"Dia sangat cantik, bagaimana lo bisa kenal pelukis itu? Apa hubungan lo dengannya?" tanya Kevin kini mereka hanya berdua di ruang inap Kevin, sejak tadi Kevin menanyakan hal yang sama membuat Ali sedikit kesal
"Kenapa lo sangat penasaran dengan semua hal? Jika tidak ada kerjaan, lebih baik lo istirahat" ucap Ali kemudian keluar dari ruang inap Kevin
Di sisi lain, kini Prilly sedang bersama Milla menangani salah seorang pasien dengan keadaan pasien yang memiliki luka di tangannya, "Pak, boleh saya lihat lengannya?" tanya Prilly tapi pasien selalu saja menghindar tanpa berkata apapun, "Saya harus melihatnya terlebih dahulu untuk mengobatinya" lanjutnya
"Kenapa anda datang jika tidak mau mendengarnya? Apa anda tidak bisa berbahasa indonesia?" tanya Milla tapi tetap saja pasien tersebut tidak menjawab, "Do you speak indonesia? Or do you speak english?" tanya Milla kembali tetapi pasien hanya menggerakkan kepalanya kemudian berlari dari ruang rawat, Prilly dan Milla segera mengejar pasien
"Apa yang terjadi?" tanya Ali berpapasan dengan pasien yang di ikuti oleh Prilly dan juga Milla
"Sepertinya dia melukai lengannya, tapi dia tidak mau berbicara" jelas Milla, kemudian Ali memperhatikan pasien tersebut yang sepertinya sedang berbicara menggunakan bahasa isyarat, "Dia sedang berbicara sekarang, biar gue aja yang menjelaskan" ucap Ali lalu mengajak pasien agar duduk bersamanya
"Kenapa anda menolak berobat?" tanya Ali menggunakan bahasa isyarat, Prilly dan Milla hanya memperhatikan mereka yang sedang berbicara
"Saya kesini bukan karena saya terluka"
"Lalu siapa?"
"Anak saya sakit"
"Dimana anakmu?"
"Dirumah"
"Jangan khawatir, saya bisa membantu" ucap Ali menenangkan pasien tersebut
"Wajah itu, itulah wajahnya. Wajah pria gue yang sangat gue rindukan" jelas Viona yang kini berada tepat di samping Prilly dan juga Milla, dan ikut memperhatikan Ali
"Pria anda?" tanya Prilly
"Lo tidak tahu? Kapten Ali dan gue sudah bertunangan" jelas Viona menekankan kata bertunangan pada Prilly membuat dia hanya diam walaupun sudah banyak pertanyaan yang memenuhi pikirannya
"Ada pasien lain" ucap Ali memberitahu Prilly dan Milla, "Pasien lain?" balas Prilly berusaha membuang pikiran buruk yang terlintas dalam otaknya
"Tampaknya keadaan darurat, gue akan membawanya kesini. Jadi sebaiknya lo obati bapaknya dulu" tintah Ali menatap Prilly kemudian segera berlalu dari hadapannya, sesuai apa yang di katakan Ali dia langsung melakukan pengobatan pada bapak tersebut
"Bukankah tunangan gue hebat?" ucap Viona namun perkataannya tidak di hiraukan oleh Prilly begitu juga dengan Milla, merasa dirinya tidak di anggap akhirnya Viona memutuskan untuk kembali mengikuti Prilly yang sedang mengobati luka pasien
Tidak lama Ali kembali dengan menggendong anak lelaki yang matanya sudah tertutup, Milla segera menghampiri Ali dan anak lelaki itu begitu juga dengan Prilly yang baru saja selesai mengobati pasien
"Perawat Kayla, ambilkan cairan infus" pinta Milla
"Baik Dokter" balas Kayla langsung berlari menuju tempat persediaan alat medis
"Suhu tubuhnya 38,7" ucap Prilly
"Tekanan darahnya 80 di atas 50, detak jantung per menit lebih dari 130. Bukankah ini sepsis?" tanya Milla
"Sepertinya vibrio sepsis. Jika kita tidak segera mengoperasinya, anak ini mungkin akan meninggal dalam 48 jam. Lebih baik kita pindahkan ke ruang operasi" jelas Prilly ingin mengangkat anak lelaki itu namun Ali langsung menahannya
"Biar gue aja" ucap Ali langsung kembali menggendong anak lelaki tersebut tetapi sebelum itu, "Viona tolong kamu jelaskan pada bapaknya, hidup anaknya dalam bahaya kecuali segera di operasi. Hanya kamu yang bisa berkomunikasi dengannya, tolong urus itu" lanjut Ali, Kamu? batin Prilly karena selama ini Ali selalu menggunakan lo-gue kepadanya, tetapi Viona?
Viona segera menjelaskan keadaan anaknya pada sang bapak, Prilly yang sempat melamun akhirnya langsung menyusul Ali dan juga Milla. "Kenapa lo memanggil Viona dengan kata kamu? Apa hubungan kalian?" tanya Milla yang merasa sedikit janggal
"Milla sebaiknya kita operasi anak ini karena dalam keadaan kritis, apa membahas itu lebih penting daripada hidup anak ini?" sahut Prilly
"Pril, lo itu pacarnya Ali lo berhak meminta penjelasan Ali" celetuk Milla kesal, Prilly hanya tersenyum mendengar Milla dan langsung berlalu dari hadapan Milla dan Ali kemudian dia memasuki ruang operasi, "Lo sakitin Prilly, berurusan sama gue" ancam Milla sebelum mengikuti Prilly
"Gabunglah dengan kami, mari minum kopi bersama" ajak Kayla pada Viona yang sedang berjalan kearah mereka karena sekarang pukul 12 siang jadi mereka sedang beristirahat makan siang, tim medis sedang berkumpul kecuali Prilly, Milla, Revan, dan Febby yang kini sekarang berada di ruang operasi
"Terimakasih" ucap Viona kemudian bergabung dengan mereka
"Bagaimana lo bisa ahli bahasa isyarat?" tanya Kayla
"Gue belajar dengan Ali" balasnya dengan bangga bahkan senyum terukir di bibirnya, "Apa lo berteman dekat dengan Kapten Ali?" tanya Kayla kembali
"Bisa dibilang begitu"
"Dimana lo bertemu Kapten Ali?" tanya Kayla, mungkin bisa dibilang Kayla ini tipe orang yang ingin tahu
"Di kelas bahasa isyarat" balas Viona, Ravin hanya diam mendengarkan kedua perempuan itu berbicara sejak tadi
"Romantis sekali" puji Kayla
"Maka dari itu gue membuat keputusan, gue harus membuatnya menjadi milik gue. Dan seharusnya tidak membiarkan dia pergi, itu lah yang gue pikirkan" balas Viona membayangkan sosok Ali yang begitu sempurna di matanya
"Forsep intestinal" pinta Prilly, Febby segera memberikan alat yang dipinta Prilly tetapi saat Febby memberikan alat tersebut entah kenapa pergelangan tangan Prilly menjadi susah di gerakkan membuat alat itu jatuh di lantai, sontak membuat Milla dan Revan saling berpandangan
"Ambil forsep intestinal yang lain" ucap Milla pada Febby, dengan segera Febby mengambil forsep intestinal yang masih steril. Milla langsung melanjutkan operasi itu di bantu oleh Revan, Prilly masih merasakan bahwa pergelangan tangannya sulit untuk di gerakkan bahkan ada rasa sakit saat dia mulai mencoba menggerakkannya
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sudah selesai melakukan operasi pada anak lelaki itu. Febby segera membawa pasien tersebut ke ruang inap atas perintah Revan, kini hanya tersisa Prilly, Milla, dan Revan di ruang operasi. Milla segera memeluk Prilly, "Tidak apa-apa" ucap Milla pelan sambil menepuk-nepuk pundak Prilly
"Ily keluar dulu" pamit Prilly namun di saat bersamaan Ali yang sudah menunggu Prilly, menariknya agar ikut bersama dirinya
"Apa ada yang ingin lo katakan?" tanya Ali menatap Prilly
"Tidak ada" jawab Prilly ingin pergi dari Ali tetapi Ali kembali menarik lengannya, "Apa yang Ali lakukan?" tanya Prilly karena sebenarnya Ali menahan tangannya yang sedang kaku saat ini
"Lo pasti sudah mendengar rumor kalau gue dan Viona sudah bertunangan, lo tidak dengar?"
"Tidak, ily dengar"
"Lalu mengapa lo hanya diam? Lo seharusnya marah dan bertanya pada gue. Apa yang Ali lakukan? Apa semua ini? Tapi apa? Lo hanya diam"
"Mengapa ily harus tahu semua itu?"
"Ali, kamu disini. Ayo kita jalan-jalan" ucap Viona menggandeng lengan Ali, Prilly yang sedang malas untuk berdebat pun langsung pergi meninggalkan mereka, "Ayo kita keluar" ajak Ali
"Jalan-jalan?" tanya Viona
"Untuk bicara" balas Ali
Selasa, 31 Agustus 2021
Mau ngechat my crush tapi bingung mau ngechat gimana? :) masalahnya dia dingin bgt kek kulkas dua pintu huhuhu, manaan dia abis update sw yaampun dududupgn ngechat ih tapi bingung mau ngechat apa, saran dong teman-temannnnnnnn
KAMU SEDANG MEMBACA
P E R F E C T
FantasiaPrilly Fredella Adara, seorang perempuan cantik, imut, dan juga baik hati. Mempunyai profesi sebagai Dokter Ahli Bedah membuat dirinya dipertemukan dengan Ali Nathaniel, pria tampan yang membuat kaum hawa yang melihatnya ingin memiliki Ali. Namun di...