Four : Is That You?

66 6 2
                                    

[ Playlist : Benny Blanco ft. Calvin Harris - I Found You ]




▫️▫️▫️▫️▫️

"Cause, I found you."

▫️▫️▫️▫️▫️


Hati ini bergemuruh hebat, layaknya petir yang saling bersahut kencang sebab tidak ada yang berubah dari besar cintaku untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hati ini bergemuruh hebat, layaknya petir yang saling bersahut kencang sebab tidak ada yang berubah dari besar cintaku untukmu.

—Fazayi Kafeel Drazanio

***

Pada pagi hari ini, Zayi disibukkan oleh Zani yang merengek terus-terusan kepadanya agar segera pergi ke tempat yang dia inginkan—sebuah hamparan luas yang berisi bunga-bunga. Bahkan semalam, wanita itu tiba-tiba saja sudah datang di penthouse Zayi yang ada di Swiss. Entah tahu bagaimana bisa, Zayi hanya menganggukkan kepala dan selepas itu ia bersama Zani serta Suaminya langsung terbang ke Belanda menggunakan pesawat pribadi.

"Kamu harus pakai ini, Pretty Shark." Suara khas pria terdengar sangat sabar.

Dengan decakan tidak suka dan kedua bola mata yang terputar, si bungsu Drazanio mengibaskan rambut panjangnya. "No. Way." Balasnya enggan dibantah. Seorang Zani diatur-atur? Hah, mustahil! Bukannya menurut, wanita itu mungkin akan semakin menjadi-jadi.

"Apa alasannya? Bukannya bagus kalau kamu pakai ini? Biar nanti gak kedinginan," tambah pria dengan kaus berkerah warna cokelat. Dia mendekati Zani dan duduk di sampingnya, "Kamu harus jaga kesehatan, salah satunya menghindari sinar panas matahari yang berlebih. Apa salah kalau aku menyuruh kamu pakai scarf ini?" Zani terdiam. Bungkam. Mulutnya seolah kelu.

Embusan napas berat dari sang pria membuat Zani menundukkan kepalanya, tiba-tiba. "Aku sayang kamu, sayang baby kita juga. Jadi, untuk sekali ini jangan bantah ucapan aku, ya? Kamu bisa lakuin ini, kan, Pretty Shark?"

"Y-yyaaa..."

Zayi berdecak di bangku seberang. Merasa benar-benar tidak lagi dibutuhkan saat keduanya justru tengah saling berpelukan. "Apa kita jadi pergi? Kalau tidak–" Ucapan Zayi terpotong oleh Zani yang tiba-tiba saja langsung beranjak, hampir menyerupai melompat. Dan tentu saja itu membuat sang Suami melotot. "Kay!" serunya.

"Hehehehe, maaf, lupa kalau ada manusia lain di sini..." Zani yang sadar lalu menyengir sambil menunjuk perutnya yang masih rata. Zayi menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir oleh kelakukan sepasang Suami dan Istri di depannya. "Zan, kamu harus hati-hati, jangan kekanak-kanakan terus. Kamu udah mau jadi Ibu," tukas Zayi memberitahu. Sebelum benar-benar melenggang pergi dari ruang tengah di rumah besar Suami Zani, Zayi bisa mendengar isakan kecil. Pasti dari Adiknya, memang siapa lagi?

The Path Of DESTINY II : Amor AeternusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang