berkaitan dengan Kotoko.
Tak lama, Rumah sakit pun menelfon Naoki. "Irie-sensei.. cepatlah ke rumah sakit" ujar perawat Hosoi. "ada apa...?" Tanya Naoki. "Kotoko-san..."Perawat Hosoi sengaja tidak meneruskan kalimatnya. Naoki semakin khawatir, dengan cepat ia membanting stir dan melaju kecepatan tinggi ke arah rumah sakit.
Naoki berlari masuk ke dalam rumah sakit. "Pakailah baju mu... kita harus melakukan operasi" ujar Nishigaki,.
"Kotoko...." Naoki melihat Kotoko terbujur lemah diatas meja operasi menggunakan oksigen dan peralatan lainnya. "ada apa dengan Kotoko?!" bentak Naoki. "petugas pelabuhan membawa Kotoko kesini, mereka menemukan luka tembak di bahu Kotoko, kita beruntung tidak di area vital, namun Kotoko banyak kehilangan darah. Kondisi jantungnya sudah stabil, kita bisa melakukan operasi pengangkatan peluru dari tubuh Kotoko" jelas Nishigaki-sensei. "luka tembak?!" Tanya Naoki.
"kami sudah menghubungi kepolisian.. sebentar lagi mereka akan datang" ujar perawat Hosoi.
"Onii-chan.. pergilah selamatkan Kotoko.. aku akan mengurus sisanya" ujar Yuki.
Naoki pun melakukan operasi untuk mengeluarkan timah panas itu. "apa kau siap?" Tanya Nishigaki-sensei. "yaaa... Kotoko... aku akan menyelamatkanmu" ujar Naoki menatap istrinya tak berdaya. Operasi berjalan cukup lama, dan hingga dini hari. Ketika selesai operasi, Naoki mengunjungi Kotoko di ruang observasi. Ia mengelus pipi istrinya," gomenasai... seharusnya aku menjagamu lebih baik..." ujar Naoki kemudian mencium pipi Kotoko dan duduk disebelah Kotoko tanpa melepaskan tangannya.
"Nishigaki-sensei... apa yang terjadi dengan Kotoko?" Tanya Ayah Shigeki. "security di pelabuhan membawa Kotoko menuju UGD, kemudian semua mengenal itu Kotoko dan kami semua kaget ketika Kotoko mengalami luka tembak... saat ini kondisi Kotoko sudah baik, walaupuun tadi sempat kehilangan banyak darah.. dan... Irie-sensei, tidak beranjak dari samping Kotoko, mungkin salah satu dari kalian bisa masuk ke dalam dan mengajak Irie-sensei keluar, dia juga butuh istirahat" kemudian Nishigaki-sensei pergi meninggalkan keluarga Irie.
"Kotoko-can... siapa yang melakukan ini padanya?" Ibu terus menangis dan memeluk Konomi. "Setsuna... kita mendapatkan cctvnya" Yuki datang dengan beberapa polisi.
Yuki pun masuk ke dalam ruang operasi, memaksa Naoki untuk keluar ruangan itu. Dan Naoki sangat kaget dan marah ketika pelakunya adalah Setsuna. Dengan cepat polisi bergerak mencari setsuna, sementara Ayah Shigeki mencoba menghubungi Tanaka. "memang putri saya sudah keluar dari penjara 1 bulan yang lalu, tapi... maaf.. Irie-sama, saya akan bertanggung jawab dan mencari putri saya"
Setsuna seperti hilang ditelan bumi, 3 hari setelah kejadian itu dan Kotoko sadarkan diri, Polisi masih mencari keberadaan Setsuna. Hari ke -5 Kotoko pun dipindah ke ruang perawatan, Tanaka menepati janjinya dalam penyembuhan Kotoko, walaupun ia tidak memiliki saham di Rumah Sakit itu, dia tetap meminta Oji-sama memberikan perawatan terbaik untuk Kotoko. "padahal tanpa Tanaka-sama meminta pelayanan terbaik, kita pasti memberikan yang terbaik untuk menantu anda" ujar Oji-sama.
Setelah gonjang ganjing kejadian Rumah Sakit, Ayah Shigeki pun menyelamatkan Rumah Sakit dan membeli saham kemudian menambah modal dan membuat banyak perubahan di Rumah sakit itu. Hal ini membuat orang-orang yang menganggap remeh Kotoko semakin tidak berani untuk berkata banyak. Dan saat ini mereka berdoa untuk kesembuhan Kotoko.
![](https://img.wattpad.com/cover/265672733-288-k119616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Itazura na Kiss (Playful Kiss)
Fanficini versi fanfic dari aku, kalau versi Korea judul Dramanya Playful Kiss, tapi aku lebih suka dengan versi Jepangnya.. Itazura Na Kiss hehehe