Bantu cek-cek typo yuk bund!
Kritik dan saran di persilahkan hehe...
Enjoy the reading guys!!****
Motor pesva hitam yang Wildan kendarai meliuk-liuk, melewati kendaraan lain.
Untung saja ia berangkat lebih pagi, jadi ia tidak terjebak kemacetan ibu kota.Setelah berkendara di jalan raya, Wildan berbelok, masuk ke sebuah gang yang lumayan cukup besar,
Wildan pernah beberapa kali melewati jalan ini.Pagi ini, Wildan banyak sekali menemui anak-anak SD, SMP, dan SMA. Yang berjalan kaki, sehingga mengharuskan nya untuk berhati-hati.
Akhirnya setelah keluar dari gang itu, Wildan berhenti. Nampak di depan gang tersebut ada sebuah jalan raya yang cukup ramai pengendara.
Mata nya menoleh ke kanan dan ke kiri, ia hendak menyebrang.Setelah dirasa cukup aman, ia pun memacu kembali motor nya, dan berhenti di depan gerbang sebuah rumah bernuansa serba hijau.
Di depan rumah tersebut terdapat sebatang pohon mangga.Dan ada juga dua kursi kayu berwarna coklat, di depan teras nya.
Nampak seorang pria berumur sekitar 45 tahun, sedang duduk, di kursi kayu itu, matanya fokus pada selembar koran yang kini tengah di pegang nya, di temani satu gelas kopi hitam.Wildan melepas helm nya, ia berdehem sebelum mengucapkan salam.
"Ekhemm... assalamualaikum!" Ucap Wildan dengan nada yang agak keras.
Pria itu menghentikan aktivitas membaca nya, kini mata nya tertuju pada sorang pemuda, dengan bandana biru yang terikat di lengan dekat bahu. sedang berdiri di depan gerbang rumah nya.
"Waalaikumsalam." Jawab beliau, dengan sura berat, dari nada suaranya pun, beliau terlihat berwibawa.
"Pagi om! Saya Wildan, saya mau jemput anak om, anak om ada?" Tanya wildan tersenyum se ramah mungkin,
Pria itu menatap Wildan dari atas sampai ke bawah,
"Kamu siapa?" Tanya beliau berdiri, kemudian berjalan mendekat ke arah Wildan."Saya Wildan om!" Jawab Wildan nyengir lebar.
"Saya sudah dengar tadi."
"Terus kenapa om nanya.""Maksud saya, kamu siapanya anak saya?"
Wildan terdiam, ia memikirkan kata yang tepat untuk menjawab kepada beliau.
"Di tanya ko malah bengong." Ucap pria itu membuyarkan pikiran Wildan.
"Sa-saya temen nya, om"
"Yasudah, kamu masuk dulu, nanti saya panggilkan anak saya."
Kemudian pria itu membukakan gerbang dan mempersilah kan Wildan duduk di kursi kayu tadi"Ade... ini ada teman kamu yang jemput." Seru beliau memanggil anak nya dengan sebutan ade.
"Siapa pah? Sebentar, ade lagi minum susu dulu." Sahut seorang gadis dari dalam rumah.
"Idiih pake di sebut ade segala, sumpah kaga pantes hahaha..." kata Wildan dalam hati nya.
"Betul kamu cuma temenan sama anak saya?" Ucap beliau kembali bertanya.
"I-iya om." Jawab Wildan agak gugup.
"Hati-hati dengan anak saya, jangan kamu permainkan hati nya, awas saja kalau dia kamu sakiti, saya akan bawa kamu ke dalam hutan, terus saya lepasin, Biar kamu di makan harimau." Ujar beliau penuh ancaman.
Wildan hanya menelan ludah mendengar ancaman itu,
Dia tidak menjawab sepatah kata pun.Wildan mengarahkan pandangan nya ke sebuah ruangan berpintu kaca, matanya terlihat takjub melihat beberapa senjata api, dan foto yang tertata rapih di diding nya.
Meskipun ia pernah beberapa kali ke rumah ini, tapi Wildan tidak pernah masuk, paling ia hanya mengantar sampai depan gerbang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wil& Imut
Teen FictionDalam cerita ada unsur makian-makian kasar yang mungkin kurang berkenan buat kalian baca. Pintar-pintarlah memilah bacaan. Enjoy the reading ^-^