imut!

4 3 0
                                    

Bantu cek-cek typo yuk bund!
Kritik dan saran di persilahkan hehe...
Enjoy the reading guys!!

****

Wildan mengedarkan pandangan nya ke bangku paling depan,.
Di sana masih ada dua orang siswi yang sedang mengemasi barang-barang nya ke dalam tas.

Dengan cengiran lebar Wildan menghampiri keduanya. Dengan secepat kilat dia langsung naik dan duduk di atas meja.

"Mutia!" sapa Wildan pada salah seorang perempuan berkulit kuning langsat dan berambut hitam legam sebahu,
Perempuan yang di maksud pun menoleh ke arah nya dengan tatapan malas.
"Apaan?" Jawab nya menaikan sebelah alis nya.
"Gue minjem kaca dong." Kata wildan masih dengan cengiran nya.
"Gak ada," jawab Mutia ketus.

Wildan memasang tampang datar lalu kemudian ia menepuk keningnya.
"Oh iya gue lupa, lo kan bukan cewe tulen ya,"
Mendengar ucapan Wildan, Mutia langsung  beranjak dari tempat duduk nya dan langsung saja menyambar kerah baju Wildan.

"Enak aja, mata lo buta? Gue 100% cewe ya!" Kata Mutia dengan nada sewot.

"Wait! Wait! Yakin lo? Kelakuan lo aja kaya gini." Kata wildan seraya melepaskan genggaman Mutia dari kerah baju nya.

Mutia hanya mendelik kesal, lalu dia mengajak teman nya yang bernama Oliv untuk segera pergi dari sana.
Tapi niat nya tertahan karena saat baru saja ia melangkahkan kaki, tangan nya sudah di cekal oleh Wildan.

"Kalo lo 100% cewe, coba jujur sama gue, gue ganteng apa enggak?" Pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulut Wildan. Bahkan ia menaik turun kan alis nya.

Mutia menipiskan bibir nya, kalau saja tidak di tahan oleh Oliv, mungkin saja tangan nya sudah terangkat, menampol wajah menyebalkan yang kini terpampang di hadapan nya.

Perlahan Mutia menunjukan senyuman manis nya.
"Kalo gue boleh jujur...Lo itu ganteng! Ganteng banget malah," kata Mutia  penuh penekanan, sembari menggigit bibir hawah nya.

Wildan menyugar rambut nya ke belakang dengan senyum penuh bangga.
"Sudah ku duga!"

"Iya ganteng, GANGGUAN TELINGA! Maksud gue." Lanjut Mutia tersenyum mengejek. Dia langsung mengambil langkah seribu dan meninggalkan Wildan yang berdiri dengan mulut yang terbuka lebar.

"Sialan lo! Untung aja lo cewe," Maki Wildan kemudian mengelus dadanya.

Dengan perasaan yang masih dongkol Wildan berjalan sendirian di lorong,
Sepanjang lorong tak henti-henti nya dia mengumpati Mutia.
Sampai saat ia melihat seorang perempuan yang masih berdiri di ambang pintu kelas, nampak nya wanita itu sedang fokus memainkan benda pipih yang ada di genggaman nya.

"Mira!" Sapa Wildan mengangkat sebelah tangan nya, dan bergegas mendekati perempuan itu.

Yang di panggil tidak menoleh, dia hanya melihat Wildan dari sudut mata nya.
"Belum balik ya?" Tanya Wildan seraya menunjukan cengiran nya.
"Belum," jawab Miranda masih fokus dengan handphone nya.

"Bareng sama gue mau gak? Gue anterin sampe depan pintu deh, sampe depan pintu kamar lo juga boleh, hehehe..."

"Gue udah ada janji,"
"Yaelah sekali-kali jangan tolak gue napa, di tolak mulu gue sama lo." Bujuk Wildan dengan nada memelas.

"Yaudah lo tunggu aja di parkiran, gue ke toilet dulu." Akhirnya Miranda meng iya kan ajakan Wildan.
"Yes! Nah gitu dong sekali-sekali bikin gue seneng, siapa tau kan lo dapet pahala."

Miranda tidak menjawab dia segera pergi dari sana, tapi sebelum kepergian nya, Miranda mengangkat telepon dari seseorang, dan dia mengatakan.
"Gerbang belakang!"
Hanya itu kata yang terdengar oleh Wildan, tapi dia tidak menaruh curiga pada Miranda, dia melanjut kan perjalanan nya menuju parkiran dengan perasaan yang teramat senang.

                              ****
Mutia kini sudah berada di parkiran, baru saja dia menerima telepon dari ayah nya.
Ayah nya mengabari kalau hari ini ia tidak bisa menjemput Mutia karena ada meeting dadakan, dengan terpaksa Mutia harus menunggu angkutan umum yang lewat.

Andai saja tadi ia menerima tawaran Oliv untuk pulang bersamanya, tapi ia malah menolak nya.

Lima belas menit berlalu, tapi belum juga ada satu pun angkot yang lewat, sementara jam di tangan nya sudah menunjukan pukul 14:24.

Akhirnya dia memutuskan untuk memesan Ojol. Tapi sial nya hand phone nya pun lowbat, dengan segera Mutia memencet aplikasi ojol, saat dia sedang fokus dengan handphone nya.
Tiba-tiba suara klakson terdengar nyaring dari balik tubuh nya.

"Naudzubilah anak monyet!" Latah Mutia, dia benar-benar terkejut dengan suara itu, sampai-sampai handphone nya hampir saja melayang dari genggaman nya.

"Hahaha... mana tuh anak monyet nya?" Ejek seseorang yang kini masih di atas motor.

Mutia mengenali betul suara siapa itu, dia membalikan tubuhnya dan That's right!
Orang itu adalah Wildan.

"Lo anak monyet nya," kata Mutia dengan wajah datar.
"Masa ganteng gini di sebut anak monyet,"
"Gangguan telinga!"

"Lagian ngapain sih lo masih di sini, jangan berdiri di tempat panas,"
Kata Wildan seraya melepaskan helm full face dari kepalanya.
"Gak usah so peduli deh, gak bakal mempan juga." Jawab Mutia masih mempertahankan nada sewot nya.

"Dih siapa juga yang perhatian sama lo, gue cuma kasian aja, entar kulit lo tambah item lagi hahahaa..."

Mendengar ejekan itu Mutia menipiskan bibir nya, ingin rasanya sekarang dia mencabik-cabik mulut nyinyir Wildan.

"Item? Ini bukan item! Ini tuh kuning langsat bego." Kata mutia geram.

Wildan menautkan kedua alisnya lalu menggaruk kening nya yang tidak gatal,
"Apa? Gak salah denger nih gue? Kulit lo warna kuning bangsat?"

"Sumpah ngeselin, mati aja lo!"

"Weh! Jangan kesel dulu dong. meskipun warna kulit lo bukan kuning langsat, tapi lo tetep imut kok,"

"IMUT, Itam mutlak maksud gue," lanjut Wildan berhasil membuat Mutia menjadi benar-benar kesal.

Wildan tertawa terpingkal-pingkal sembari memegangi perut nya yang mulai terasa keram.

Namun tidak berselang lama, sebuah mobil mersedes berwarna putih melintas di hadapan nya, memperlihat kan dua orang yang umurnya terpaut beberapa tahun saja sedang asik entah membicarakan apa, sesekali tawa terlihat dari wajah keduanya.

"Anying gua kecolongan!" Seru Wildan menepuk tangki motor dengan helm di tangan nya.

Raut wajah Wildan seketika berubah. Rahang nya mengeras, dan gigi nya bergemeletuk, tanda ia sedang menahan emosi.

Melihat hal itu Mutia menyernyitkan dahi, lalu menoleh menuju arah tatapan Wildan, berharap ia akan mengetahui hal apa yang membuat laki-laki itu berubah menjadi semarah itu.
Tapi sayang, Mutia tidak menemukan apa-apa di sana,
Jalanan yang ia lihat masih tetap sama, masih tetap menampakan keramaian.

"Naik, lo ikut gue!" Perintah Wildan tiba-tiba kepada Mutia, dan dia mulai memakai kembali helm nya,

Mutia tidak segera menuruti perintah Wildan, dia malah planga-plongo memastikan yang di ajak oleh Wildan adalah diri nya.
"Lo... lo ngajak gue?" Tanya Mutia bodoh.
"Ck. Iya Imut gue ngajak lo, masa gue ngajak setan,"

"Ta-tapi..."
"Cepet!"

Segitu  aja dulu^-^
Insya allah up date nya tiap hari

Moga-moga up date kedepan nya lancar ya! ^-^
Comen & vote nya jan lupa oghey ^)
See you the next part guys!

Wil& ImutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang